Berharap Ada Diskon Lagi

Minggu, 01 Maret 2015 - 11:07 WIB
Berharap Ada Diskon Lagi
Berharap Ada Diskon Lagi
A A A
Investor saham dapat memilih strategi aktif atau pasif dalam mengelola dananya. Strategi aktif menuntut investor mempunyai banyak waktu untuk memonitor portofolio dan memahami analisis teknikal.

Inti dari analisis ini adalah belilah saham ketika harganya sedang menanjak dan juallah ketika harganya tidak mampu memberikan perlawanan alias terus merosot. Jangan takut untuk membeli saham pada harga yang tinggi jika kita dapat menjualnya lebih tinggi lagi atau buy high and sell higher . Sebaliknya, segeralahkeluardari sahamyang sedang dirundung sentimen negatif untuk membatasi kerugian karena harganya dapat turun secara teratur.

Saya mengapresiasi banyak kawan dan rekan analis yang menerapkan strategi ini. Karena aksi merekalah, bursa saham menjadi ramai dan tercipta banyak pekerjaan di pasar modal. Namun, saya mengambil strategi pasif karena keterbatasan waktu saya untuk mengawasi portofolio saham hari per hari apalagi jam per jam. Saya lebih suka menerapkan prinsip investasi buy low and sell high baik untuk properti maupun saham.

Diskon saat Pesimistis

Untuk itu, salah satu strategi yang kerap saya lakukan adalah mengidentifikasi saham-saham yang telah mengalami tekanan berat akibat pesimisme yang berlebihan dari para investor saham. Saham apa pun yang dilanda overpesimisme, tidak peduli yang berkapitalisasi besar atau masuk dalam LQ-45 atau IDX 30, harganya akan menjadi kemurahan sehingga menarik untuk dikoleksi.

Overpesimisme ini dapat terjadi untuk beberapa saham saja atau sebagian besar saham yang diperdagangkan. Contohnya, saham BJBR (Bank Jabar) yang IPO pada 2010 di harga Rp600 dan langsung melejit ke Rp900 di hari listing dan menembus Rp1.770 pada tahun itu. Akhir tahun lalu saham ini hanya dihargai Rp730. Saya baru sempat membelinya di harga sekitar Rp790 untuk kemudian menjualnya di harga Rp950 minggu lalu. Contoh lain adalah saham BBTN (Bank BTN) yang melantai di bursa pada harga Rp850 pada akhir 2009.

Harganya sempat menembus Rp1.900 pada Oktober 2010, tetapi akhir Januari lalu saham ini kena hukuman pasar di harga Rp990 karena diminta pemerintah untuk menurunkan bunga KPR-nya. Jika tidak ada penugasan khusus ini, harga serendah ini sungguh kemurahan.

Diskon Besar Tahun 2008

Ketika pesimisme berlebihan melanda bursa, indeks pun akan terpelanting. Inilah saat terbaik untuk masuk ke pasar. Anda tentu masih ingat dengan kejadian pada 2008. Pada tahun itu IHSG dibuka di 2.746 dan sempat terperosok ke 1.100 pada Oktober sebelum ditutup di 1.355 pada akhir tahun.

Di mata saya, IHSG yang merosot 55% saat pertumbuhan ekonomi masih positif di atas 4% adalah tidak masuk akal. Saya hanya percaya dalam jangka panjanghargaakankonvergenke nilainya. Karena itu, saya hanya menuliskan, jika investor tidak lagi panik, siap-siap diskon akan berkurang dan bahkan tidak ada lagi ketika kondisi sudah normal dan itu akan kita saksikan dalam 2-3 tahun kemudian. Sejatinya, cukup banyak investor lain yang menyadari IHSG sudah memberikan diskon besar saat IHSG berada di bawah 1.500 pada 2008.

Namun, mereka tidak berani melawan arus pasar yang telah dirasuki sentimen ketakutan yang berlebihan. Soal ini belajarlah dari Warren Buffett. Saat bursa saham sudah terdiskon besar, katakan 20%-25% apalagi jika 50% lebih, jangan tunda lagi untuk membeli saham. Mungkin saja diskon akan lebih besar lagi besok atau minggu depannya. Jika ini terjadi, berarti ada orang yang lebih beruntung daripada kita karena memperoleh diskon yang lebih besar.

Namun, kita juga tidak perlu bersedih karena sudah dapat diskon besar yang jarang-jarang ada. Di pasar apa pun, diskon tidak ditawarkan terus-menerus. Lebih lanjut, Buffett mengatakan bahwa investor mestinya bersikap sama seperti konsumen barang yaitu senang ketika harga yang ditawarkan murah. Ketika kita membeli saham murah, risiko downside relatif kecil sementara potensi naikterbukasangat lebar. Bahasa kerennya adalah ketika membeli saham, watch for the downside and the upside potential will take care of itself.

Menurutnya, yanggembira ketika harga barang atau sahamnya diperdagangkan tinggi hanyalah produsen. Ngomong-ngomong, Anda sempat memborong ketika overpesimisme kembali terjadi pada Juni-September 2013? Dari angka tertingginya di 5.208 pada 22 Mei 2013, IHSG kemudian tergelincir 24% hingga 3.968 pada 27 Agustus 2013.

BUDI FRENSIDY
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan, www.fund-and-fun.com @BudiFrensidy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4587 seconds (0.1#10.140)