Penerbangan Harus Didukung Moda Transportasi Lain

Kamis, 05 Maret 2015 - 10:35 WIB
Penerbangan Harus Didukung Moda Transportasi Lain
Penerbangan Harus Didukung Moda Transportasi Lain
A A A
Menghadapi era pasar bebas ASEAN, Garuda Indonesia punya modal besar yaitu diperolehnya penghargaan sebagai maskapai bintang lima oleh Skytrax. Ini tentu sebuah prestasi yang sulit diperoleh oleh maskapai lain di tengah sengitnya persaingan di industri penerbangan.

Pencapaian ini bisa jadi melecutkan semangat manajemen Garuda yang bertekad menjadikan maskapai kebanggaan dalam negeri ini untuk terus terbang tinggi. Bagaimana strategi Garuda Indonesia mempertahankan predikat sebagai maskapai terbaik dari sisi layanannya? Berikut petikan wawancara dengan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk M Arif Wibowo di Jakarta beberapa waktu lalu.

Anda belum lama diangkat menjadi Direktur Utama Garuda. Apa yang akan Anda lakukan untuk menerbangkan Garuda lebih tinggi lagi?

Ke depan tantangannya tentu lebih besar. Terutama skalanya yang lebih besar. (Sebelumnya , Arif adalah Direktur Utama Citilink, anak usaha Garuda). Apalagi, exposure atau risiko-risiko internasional juga akan lebih besar karena Garuda ini 45% ditopang oleh rute internasional. Sekarang, kita terbang ke 53 tujuan di domestik dan 17 rute internasional meliputi 70 destinasi.

Dari situ saja sudah diketahui, produksi memang cuma 17 destinasi untuk internasional, tetapi kalau melihat ketersediaan kursi per kilometernya itu masih besar, kirakira persentasenya 45-55. Dari situ, kami harus benar-benar memastikan bahwa semua bisnis Garuda ke depan bisa tahan terhadap tekanan eksternal. Oleh sebab itu, pasar internasional menjadi tantangan utama kami, karena harus berhadapan dengan pemain-pemain yang sudah sangat lama berada di pasar itu.

Bagaimana kesiapan Garuda berhadapan dengan pemain lama di pasar global?

Kita punya modal. Kami bersyukur, sudah masuk dalam kategori bintang lima Skytrax, di antara tujuh maskapai dunia. Sehingga, kami sudah memasuki tataran reputasi global dan bisa diakses sebagai anggota SkyTeam. Aliansi SkyTeam merupakan aliansi global yang menunjukkan bahwa sebuah maskapai punya reputasi. Ini penting tidak hanya untuk masalah beli pesawat baru. Kami juga dinilai berdasarkan kualitas kru kabin. Ini menunjukkan, apa yang kita lakukan sudah mendapatkan reputasi.

Apa yang dilakukan untuk mempertahankan reputasi itu?

Kita menjaga apa yang kita dapat, sekaligus mengembangkan supaya bisa benar-benar bersaing. Caranya, dengan menghasilkan pendapatan lebih tinggi. Kalau bisa kami bilang, harus lebih tinggi lagi dari apa yang dicapai sekarang dengan melakukan berbagai antisipasi. Untuk menjadi pemain global, ada tiga hal yang perlu diperhatikan yakni nilai tukar, suplai, dan pertumbuhan ekonomi global.

Untuk tahun ini, faktor mana yang paling berpengaruh?

Jadi ketiganya ini multisebab atau saling berhubungan. Dampaknya akan terus berputar. Nah,ini yang terus kita waspadai di internasional. Tapi kami juga yakin, dengan modal yang kami miliki, reputasi internasional itu menjadi tantangan untuk kita menjadi kuat. Yang pasti, kita tidak akan berpuas diri. Tidak akan seperti itu, sebab persaingan juga tidak pernah diam.

Kemarin, di domestik kita tetap akan memperkuat sektor-sektor pengumpan menggunakan Garuda Explore. Segmen ini menjadi penopang mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak dari ruterute pengumpan. Jadi, tahun ini sudah ada 17 rute pengumpan yang memperkuat semua rute domestik pada 53 destinasi. Di samping itu, kami juga sudah membuka 17 kota di domestik dan internasional.

Kalau perbandingan domestik dan internasional yang diharapkan?

