Desa Sukameriah Kini Tak Meriah Lagi

Sabtu, 07 Maret 2015 - 10:04 WIB
Desa Sukameriah Kini Tak Meriah Lagi
Desa Sukameriah Kini Tak Meriah Lagi
A A A
KARO - Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, merupakan desa yang terdekat dengan Gunung Sinabung. Jaraknya hanya sekitar 2,5 kilometer (km) dari puncak kawah.

Setelah diterjang erupsi Gunung Sinabung untuk pertama kali pada 15 September 2013 dan terakhir pada Kamis (5/3) lalu, menjadikan Desa Sukameriah masuk kawasan zona merah (red zone ) Sinabung. Saat erupsi Gunung Sinabung pada 15 September 2013 silam, sebanyak 408 jiwa penduduk desa itu terpaksa harus angkat kaki meninggalkan desa tercinta.

Beban jiwa warga desa itu semakin terasa berat setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan Desa Sukameriah dan dua desa tetangganya, yakni Desa Bekerah dan Simacem, Kecamatan Naman Teran, sebagai areal zona terlarang. Karena itu, dengan penetapan status maka desa tersebut harus ditinggalkan dan tidak boleh ditempati dalam waktu yang belum ditentukan.

Setelah ditinggalkan mengungsi oleh warganya, Desa Sukameriah benarbenar menjadi desa mati. Tak ada warga, tak ada aktivitas pertanian. Padahal dulu desa ini merupakan lahan garapan sangat subur untuk komoditi pertanian, terutama sayurmayur. Tapi, kini desa itu rata tertutup debu vulkanik tebal. Terakhir, desa ini disapu lagi awan panas Gunung Sinabung pada Kamis (5/3) dini hari.

Pengamatan KORAN SINDO MEDAN , Jumat (6/3), dari perladangan kopi di Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, terlihat jelas Desa Sukameriah tampak seperti sebuah gurun tandus dipenuhi ratusan ton material debu vulkanik hasil muntahan Gunung Sinabung. Tidak terlihat lagi satu pun bangunan permukiman penduduk di Desa Sukameriah.

Menurut warga setempat, seluruh bangunan telah tersapu hingga ke aliran Sungai Lau Borus yang kini juga mengering. Kepala Desa Sukameriah, Amir Ginting mengatakan, desa yang dia pimpin kini hilang diterjang awan panas Gunung Sinabung. “Saya sendiri memang belum melihatnya. Karena saya tidak berani dekat-dekat. Namun informasi yang saya terima memang seperti itu. Ya sudahlah, mungkin memang sudah begitu rencana Tuhan,” ujarnya pasrah.

Saat disinggung mengenai relokasi, Amir mengatakan, belum ada informasi yang jelas dia terima dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo. “Kata mereka, tunggu bangunannya selesai dulu,” katanya.

Aktivitas vulkanologi Sinabung hingga Jumat (6/3) pukul 18.00 WIB, berdasarkan data yang dihimpun dari Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung (PPGA) teramati di puncak Gunung Sinabung cuaca cerah berawan dan angin perlahan bergerak ke barat. Teramati juga asap putih tipis-tebal dengan ketinggian 50-300 meter. Selain itu, teramati guguran lava dari puncak sejauh 500- 700 m.

Sementara untuk jumlah pengungsi korban erupsi Sinabung yang masih bertahan di posko penampungan berjumlah 795 kepala keluarga (KK) atau 2.442 jiwa asal Desa Sigarang- Garang dan Suka Nalu, Kecamatan Naman Teran, yang menempati tujuh titik posko terpisah.

Di antaranya GBKP Kota Berastagi, Klasis GBKP Berastagi, Gedung KWK Berastagi, GBKP Jalan Kota Cane Kabanjahe, Gedung eks Universitas Karo 2 dan 3 Kabanjahe, serta Gedung Serba Guna KNPI Kabanjahe.

Reza Pinem
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5065 seconds (0.1#10.140)