Saudi Pimpin 10 Negara Bombardir Yaman

Jum'at, 27 Maret 2015 - 09:49 WIB
Saudi Pimpin 10 Negara Bombardir Yaman
Saudi Pimpin 10 Negara Bombardir Yaman
A A A
SANAA - Timur Tengah memanas. Arab Saudi yang didukung sembilan negara kemarin melakukan serangan udara terhadap pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Operasi militer tersebut memicu kemarahan Iran karena bisa menyulut perang di Timur Tengah.

Duta Besar Saudi di Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir, mengungkapkan, serangan Saudi itu bertujuan membela pemerintahan yang memiliki legitimasi, yakni Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. ”Saudi akan melakukan hal apa pun yang diperlukan untuk melindungi rakyat Yaman dan pemerintahan yang memiliki legitimasi,” ujar Jubeir kemarin di Washington, AS.

Dia menambahkan, serangan Saudi itu mencegah pemberontak Houthi mengambil alih pemerintahan Yaman. Operasi militer itu merupakan k o m b i n a s i serangan udara ke berbagai target di Yaman. Namun, aset militer lain akan dimobilisasi untuk melancarkan serangan darat dalam beberapahari mendatang. KantorberitaSaudi, SPA, melaporkan operasi itu juga didukung Yordania, Sudan, Maroko, Mesir, dan Pakistan.

Operasi militer Saudi sebagai bentuk pertolongan bagi Presiden Hadi yang meminta anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk melakukan intervensi. Anggota GCC seperti Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab sepakat memberikan bantuan. ”Saudi membentuk koalisi beranggotakan lebih dari 10 negara, termasuk lima monarki Arab,” ungkap Jubeir.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Saudi menyiagakan 100 pesawat dan 150.000 tentara untuk operasi militer di Yaman. Uni Emirat Arab mengirimkan 30 pesawat tempur untuk bergabung dalam operasi tempur itu, sedangkan Bahrain dan Kuwait mengirimkan 10 pesawat. Mesir kemarin mengirimkan empat kapal perang ke Yaman melalui Terusan Suez.

Di Sanaa, Yaman, ledakan kuat terdengar di beberapa bagian kota itu ketika pesawat tempur Saudi menyerbu pangkalan udara, kantor pemberontak, dan gudang senjata Houthi. ”Angkatan Udara Kerajaan Saudi menghancurkan pertahanan udara Houthi dan merusak sejumlah pesawat tempur pemberontak,” kata penasihat militer Saudi, dikutip Reuters.

Militer Saudi kini mengamankan wilayah udara Yaman dan mengonsolidasikan zona larangan terbang. Menurut jurnalis di Sanaa, Hakim Almasmari, ratusan ledakan akibat serangan udara Saudi menyebabkan banyak penduduk terpaksa tinggal di rumah. Serangan Saudi itu juga mengakibatkan tujuh rumah hancur dan mengakibatkan sedikitnya 13 warga sipil tewas.

Di Yaman selatan, penduduk juga mendengar ledakan di Pangkalan Udara Al-Anad, utara Aden, yang dikuasai Houthi. Adapun AS mendukung serangan Saudi itu. Juru Bicara Gedung Putih Bernadette Meehan mengungkapkan, Presiden Barack Obama telah memerintahkan dukungan intelijen dan logistik dalam operasi militer Saudi.

”Pasukan AS tidak akan ikut ambil bagian dalam aksi militer di Yaman,” ujar Meehan, dikutip BBC. Dalam pandangan analis militer Letnan Kolonel Rick Francona, Riyadh tidak menginginkan Iran menguasai Yaman yang berada di selatan perbatasan Saudi. AS akan menyediakan informasi intelijen bagi Saudi. ”Riyadh tidak memiliki pantauan intelijen dan kemampuan pengintaian. Saudi membutuhkan pertolongan kita,” ujar Francona.

Iran Marah

Iran dipastikan ikut konflik di Yaman secara langsung. Selama ini Teheran mendukung pemberontak Houthi yang beraliran Syiah. Iran mengecam langkah Saudi melancarkan serangan ke basis pertahanan Houthi. Teheran meminta Saudi untuk menghentikan serangan udara itu. ”Itu adalah langkah bahaya yang melanggar tanggung jawab internasional dan kedaulatan nasional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham.

