Hidupkan Kembali Lumbung Pangan

Kamis, 05 Maret 2015 - 10:44 WIB
Hidupkan Kembali Lumbung Pangan
Hidupkan Kembali Lumbung Pangan
A A A
Ringga Arif Widiharto.
Mahasiswa Sosiologi. Universitas Gadjah Mada


Orang kebanyakan mengidentikkan desa dengan pertanian. Namun senyatanya, denyut jantung pertanian juga mengalami penyumbatan di setiap ”pembuluhnya”.

Maraknya alih fungsi lahan dan pembangunan industri yang merangsek masuk desa membuat eksistensi pertanian dan petani makin tergerus. Keberpihakan kepada desa dan pertanian memang diperlukan di tengah gempuran berbagai produk pangan dari luar negeri. Kita masih saja mengimpor kebutuhan pangan dalam skala besar. Bayangkan, garam saja kita tak mampu mencukupinya, atau memang ada sistem yang membikinnya tak pernah cukup?

Padahal bangsa Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang melimpah, tetapi justru diberikan kepada asing. Kita lihat berapa banyak perkebunan milik asing yang berada di Kalimantan dan Sumatera? Belum lagi kekuatan kapital uang yang dengan seenaknya menghancurkan lahan pertanian subur yang merupakan titipan anak cucu. Kita mendorong UU Desa yang baru jangan hanya berhenti dalam tataran produk hukum, tetapi lebih pada implementasi di lapangan.

Sudahlah, jangan kita menganaktirikan desa, bagaimanapun sejatinya desa itu adalah ruhnya negara. Pedesaan yang selama ini telah dikuras sumber dayanya, pada dasarnya (masyarakatnya) juga berhak untuk mendapatkan hak sosial-ekonominya. Pasar desa, lumbung pangan desa, serta infrastruktur fisik lain perlu dikembangkan, mengingat tantangan ke depan makin kompleks.

Di saat panen raya, perlu ada perlindungan, begitu pula tatkala terjadi gagal panen ada perlindungan. Petani ini juga perlu membentuk perkumpulan/organisasi yang mempunyai tujuan sama untuk kesejahteraan mereka. Pasar desa bisa menjadi tempat untuk mempertukarkan hasil pertanian dengan barang kebutuhan sehari- hari lainnya, tanpa saling merugikan.

Pengelolaannya melibatkan warga masyarakat desa itu sendiri, bisa dilakukan pendampingan dan pemberdayaan oleh NGO, maupun kalangan kampus. Sehingga lumbung pangan di desa itu bisa bermanfaat bagi masyarakat. Inilah kiranya yang perlu dihidupkan kembali, yakni semangat kegotongroyongan, kebersamaan, dan modal sosial yang tercerabut dari khasanah masyarakat desa, yang sengaja dibentuk oleh kekuatan kapitalistik global.

Dengan 69 tahun usia republik ini, semoga kita bisa menjadi bangsa yang tangguh menghadapi segala macam tantangan ke depan. Merdeka!
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8624 seconds (0.1#10.140)