Situs Sangiran Belum Optimal

Jum'at, 27 Februari 2015 - 14:15 WIB
Situs Sangiran Belum Optimal
Situs Sangiran Belum Optimal
A A A
SRAGEN - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan bakal mendorong pengembangan situs purbakala Sangiran. Meski sebagai salah satu wa risan peradaban tertua di dunia, keberadaannya belum optimal dikembangkan “Sangiran adalah warisan peradaban dunia.

Karena tempatnya di Jawa, maka menjadi peradaban Nusantara,” kata Anies Baswedan saat mengunjungi museum purbakala Sangiran di Kecamatan Kalijambe, Sragen, kemarin. Meski bangsa Indonesia usianya masih relatif muda, namun di Sangiran telah ada sejarah perjalanan manusia yang kemudian dikenal dengan homo erectus dengan usia jutaan tahun lalu. Untuk itu, Situs Sangiran diharapkan memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan tentang kebudayaan karena memiliki budaya yang luar biasa.

Selain itu, punya potensi pariwisata yang luar biasa karena tidak ada di tempat lain di dunia yang memiliki koleksi selengkap Sangiran. Namun sejauh ini, pengembangan Sangiran belum op-timal. Sebab pengunjung yang datang baru sekitar 314.000/- tahun. Dari jumlah itu, 15% di antaranya berasal dari luar negeri.

“Bayangkan kalau yang datang 1 juta orang/tahun,” tandasnya. Terkait itu, Kemendikbud berencana membuat Sangiran lebih berkembang. Sebagai tempat belajar, Sangiran akan ditonjolkan ke dalam peradaban dunia internasional. Alasannya, tidak banyak tempat yang seperti itu dan menjadi pusat perhatian dunia. Sehingga sangat disayangkan jika tidak dikembangkan.

Selain itu, Sangiran juga harus memiliki efek terhadap lingkungan sekitarnya sebagai tempat pariwisata yang mensejahterakan. Dicontohkannya, di Mesir terdapat Piramida yang luar biasa atau di Amerika Latin dan dapat dikembangkan. Sementara, Sangiran memiliki peradaban yang jauh lebih tua dari itu semua. Kelebihan lainnya adalah di Sangiran adalah dapat memegang barangnya langsung.

Sedangkan di situs lainnya di negara lain tidak diperkenankan memegang. Bagi anak-anak setelah memegang fosil dengan usia 32 juta tahun lalu, tentu akan memiliki perspektif berapa panjang peradaban di Nusantara. Sehingga warisan itu harus ditonjolkan ke generasi muda dan anak anak. Selama ini, kunjungan turis asing 60% di antaranya karena kebudayaan. Sedangkan 30% lainnya karena pemandangan dan 10% sisanya karena lain lain.

Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Sukronedi mengatakan, luas situs purbakala Sangiran mencapai 56 km persegi. Luasan meliputi Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Di Sragen, meliputi Kecamatan Kalijambe, Plupuh dan Gemolong. Sedangkan di Karanganyar meliputi Kecamatan Gondangrejo. Terdapat 161 dusun di 21 desa di kedua kabupaten yang masuk zona situs.

Daerah itu ditempati ribuan orang di dalamnya. “Inilah keunikan situs Sangiran karena di dalamnya didiami manusia,” beber Sukronedi. Berbeda dengan situs situs di negara lain, zona yang masuk situs harus steril dan tidak boleh ditinggali manusia. Tercatat kini ada 37.000 koleksi fosil purba di zaman purba dan terus bertambah. Mulai fosil manusia purba jenis homo erectus dan hewan hewan purba. Antara lain buaya,kuda nil, rusa, harimau, gajah hingga gigi hiu.

Anies Datang Ujian Ditunda

Sebelum berkunjung ke Situs Sangiran, mendikbud Anies Baswedan menyempatkan diri datang ke SMA Negeri 1 Solo. Pihak sekolah terpaksa menunda pelaksanaan ujian tengah semester II untuk menyambut Anies. Salah seorang siswa, Robbi mengatakan sesuai jadwal ujian tengah semester dimulai Senin (23/2) hingga Sabtu (27/2) mendatang.

“Hari ini (kemarin), sejak pagi tidak pelajaran dan ujian tengah semester ditunda hingga Senin mendatang,” ucapnya. Siswa kelas X Rizka Eka juga menyayangkan pengunduran jadwal ujian tersebut. “Diberitahu baru Rabu (25/2) kemarin kalau ada menteri dan ujian ditunda,” katanya. Menanggapi hal tersebut, Menteri Anies Baswedan, mengaku tidak terlalu mempermasalahkan penundaan ujian.

“Saya melihatnya itu bukan dari sisi penundaan ujiannya, namun yang saya lihat itu justru proses belajar siswa yang bagus,” katanya. Menurut Anies, dalam penentuan kelulusan bukan berdasarkan nilai ujian dalam hal ini Ujian Nasional (UN) namun dilihat dari nilai rapor siswa dari seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.

Ary wahyu wibowo/Arief setiadi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1661 seconds (0.1#10.140)