Peran Guru Penting untuk Cegah Ajaran Islam Radikal

Senin, 30 Maret 2015 - 11:48 WIB
Peran Guru Penting untuk Cegah Ajaran Islam Radikal
Peran Guru Penting untuk Cegah Ajaran Islam Radikal
A A A
UNGARAN - Peran guru agama Islam di sekolah dinilai sangat penting dalam menangkal masuknya pemahaman kelompok Islam radikal di kalangan muda, khususnya pelajar.

Sebab ada kecenderungan kelompok Islam radikal mulai merekrut kaum muda untuk dijadikan anggota lantaran mereka masih labil secara emosional dan lemah pemahaman agamanya. “Islam radikal saat ini sudah memasuki beragamsektor. Mulai dari guru, pedagang, siswa, mereka masuk menembus lintas generasi, lintas profesi. Untuk memutus regenerasi dari kelompok ini, di setiap jalur pendidikan harus ada pendidikan agama.

Di sinilah peran guru agama sangat strategis mengingat mereka (kelompok Islam radikal) masuk lewat pemahaman agama,” beber Kasi Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Semarang Taufiqurrahman dalam diskusi bertema Mewaspadai Masuknya Ajaran Islam Radikal pada Jalur Pendidikan yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FWKS) di Ungaran, Sabtu (28/3).

Taufiqurrahman meminta ratusan guru serta pelajar dan santri pondok pesantren se-Kabupaten Semarang yang hadir di acara diskusi untuk kembali merefresh dan menghayati tra-disi luhur warisan nenek moyang. Hidup bergotong-royong, doa bersama yang dikemas kenduri hingga hidup toleran, menghormati tetangga dan orang yang lebih tua adalah beberapa contoh warisan luhur yang bisa digunakan untuk menangkal masuknya pemahaman Islam radikal.

“Tanamkan nilai-nilai itu kepada para siswa. Di sekolah, jangan biarkan kegiatan (ekstrakurikuler) Rohis tumbuh tanpa pengawasan guru agama. Ada dua kompetensi guru agama Islam yang tidak dimiliki guru non-agama, yakni kompetensi spiritual dan leadership ,” kata dia.

Mereka yang berpemahaman Islam radikal ini, lanjut Taufiqurrahman, biasanya berciri atau bersikap tidak toleran dengan pandangan orang lain yang beda. “Padahal, ingat, sejauh itu bukan syar’i, ada kemungkinan pendapat orang lain itu masuk,” ujarnya.

Komandan Satkorwil Banser Jateng Hasyim Asyari menyatakan, radikalisme agama harus ditolak lantaran doktrin paham keagamaan kelompok Islam radikal tersebut sangat bertolak belakang dengan paham keagamaan yang dianut dan diamalkan oleh umat Islam di Indonesia.

Bagi pakar hukum tata negara Undip ini, Islam yang diajarkan Wali Songo adalah Islam Nusantara yang sangat toleran terhadap kaum minoritas dan menghormati perbedaan. “Semakin tinggi keilmuan seorang muslim, dia pasti semakin toleran karena dapat melihat persoalan dari berbagai perspektif. Islam yang dibawa oleh para Wali Songo itulah yang disebut sebagai Islam Nusantara yang cinta damai, guyub , nasionalis, dan menghormati kebhinnekaan,” katanya.

Dalam diskusi interaktif ini, hadir pula pembicara dari Direktur Lembaga Studi Sosial dan Agama (Elsa) Teddy Khoirudin. Teddy lebih banyak memaparkan hasil kajian terkait pemahaman Pancasila dan paham Islam radikal di masyarakat. Serta sejumlah faktor dan potensi yang bisa memicu mewabahnya paham radikal di Indonesia.

Diskusi ditutup dengan pembacaan ikrar ratusan pelajar dan santri untuk antiradikalisme agama dan pembubuhan tanda tangan penolakan terhadap kelompok Islamic State of Iraqand Syiria (ISIS).

Agus joko
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 4.6984 seconds (0.1#10.140)