Dari sisi trafficpenumpang, tahun ini kita ada total 25 juta penumpang. Kita harapkan bisa menopang, minimal delapan sampai sepuluh juta penumpang untuk internasional. Tapi tingkat ketersediaan kursi per kilometer (ASK)-nya panjang- panjang, jadi kalau intens of passenggerlebih sedikit, namun intens of capacitiyitu langsung dobel. Sebab, rata-rata, international seat capacityitu besar, dan jaraknya jauh sampai ke Eropa misalnya.

Ada rencana membuka rute baru internasional?

Di internasional kita ada penguatan rute, untuk jarak menengah kira-kira penerbangan dengan waktu lima sampai tujuh jam. Di rute ini kita melakukan beberapa reposition network. Kita juga memaksimalkan rute-rute lain seperti China dan sekitarnya yang pasarnya sudah jelas. Hanya, untuk rute Eropa, ini yang harus kita pertahankan. Ini penting sebagai pemain global baru seperti Garuda. Strategi paling baik memang menguatkan rute Eropa, mulai dari tingkat pendapatan maupun tingkat keterisian. Saat ini sudah bagus, per Januari 2015 sekitar 80%.

Apa pekerjaan rumah Garuda ke depan setelah mendapat bintang lima dari Skytrax?

Dengan 1.000 destinasi yang bisa dihubungkan di dalam Sky- Team, ini menjadi nilai tambah masuk ke Garuda. Yang jelas, pekerjaan rumah Garuda ke depan, rute internasional harus kuat. Pencitraan sudah kita dapatkan, melalui bintang lima Skytrax. Dan, itu yang mengakui bukan kita sendiri, namun benar-benar melalui penilai independen.

Mau tidak mau kita harus bersanding dan berhadapan dengan pemain global lain yang sudah puluhan tahun bintang lima. Misalnya Singapore Airlines (SQ) atau Cathay Pacific. Mereka-mereka sudah long live five starSkytrax. Tugas saya sebagai penerus Pak Emir (Emirsyah Satar, direktur utama Garuda Indonesia sebelumnya) harus menjaga agar Garuda tetap berdaya saing tinggi.

Sesulit apa mendapatkan bintang lima Skytrax?

Prestisius. Itu juga didapat secara bertahap, mulai dari bintang tiga, bintang empat, bintang empat setengah hingga bintang lima. Jadi, economic classkita itu bintang lima, first classkita bintang lima, bisnis classkita empat setengah. Total skor kita masuk kategori bintang lima. Kalau SQ bintang limanya cuma di first class, bisnis sama ekonomi bintang empat. Jadi, Garuda itu sebenarnya lebih tinggi dibanding SQ.

Tantangan ke depan mempertahankan bintang lima?

Yang harus kita lanjutkan ialah people(orang), kemudian teknologi dan informasi. Artinya, bagaimana orang-orang yang berada di belakang itu bisa terus mendorong, bekerjanya maju dengan teknologi proses kesempatan untuk berbisnis yang juga harus berkelas. Contohnya, Garuda kalau di skala global harus sudah menjadi korporat branduntuk korporasi. Jadi kalau perusahaan multinasional, yang ingin keluar ke berbagai tujuan harus tahu Garuda saja misalnya. Tidak lagi yang lain.

Terkait pemberlakuan Open Sky, bagaimana posisi tawar Garuda sebagai airlines besar di dalam negeri?

ASEAN Open Sky itu harus disambut bareng- bareng oleh semua pelaku, baik itu maskapai sebagai backboneangkutan udaranya, airport, kemudian intermodanya. Saya dengar Thailand sudah menyiapkan diri dengan membuka intermoda antar titiktitik destinasi wisata yang akan dibuka, termasuk destinasi ke wilayah yang menarik dan berkembang. Kalau di dalam negeri, jangan sampai telat.

Harus ada destinasi ke titik-titik yang menarik untuk disinggahi oleh wisatawan. Artinya, ketika penumpang turun dari pesawat dan berada di bandara, minimal semua intermoda bisa terakomodasi ke tempat tujuan. Kalau saya pada promosi open sky kami coba menyedot dari luar untuk memastikan untuk masuk ke pelosok. Makanya kita kembangkan Garuda Explore. Misalnya, dari Denpasar untuk akses ke Komodo gampang, ke Lombok gampang, maskapai lain dari luar tidak bisa, atau paling banter hanya sampai Bali atau Jakarta.

Ichsan amin/Sudarsono
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4102 seconds (0.1#10.140)