Cari Aman dengan Cerdas

Senin, 30 Maret 2015 - 09:16 WIB
Cari Aman dengan Cerdas
Cari Aman dengan Cerdas
A A A
Bagi warga Jabodetabek, sekadar urusan berangkat dan pulang kerja bisa jadi masalah yang serius. Ada hambatan kemacetan dan kriminalitas yang menjadi momok. Namun, selalu ada cara kreatif untuk mengatasinya.

Dwi Wulan Juni kerap kali harus pulang malam dari kantornya di kawasan Tebet ke rumahnya di daerah Cilangkap. Demi keamanan, dia selalu memesan taksi melalui telepon. Namun, berita-berita yang kerap menunjukkan kalau sopir taksi juga bisa menjadi pelaku perampokan membuatnya kerap merasa waswas. Namun, sekarang dia sudah punya solusinya. Memesan taksi lewat aplikasi Grab Taxi.

Lain lagi dengan Lia Hermawan. Dia kini menjadi langganan layanan Go-Jek agar bisa segera sampai ke tempattempat yang ditujunya dengan naik ojek. Go-Jek bukan layanan sembarangan. “Soalnya dia bawa motornya enggak ugal-ugalan atau suka nyerobot-nyerobot kayak ojek yang biasa. Sopan tapi tetap bisa kasih kami pilihan jalan supaya cepat sampai tujuan,” ujar Lia.

Lain lagi dengan Aldyris. Dia kerap memimpin rombongan pengendara motor dari kantornya menuju rumah masing-masing. Mengikuti gerakan @pulangkonvoi yang berawal dari Twitter , Aldy mengajak teman-teman kantornya untuk pulang bersamasama demi menghindari menjadi korban aksi begal motor yang belakangan marak terjadi di kawasan Jakarta dan Depok.

Di tengah makin mengkhawatirkannya tingkat kemacetan dan kriminalitas di Indonesia, siapa sangka, masyarakat selalu menemukan solusi kreatif untuk memecahkannya. Tak hanya lahirnya sebuah peluang bisnis, juga meningkatnya solidaritas masyarakat. Peluang bisnis ditemukan layanan pemesanan taksi lewat aplikasi Grab Taxi , sebuah aplikasi buatan Anthony Tan dari Malaysia.

Untuk menjamin keamanan penumpang, Grab Taxi mengklaim melakukan seleksi ketat terhadap calon sopir taksinya. Mereka adalah sopir taksi dari berbagai perusahaan taksi, awalnya akan menjalani pemeriksaan catatan kriminalitas. Jika pernah melanggar peraturan lalu lintas atau kejahatan lainnya, maka dipastikan tidak akan lolos.

Tahap kedua, atasan dan rekanrekannya akan diwawancarai untuk mengetahui karakter calon sopir. Tahap ketiga, diadakan tes kesehatan. Grab Taxi menyebut, para sopir taksi mereka adalah sopir taksi yang terbaik yang ada. “Sopirnya memang ramah. Jadi, kami merasa aman dan nyaman. Lalu taksinya pun ada GPS, jadi bisa dilacak posisinya. Kami juga bisa kasih tahu posisi kami ke teman atau keluarga dengan fitur Share My Ride.

Jadi amanlah,” kata Wulan yang sudah lebih dari 10 kali memakai aplikasi Grab Taxi. Lebih jauh, Grab Taxi pun membuat program yang melibatkan 8 wanita inspiratif. Dalam program ini, pengguna Grab Taxi bisa mendapat potongan tarif senilai Rp15.000 dan otomatis berdonasi Rp2.500 untuk lembaga amal yang didirikan oleh salah satu perempuan inspiratif tersebut yang kodenya dipilih penumpang.

“Saya juga jadi suka ajak teman-teman saya untuk pesan taksi dari Grab Taxi ini karena bisa untuk amal juga,” ucapnya. Adapun Go-Jek ialah aplikasi pemesanan ojek yang aman dan dengan tarif yang transparan. Pengguna bisa dengan mudah menemukan tukang ojek terdekat yang bisa langsung menjemput. Tentu, tak perlu capek-capek menawar tarif karena jarak yang disebut saat memesan ojek sudah menentukan tarifnya.

Kalau Pulang Konvoi menjadi gerakan yang unik karena lahir sebagai respons atas maraknya aksi begal. Mereka yang biasanya pulang malam hari dari Jakarta menuju rumah, melakukan kegiatan pulang bersamasama. Mereka akan saling mention ke akun @pulangkonvoi agar bisa pulang bersama-sama.

Sebelum pulang, mereka melakukan groupie atau melakukan foto selfie bersama-sama dulu agar keluarga mereka tahu, mereka pulang bersama siapa saja. “Ketua rombongan bertanggung jawab terhadap peserta konvoi yang arah rumahnya searah. Kalau ada yang misah harus ditungguin . Kalau sudah kumpul lengkap, baru jalan lagi,” cerita Aldy.

“Intinya, kami harus saling menjaga keamanan teman-teman,” imbuhnya. Menurut Aldy, meski dirinya baru dua kali mengikuti Pulang Konvoi, teman baru bisa bertambah. “Walau awalnya canggung karena baru sapasapaan di Twitter , pas ketemu juga kok langsung selfie bareng, tapi seru saja. Pulang bisa aman sekaligus tambah teman,” tuturnya. Ya, sesuatu yang kita anggap sebuah masalah, nyatanya bisa melahirkan kesempatan baik yang tidak terduga.

Ananda nararya
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4273 seconds (0.1#10.140)