Perkuat Diplomasi Budaya

Minggu, 01 Februari 2015 - 13:32 WIB
Perkuat Diplomasi Budaya
Perkuat Diplomasi Budaya
A A A
Musisi senior Addie MS berharap keberadaan BEK dapat meningkatkan kekuatan diplomasi budaya Indonesia di hadapan negara lain bahkan secara global. Pendiri Twilite Orchestra ini mengingatkan, kekayaan dan potensi ekonomi kreatif kita sangat besar di semua subsektor. Itu semua merupakan modal yang sangat bagus untuk diplomasi budaya.

”Jadi, selain penerimaan negara meningkat, pelaku usahanya lebih kreatif dan sejahtera serta terlindung karyanya. Saya yakin industri kreatif kita mampu menjadi sarana diplomasi budaya. Misalnya lewat fashion, kuliner, musik, kriya, pertunjukan, aplikasi game, bahkan arsitektur dan desain interior,” kata Addie.

Dia menjelaskan, diplomasi budaya merupakan teknik diplomasi yang halus untuk memengaruhi negara lain bahkan dunia seperti yang dilakukan Korea Selatan dengan K-Pop-nya. ”Nah, kita punya segala kekayaan untuk menampilkan produk dan sosok bangsa kita menjadi mendunia secara elegan melalui industri kreatif. Saya yakin itu. Ini saatnya,” ujar penata musik sejumlah film nasional ini.

Menurut Addie, untuk bisa mendunia sebagai alat diplomasi budaya, berbagai kekuatan dan potensi ekonomi kreatif harus benar-benar dibina. Berbagai potensi yang ada tidak lagi dibiarkan berjalan sendiri, tapi ada yang mendampingi, mengelola, dan membantu. Karena itu, Addie menaruh harapan besar kepada BEK dan Triawan.

Mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengungkapkan, dengan lahirnya BEK, ekonomi kreatif harus bergeliat lebih maju lagi dibandingkan sebelumnya. Itu karena ada alokasi anggaran khusus, orang-orang khusus, dan hubungan dengan stake holder yang lebih fokus.

Sapta mengingatkan agar BEK mengusung program konkret seperti mendirikan sentra-sentra kreatif lebih banyak di berbagai daerah. Pembinaannya dapat didampingi oleh perguruan tinggi dan entrepreneur sukses sehingga industri kreatif kelas mikro mampu naik kelas menjadi menengah hingga menjelma menjadi industri besar.

Dia memandang, dari 16 subsektor ekonomi kreatif, ada tiga yang memberi dampak positif tertinggi baik dalam hal penyerapan tenaga kerja maupun pertumbuhan ekonomi. Ketiga subsektor tersebut adalah kuliner, fashion, dan kriya. ”Ketiga sektor itu memiliki peluang besar. Pasarnya luas hingga ke luar negeri. Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Ini yang menjadi nilai tambah,” katanya.

Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menilai, dibentuknya BEK menunjukkan keberpihakan yang besar dan jelas dari pemerintahan saat ini terhadap pengembangan ekonomi kreatif. ”Tapi tentu akan jauh lebih baik jika pengembangannya dilakukan secara berkelanjutan sehingga hasil yang dicapai bisa lebih maksimal. Jangan mulai dari nol lagi karena pemerintahan sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai isu strategis terkait pengembangan subsektor ekonomi kratif,” dia berharap.

Sejumlah isu strategis yang dimaksud Mari antara lain sumber daya manusia (SDM), keberadaan industri nonformal, ketersediaan pembiayaan yang sesuai, ketersediaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif, serta partisipasi aktif pemangku kepentingan. Fokus pengembangan ekonomi kreatif 2015- 2019 adalah penciptaan produk dengan daya saing kompetitif berdasarkan SDM dan sumber daya alam (SDA) berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi.

Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengatakan, konsekuensi logis dari berdirinya BEK adalah kemajuan segala subsektor ekonomi kreatif. ”Itu karena pengambangan ekonomi kreatif lebih fokus,” ujar salah satu inisiator RUU Ekonomi Kreatif ini. Menurut Fahira, menghadapi MEA, semua potensi harus disiapkan agar benar- benar berdaya saing tinggi.

”Tujuan kami merancang RUU Ekonomi Kreatif adalah agar kita punya fondasi dan payung hukum yang komprehensif untuk melindungi ekonomi kreatif dan membuatnya bisa cepat berkembang,” beber Fahira. Penulis Dewi Lestari menekankan, BEK idealnya berdiri sendiri karena ekonomi kreatif merupakan bidang yang sangat dinamis dan perlu keterlibatan interkementerian.

Dukungan dari pemerintah, lanjut dia, bukan melulu soal dana, tapi yang lebih penting adalah kebijakan, fasilitasi, regulasi pajak, koordinasi, dan lainnya. ”Pada dasarnya kreativitas itu sulit dibatasi birokrasi. Keluhan-keluhan dari para pelaku ekonomi kreatif selama ini adalah lambat dan berbelit-belitnya jalur birokrasi,” ujar Dee.

Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Kementerian Pariwisata Harry Waluyo menambahkan, selain fashion, dua subsektor lain ekonomi kreatif yang perkembangannya paling tinggi di Indonesia adalah kuliner dan kerajinan. Ketiga sektor ini mampu menyerap 12 juta tenaga kerja dan menyumbang devisa sekitar Rp19 triliun atau 5,72% dari total ekspor nasional.

”Subsektor lain kalau dikembangkan lebih bagus lagi bukan tidak mungkin menjadi sumber ekonomi baru dan menampung tenaga yang tidak kalah banyak,” tandas Harry. Perancang busana Dian Wahyu Utami mengatakan, BEK harus mampu melindungi para pelaku industri kreatif dan karyanya dari aksi pembajakan dan plagiat. ”Itu bentuk perlindungan konkret,” tegas pemilik brand fashion Dian Pelangi ini.

Dian mengingatkan adanya obsesi bersama di kalangan pelaku bisnis busana muslim bahwa Indonesia harus mampu menjadi kiblat dan pusat mode busana muslim dunia. ”Supaya misi itu tercapai, BEK harus rajin menggaungkan Indonesia Fashion Week secara global. Selama ini event fashion di Indonesia masih terpusat di Jakarta dan Jawa. Padahal potensi kreatif fashion itu juga tersebar di daerah lain seperti Lombok, Sumatera,” pungkas Dian.

Ilham safutra/Hermansah/Inda susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5105 seconds (0.1#10.140)