Hunian Eklektik Ekspresi Selera Pribadi

Minggu, 29 Maret 2015 - 10:05 WIB
Hunian Eklektik Ekspresi Selera Pribadi
Hunian Eklektik Ekspresi Selera Pribadi
A A A
Unsur etnik-klasik dipadukan dengan gaya modern menghasilkan tata hunian yang menarik. Seperti diterapkan oleh aktivis di bidang sosial, Sita Satar.

Hunian wanita yang menjabat Kepala Bidang Penggalangan Dana Yayasan Jantung Indonesia ini mengusung perpaduan dua gaya tersebut atau kita kenal dengan istilah eklektik.

Rumah Sita yang berada di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, memang sangat mencerminkan penerapan gaya eklektik.

Gaya tersebut sudah tampak begitu KORAN SINDO melangkahkan kaki ke area dalam kediaman wanita bernama lengkap Sita Damayanti Koentjaraningrat ini. Sita mengaku mendesain interior huniannya sendiri. Berbagai furnitur bergaya klasik maupun etnik banyak menghiasi ruang-ruang di rumah ini. Pemilihan mebel berikut elemen dekoratif lain di dalamnya, rupanya terkait dengan hobi sang nyonya rumah yang memang gemar mengoleksi barang-barang vintage.

”Banyak banget tempat yang sering saya kunjungi. Kalau mau mencari barang- barang antik, salah satunya di daerah Ciputat. Di situ banyak sekali yang menjual barang-barang antik,” kata Sita, membuka obrolan. Menurut Sita, gaya klasik yang terdapat di rumah ini merupakan pengaruh dari orangtuanya. Dulu, ayah serta ibunda Sita menyukai gaya tersebut, dan kesukaan itu pun menurun kepadanya. Apalagi, gaya rumah seperti ini amat mudah pengaplikasiannya.

”Tata rumah model begini tidak akan ketinggalan zaman karena simpel dan umum,” kata istri Rizal Satar, yang merupakan partner Price Waterhouse Coopers. Sebagai elemen dekoratif ruang, Sita memilih lukisan serta benda seni rupa lain. Di rumah ini terdapat cukup banyak lukisan cat air dan cat minyak yang terpajang indah di dinding. Sebuah piano juga ada di sini.

Sementara, yang cukup unik, jendela-jendela di rumah Sita tampak dominan ditutupi dengan kerai. ”Kalau pakai gorden, nanti malah menjadi tempat berkumpulnya debu. Beda dengan kerai, karena material ini lebih mudah dibersihkan,” ujar Sita. Ruang keluarga adalah ruangan inti di rumah ini, yang sengaja diletakkan di tengah-tengah areal rumah.

”Setelah pulang bekerja, semua berkumpul dulu di ruangan ini. Baik ketika kami masuk dari pintu depan ataupun pintu belakang, kami pasti melewati ruangan ini. Di sini kami biasa melakukan berbagai aktivitas seperti makan-makan, berdiskusi, dan bercengkerama. Setelah itu, baru kami kembali ke kamar masing- masing,” beber Sita.

Ruang keluarga ini sekaligus menjadi ruang favorit Sita. Sebab, di sanalah tempat ia berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga. Di lantai satu rumah ini terdapat pula ruang tamu, ruang makan, dapur, musala, serta ruang cigar (rokok) sang suami. ”Ruang cigar merupakan ruangan favorit suami saya. Di sini suami saya biasa berkumpul dengan teman-temannya sambil ngobrol dan merokok,” terang alumnus sastra Universitas Indonesia tahun 1984 ini. Warna putih juga tampak mendominasi rumah Sita.

Begitu pun unsur kayu, yang salah satunya diterapkan sebagai lantai. Kamar anak-anak Sita berada di lantai dua. Khusus untuk kamar anak, Sita sengaja membiarkan mereka untuk menata kamar sendiri sesuai selera masing-masing. Semisal warna yang diinginkan serta bentuk furnitur yang ada di dalamnya, termasuk desain kamar mandi anak-anak. Adapun ruang kerja Sita dan suami sengaja dibuat bersebelahan dengan kamar tidur mereka.

Lagi-lagi gaya klasik diterapkan di ruangan ini, terutama pada desain meja kerja Sita dan sang suami. Di ruangan ini terdapat berbagai macam koleksi buku. Yang unik, di kamar utama ini juga dibangun dua kamar mandi dengan desain yang berbeda.

”Sengaja dibikin dua kamar mandi supaya enggak berantem pas mau ke kamar mandi, he he he. Desainnya juga sesuai karakter kami masing-masing, yang berdasarkan gender,” beber ibu dua anak: Chininta Nilakanthi Satar dan Chandra A Nardhipa Satar. Rumah bagi wanita yang pernah menjadi atlet renang nasional saat remaja ini dimaknai sebagai tempat berkumpul seluruh anggota keluarga, tempat untuk saling bercengkerama, serta memberikan rasa nyaman dan tenang.

”Bagi saya, rumah adalah tempat berbagi kehangatan bersama keluarga. Rumah menjadi sentral berkumpul keluarga pada saat berangkat ataupun ketika pulang. Setelah letih bekerja, kita kumpul dan itu bisa menambah semangat sekaligus energi baru. Maka itu, saya membuat familyroom di tengah-tengah rumah agar tidak ada alasan untuk tidak berkumpul terlebih dahulu,” urai wanita kelahiran Jakarta, 30 Desember 1956 ini.

Soal lokasi rumah yang berada di Kemang, Sita sengaja memilihnya lantaran lokasinya yang strategis. Dengan begitu, dapat mempermudah akses, terutama untuk anak-anaknya. Sita membeli rumah ini pada 2004, namun baru ditempati tiga tahun kemudian setelah anak-anaknya kembali ke Tanah Air usai menamatkan sekolah mereka.

Rumah tersebut sempat dibongkar dan kemudian dibangun kembali dengan desain yang diinginkan oleh Sita.

Robi ardianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5471 seconds (0.1#10.140)