Dia menambahkan, aksi militer akan menjadikan situasi lebih kompleks, memperluas konflik, dan menghentikan resolusi perdamaian di Yaman. ”Agresi Saudi tidak akan menghasilkan apapun, kecuali memudahkan penyebaran terorisme dan ekstremisme serta meningkatkan instabilitas di seluruh kawasan (Timur Tengah),” tambahnya. Komentar Afkham didukung Kepala Komite Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan

Nasional Parlemen Iran Alaedin Boroujerdi. ”Arab Saudi mengibas- ibas kobaran api perang di kawasan Timur Tengah. Itu bentuk kecerobohan,” ujarnya dikutip kantor berita Fars . Dia menambahkan, asap api perang itu akan mengenai mata Arab Saudi karena perang itu tidak terjadi di satu tempat saja. ”Kita berharap operasi militer itu dihentikan dan permasalahan Yaman diselesaikan melalui jalur politik,” imbuhnya.

Milisi Houthi berjanji akan melakukan perlawanan terhadap serangan Saudi. Mohammed al-Bukhaiti, pemimpin pemberontak Houthi, memperingatkan operasi Saudi itu akan memicu agresi lebih besar. ”Perang lebih luas akan pecah di kawasan Timur Tengah,” kata Bukhaiti. Hal senada juga diungkapkan pemimpin sayap politik Houthi, Ansar Allah, pemberontak tidak akan menyerah tanpa pertempuran.

”Ini adalah agresi yang nyata dan kita akan melakukan perlawanan,” ujar Ali Al Imad kepada CNN. Diamenambahkan, serangan Saudi akan mempersatukan rakyat Yaman. Imad mengungkapkan, jika Saudi menginvasi Yaman dengan menerjunkan tentara, mereka akan menemui kegagalan. ”Mereka (Saudi) mungkin akan menghindari serangan darat. Jika itu terjadi, mereka akan membayar mahal,” janjinya.

Houthi mengklaim serangan udara Saudi mengakibatkan korban sipil berjatuhan. Propaganda untuk mempersatukan rakyat Yaman dilakukan pemberontak melalui berbagai media. Stasiun televisi milik Houthi, Al-Masirah , menayangkan video seorang gadis dan korban luka akibat serangan udara Saudi.

”Kita ingin Saudi tahu, apakah kamu (Saudi) tidak cukup dengan apa yang terjadi di Suriah dan Irak? Apakah kamu ingin melihat hal yang sama di Yaman? Kenapa kamu menembak misil ke warga sipil Yaman, baik perempuan maupun anakanak?” kata warga Yaman yang tak disebutkan namanya. Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Broto Wadoyo menilai konflik di Yaman merupakan perang yang muncul lagi setelah lama meredam.

Perang terhadap suku Houthi telah lama terjadi dan cukup pelik diakhiri karena penyebab mereka perbedaan paham antara Syiah dan Sunni. ”Suku Houthi itu kan memang cukup dekat dengan Iran jadi pantas buat Arab Saudi mengintervensi, tapi ini hanya berlandaskan pertarungan antara Suni dan Syiah. Normal jika Saudi melakukan intervensi dan Amerika memberi dukungan, ini klasik karena masalahnya di situ-situ saja,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.

Menurutnya, konflik ini perlu segera diakhiri karena akan terus menggerus stabilitas negeri Timur Tengah yang saat ini pada posisi kurang stabil. ”Kondisinya memang sudah nggak stabil antaraSaudidanIran. Kalautidak dihentikan akan merembet ke mana-mana karena akan sulit dijembatani antara kaum Sunni dan Syiah,” tandasnya.

Broto menyatakan, dalam konflik ini Amerika turut berperan, namun tak akan terlibat langsung. Amerika diperkirakan hanya memberi dukungan senjata dan kekuatan melalui Saudi untuk terus membombardir Yaman. Yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah munculnya kembali pembicaraan mengenai nuklir Iran. ”Ini memang pertarungan yang sudah lama, tapi perlu diwaspadai dengan adanya pembicaraan kembali terkait nuklir di Iran yang akan mengancam kehidupan orang banyak,” tukasnya.

Andika hendra m/m ula akmal
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6874 seconds (0.1#10.140)