Sentra Promenade Bernama Tebet

Minggu, 22 Februari 2015 - 09:24 WIB
Sentra Promenade Bernama Tebet
Sentra Promenade Bernama Tebet
A A A
Dinamika penduduk membuat berbagai wilayah di DKI Jakarta berkembang pesat baik fungsi maupun peruntukannya. Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, misalnya.

Tempat relokasi warga Senayan yang tergusur oleh pembangunan stadion ini sekarang telah menjelma menjadi salah satu kawasan wisata kuliner dan belanja yang selalu ramai. Kawasan yang mengalami perkembangan terpesat di Kecamatan Tebet adalah Jalan Tebet Utara Dalam.

Mulai pertigaan Jalan KH Abdullah Syafiie dari arah Kampung Melayu hingga pertigaan Jalan Tebet Raya, di kiri dan kanan jalan terdapat sejumlah kafe, resto, distribution outlet (distro), factory outlet, salon, hingga kantor bisnis kreatif. Beberapa distro favorit di sini misalnya Endorse, Bloop, Noin Brand, Square Inc, dan Nanonine.

Busana dan aksesori yang ditawarkan updated dengan banderol yang terjangkau kantong anak muda. Sementara itu, sejumlah kafe dan resto untuk wisata kuliner antara lain Nasi Bebek Ginyo, Kebab Turki, DeJons Burger, Dikies Food & Beverage, Sushi- Ya, Burger & Grill, Ayam Bakar Mas Mono, Comic Cafe, dan Seven Eleven.

Kreativitas dan inovasi tren yang ditawarkan para pengelolanya membuat konsumen di kawasan ini didominasi anak muda meski tak sedikit pula kalangan dewasa dan mereka yang datang bersama keluarga. Maka berbicara soal Tebet saat ini tak sekadar tentang wisata kuliner dan berbelanja, tapi juga meliputi fasilitas pendukung gaya hidup kaum urban. Termasuk soal jalan-jalan, nongkrong, dan bergaul. Promenade.

Belum gaul jadi anak muda kalau belum pernah hangout di Tebet. Setiap hari ketika jam makan siang, kawasan Tebet selalu macet, terutama karena parkir kendaraan pengunjung. Berbagai tempat makan baik itu rumah makan cepat saji, kafe, resto hingga warung nasi sederhana sekalipun pasti penuh. Umumnya kafe dan restoran di kawasan Tebet ini di buka sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.

Sering pula terlihat mobil-mobil dengan nomor polisi dari luar daerah yang menandakan tempat ini juga sudah dikenal luas oleh wisatawan. Tempat wisata dan bisnis ekonomi kreatif juga tumbuh di berbagai jalan lain di dalam ”labirin” kota bernama Tebet. Tak hanya tempat makan dan belanja, tapi juga galeri seni, studio foto,

dan studio musik. Beberapa di antaranya sudah berdiri puluhan tahun, antara lain di Jalan Tebet Raya mulai persimpangan Jalan Dr Saharjo-Jalan Prof DR Soepomo hingga pertigaan Jalan Tebet Timur Dalam III, Jalan Tebet Timur Dalam II, Jalan Tebet Timur, Jalan Tebet Timur Dalam, Jalan Tebet Utara I, dan sejumlah jalan lain di kecamatan yang terdiri atas tujuh kelurahan ini.

Sebelum wisata kuliner di Tebet berkembang, ada beberapa tempat makan dan minum yang telah berada lama di kawasan ini, di antaranya Mie Sanjaya dan Susu Suke, Roti May Vel, dan Warteg Warmo. Tempat-tempat kuliner ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Warung Suke yang terletak di Tebet Timur Dalam, misalnya, sudah berdiri sejak 1968.

Menurut Usin, sang pemilik, pelanggan warung susunya beraneka ragam mulai anak SD hingga orang-orang kantoran. Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta Joko Kundaryo mengatakan, suatu pasar atau pusat keramaian muncul bisa karena rancangan pemerintah atau tumbuh sendiri secara alamiah lantaran kreativitas komunitas atau masyarakat yang ada di sana.

Keberadaan kawasan seperti ini, lanjut Joko, tidak bisa dibendung karena merupakan bentuk roda perekonomian yang berputar dari arus bawah. Dalam konteks ini, pergeseran fungsi kawasan Tebet memberi efek positif secara ekonomi baik bagi pelakunya maupun masyarakat setempat.

”Posisi pemerintah membina dan menjaga tata lokasi ekonomi kreatif yang tumbuh di kawasan Tebet agar terus berkembang dan tetap mengikuti berbagai aturan yang berlaku. Juga supaya tidak muncul persoalan sosial maupun ekonomi di kemudian hari,” papar Joko. Dia mencontohkan penataan parkir di pinggir jalan dan di badan jalan, keberadaan pedagang kaki lima, perizinan, pajak, sampah, keamanan, dan lainnya.

Ada kontribusi dari para pelaku usaha terhadap pembangunan kawasan. Jam operasional tempat-tempat keramaian pun perlu diperhatikan agar masyarakat tidak terganggu. Pelaku usaha juga diharapkan memprioritaskan merekrut pekerja dari penduduk setempat. ”Di situ keseimbangannya. Halhal ini yang perlu terus diperhatikan agar bisnis dan kemasyarakatan samasama berkembang,” urai Joko.

Menurut dia, saat ini sentra-sentra ekonomi kreatif di Ibu Kota terus meluas dan memberi kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Pakar sosial dan budaya dalam arsitektur dan perancangan perkotaan Gunawan Tjahjono berpendapat, kawasan perkotaan pasti mengalami perkembangan dalam kurun waktu tertentu.

Pertambahan penduduk, mobilitas penduduk, dan pertumbuhan ekonomi membuat masyarakat menghadirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhannya. ”Di saat itulah terjadi pergeseran. Misalnya, yang dulu permukiman perlahan menjadi kawasan bisnis. Harga properti pun ikut naik,” sebutnya.

Wilayah yang fungsinya paling mudah bergeser dari permukiman menjadi pusat bisnis adalah yang berada di lintasan jalan raya. Ini lantaran mobilitas masyarakatnya cukup tinggi. ”Kondisi itu tidak dapat dihindarkan. Tapi perkembangan yang terjadi perlu diperhatikan agar masyarakat tetap bisa nyaman tinggal di kawasan itu,” kata guru besar Departemen Arsitektur Universitas Indonesia (UI) itu.

Ilham safutra
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5450 seconds (0.1#10.140)