Mengakselerasi Laju Industri Kreatif

Minggu, 01 Februari 2015 - 13:27 WIB
Mengakselerasi Laju Industri Kreatif
Mengakselerasi Laju Industri Kreatif
A A A
Pemerintah akhirnya resmi membentuk Badan Ekonomi Kreatif (BEK). Senin lalu (26/1), Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik mantan musisi, praktisi periklanan, yang juga politisi PDIP Triawan Munaf sebagai kepala BEK.

BEK merupakan lembaga setingkat kementerian. Kepalanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BEK yang sebelumnya merupakan bagian dari Kementerian Pariwisata bertugas membantu Presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan melakukan sinkronisasi berbagai kebijakan di bidang ekonomi kreatif.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 6/2015 tentang BEK, lembaga ini antara lain menyelenggarakan fungsi perancangan, perumusan, penetapan, dan pelaksanaan program di bidang ekonomi kreatif, juga pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dalam pelaksanaan kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif.

BEK pun berfungsi memberi bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif. Meski sudah terbentuk, anggaran ekonomi kreatif pada 2015 masih dialokasikan melalui Kementerian Pariwisata, sedangkan anggaran ekonomi kreatif dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 meningkat dari Rp360 miliar menjadi Rp1,5 triliun.

Sementara itu, pengangkatan Triawan sebagai kepala BEK tertuang dalam Keputusan Presiden (Kepres) No 9 P/2015. Dalam keppres itu disebutkan, kepala BEK mendapatkan hak keuangan serta fasilitas lain setara dengan menteri.Dalam melaksanakan tugasnya, kepala BEK dibantu wakil kepala, sekretariat utama, dan sejumlah deputi.

Kepala BEK pun dapat membentuk satuan tugas (satgas) yang terdiri atas sejumlah tenaga ahli. Penulis yang juga penyanyi Dewi Lestari mengaku sangat optimistis bahwa keberadaan BEK akan membuat perekonomian kreatif di Indonesia semakin pesat. Dari keorganisasiannya, BEK bakal berperan sentral karena memang berangkat dari kebutuhan kalangan pelaku dan praktisi ekonomi kreatif.

Para perwakilan praktisi industri kreatif di Indonesia dari berbagai subsektor terlibat dalam perumusan dan penyiapan BEK. ”Yang paling aktif misalnya Joko Anwar (sutradara), Elwin Mok (praktisi periklanan), dan Benno Rama Dian (arsitek/ desainer interior). ”Kalau saya hanya ikut merumuskan sejumlah masalah dan opsi solusi bersama mewakili industri penerbitan,” ungkap Dee sapaan akrab Dewi Lestari.

Untuk sekadar diketahui, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian Indonesia tidak kalah dibanding sektor ekonomi lainnya. Ekonomi kreatif menempati posisi ketujuh dari 10 sektor ekonomi nasional dengan menyumbang product domestic bruto (PDB) 2013 sebesar 6,9% atau senilai Rp573,89 triliun dari total kontribusi ekonomi nasional.

Dari sisi jumlah tenaga kerja, ekonomi kreatif menempati posisi keempat dari 10 sektor ekonomi pada 2012 yaitu menyerap sekitar 11,8 juta orang atau 10,65% dari total angkatan kerja nasional. Pada 2013, jumlah industri kreatif tercatat sebanyak 5,4 juta usaha serta memberikan kontribusi terhadap devisa negara sebesar Rp19 triliun atau 5,72% dari total ekspor nasional.

Hingga pertengahan 2014, ekspor karya kreatif Indonesia sudah mencapai Rp63,1 triliun atau tumbuh sebesar 7,27% dibandingkan periode yang sama pada 2013. Sementara itu, Triawan Munaf mengatakan, sudah banyak tugas dan agenda yang harus segera dikerjakan meski BEK belum memiliki kantor dan belum memiliki struktur keorganisasian yang lengkap.

”Intinya, BEK diarahkan untuk bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif sehingga lebih memberdayakan para pelaku usahanya serta juga menyumbangkan lebih banyak lagi devisa dan penerimaan negara,” kata Triawan yang mengaku masih melakukan rekrutmen personel BEK.

Dia mencontohkan, industri perfilman, kuliner, tari, dan pertunjukan di Indonesia sebenarnya mampu mendunia seperti Korea Selatan saat ini sehingga sangat potensial mendulang devisa. ”Inilah yang akan kita garap. Pemerintah dan pelaku ekonomi kreatif bekerja bersama tapi tidak kaku. Bisa per proyek, per program, bisa juga sekaligus.

Misalnya, kuliner harus dibantu oleh seni pertunjukan, musik, film, fashion, dan lainnya. Jadi semua harus saling mendukung,” urai mantan vokalis dan pemain kibor band Giant Step ini. Anggota Komisi DPR Sutan Adil Hendra berharap, BEK dapat membantu mengatasi tingginya angka pengangguran di Indonesia. ”Melalui industri ekonomi kreatif inilah rakyat yang tidak semua mendapat pendidikan layak bisa tetap bekerja dan menghasilkan karya. Jadi BEK harus langsung action,” kata anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra itu.

Dina angelina/Inda susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3440 seconds (0.1#10.140)