Fed Naikkan Suku Bunga Tahun Ini

Minggu, 29 Maret 2015 - 10:17 WIB
Fed Naikkan Suku Bunga Tahun Ini
Fed Naikkan Suku Bunga Tahun Ini
A A A
SAN FRANCISCO - Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) mempertimbangkan menaikkan suku bunga tahun ini meski ekonomi melemah. Chair Fed Janet Yellen mengungkapkan hal itu kemarin.

”Komite saat ini memberi pertimbangan serius untuk memulai penerapan beberapa akomodasi kebijakan moneter luar biasa pada tahun ini,” katanya saat berpidato di San Francisco, dikutip kantor berita AFP . Awal bulan ini Komite Pasar Terbuka Fed (FOMC) yang menjadi pembuat kebijakan bank sentral membuka pintu untuk menaikkan suku bunga federal paling cepat pada pertengahan tahun ini.

Meski demikian, data ekonomi yang lemah, khususnya pada belanja konsumen, perumahan dan manufaktur, membuat beberapa pihak khawatir suku bunga dinaikkan dalam waktu dekat. ”Dengan terus membaiknya kondisi ekonomi, peningkatan target untuk suku bunga mungkin diterapkan tahun ini,” tutur Yellen. Suku bunga ultra-rendah yang diterapkan Fed mendukung penguatan pasar tenaga kerja selama dua tahun terakhir.

”Peningkatan suku bunga federal mungkin tidak banyak mengganggu perkembangan ini, meski peningkatan suku bunga mungkin juga memperlambat beberapa hal,” papar Yellen. Sebelumnya dilaporkan, Fed diperkirakan mulai menaikkan suku bunga tahun ini meski tahapannya belum dapat dipastikan. Orang paling berpengaruh nomor dua di Fed, Stanley Fischer, mengungkapkan hal itu awal pekan ini.

Menurut dia, para pembuat kebijakan akan memutuskan langkah-langkah selanjutnya dalam setiap rapat mendatang. Fischer tampaknya ingin memberi pernyataan yang kurang dapat ditebak mengenai kebijakan moneter di masa depan, saat data dan berbagai risiko geopolitik dapat membuat Fed menaikkan atau menurunkan suku bunga.

”Apapun kondisi ekonomi, tingkat suku bunga federal akan ditetapkan pada setiap rapat FOMC,” ungkap Fischer dalam pernyataan di The Economic Club of New York. Fed pekan lalu mengambil langkah menyiapkan pasar untuk kenaikan pajak pertama sejak 2006. Meski demikian, Chairman Fed Janet Yellen memberi sinyal bahwa bank sentral tidak bersiap untuk membuat langkah baru hingga akhir tahun ini.

”Sudah diperkirakan bahwa suku bunga akan naik sebelum akhir tahun ini,” tutur Fischer, mitra Yellen, dalam pernyataannya. Fischer menyebutkan kemajuan ekonomi yang bagus dan pasar tenaga kerja yang membaik. Kendati demikian, penguatan dolar mungkin mengurangi beberapa keuntungan dari akomodasi moneter. ”Pengetatan akan terjadi saat ada pemulihan lebih lanjut di pasar tenaga kerja dan kami sangat yakin inflasi akan kembali pada target kami 2% dalam jangka menengah,” ujarnya.

Dia menambahkan, sejumlah peningkatan suku bunga secara bertahap di masa depan dipastikan tidak terjadi karena ekonomi akan mengalami guncangan. Dia menekankan, Fed akan mempertimbangkan langkah kebijakan suku bunga ”naik dan turun” di masa depan. Fischer memperingatkan, sejumlah perangkat kebijakan Fed juga mengandung sejumlah risiko. ”Misalnya, program skala besar dapat memiliki dampak yang tak terantisipasi terhadap struktur pasar uang,” ujarnya.

Dia menambahkan, sejumlah program mungkin dapat mengganggu aliran uang. Sementara, pertumbuhan ekonomi AS yang melemah pada akhir tahun lalu lebih jelas terlihat dibandingkan proyeksi sebelumnya. ”Ekonomi AS tumbuh 2,2% pada Oktober hingga Desember pada level tahunan, dibandingkan proyeksi sebelumnya 2,6%,” ungkap laporan Departemen Perdagangan AS, dikutip BBC .

Revisi ini akibat terus melemahnya pertumbuhan dalam investasi persediaan bisnis dibandingkan proyeksi sebelumnya. Ekonomi tumbuh pada level tahunan 5% pada kuartal sebelumnya. Penurunan pertumbuhan dari kuartal III/2014 itu disebabkan peningkatan impor dan penurunan belanja pemerintah. Proyeksi kedua pertumbuhan AS itu berdasarkan sumber data ekonomi yang lebih lengkap.

Para ekonom sangat optimistis dengan kondisi ekonomi AS secara umum, meski terjadi penurunan pada kuartal IV/2014. Belanja konsumen yang mencakup sekitar 70% pertumbuhan ekonomi masih kuat dikarenakan penurunan harga minyak, sehingga konsumen memiliki kelebihan dana untuk dibelanjakan barang lainnya.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5130 seconds (0.1#10.140)