Bintang Jatuh Berasal dari Komet

Minggu, 01 Februari 2015 - 13:00 WIB
Bintang Jatuh Berasal dari Komet
Bintang Jatuh Berasal dari Komet
A A A
Kecurigaan bahwa bintang jatuh berasal dari debu komet yang kemudian berubah menjadi garisgaris api saat memasuki atmosfer bumi telah didukung oleh misi antariksa Rosetta Eropa.

Kesimpulan itu terungkap dalam laporan yang dirilis pekan ini oleh para peneliti antariksa. Komet dan asteroid sejak lama diduga sebagai asal meteor atau bintang jatuh. Saat ini pecahan partikel dari komet 67P/Churyumov-Gerasimenko telah memberi bukti tentang asal mula meteor.

“Laporan ini menunjukkan untuk pertama kali bahwa partikel debu kering dari satu komet merupakan asal dari partikel debu antarplanet yang mem-beri kita bintang jatuh,” papar Rita Schulz dari Badan Antariksa Eropa (ESA), dikutip kantor berita AFP . Diterbitkan di jurnal Nature, studi itu menunjukkan, Rosetta mengambil dan menganalisis debu yang dilontarkan dari 67P saat komet itu bergerak menuju Matahari, ratusan juta kilometer dari Bumi.

Komet merupakan gugusan debu dan es yang mengorbit pada matahari dalam lintasan berbentuk elips. Saat mereka mendekati Matahari, debu dan es yang meleleh itu terlihat seperti ekor yang menghilang dari pandangan saat mereka menuju kembali ke Sistem Tatasurya, siklus yang terus terjadi hingga pengembara antariksa itu akhirnya hancur. Komet 67P memiliki orbit sekitar enam setengah tahun, sekitar empat tahun dari tiap siklus itu dihabiskannya di wilayah beku yang jauh dari Matahari.

Selama itu aliran gas terlalu lemah untuk mengangkat butiran debu dari permukaan, komet pun membentuk mantel debu di bagian luarnya. Tapi saat komet mendekati Matahari lagi, komet diaktifkan kembali oleh panas Matahari, mantel debu itu mulai terpisah dan partikel debu berhamburan terlepas. Komet yang berubah menjadi aktif telah diteliti dari dekat oleh Rosetta sejak Agustus tahun lalu hingga Oktober, mengorbit 67P pada jarak 30 kilometer atau kurang.

“Partikel-partikel yang dikumpulkan instrumen COSIMA Rosetta selama periode ini, saat komet bergerak dari jarak 535 juta kilometer menjadi 450 juta kilometer dari Matahari, hancur karena kontak,” kata Schultz. Partikel-partikel itu sekitar 50 mikrometer atau 0,05 milimeter sebelum hancur.

“Mereka lembut, berpori, dan kaya Na (sodium),” ungkap Schultz. Karakteristik itu membuat tim menyimpulkan bahwa partikel- partikel ini seperti mewakili asal partikel debu antarplanet. Partikel debu antar planet itulah yang kita lihat sebagai bintang jatuh jika mereka memasuki atmosfer bumi. Studi ini memberikan dukungan penting bagi model matematika tentang sumber bintang jatuh.

Sebagai contoh, Leonids, hujan meteor yang terjadi setiap November, dikaitkan dengan komet 55P/Tempel-Tuttle. “Ada perselisihan panjang apakah sumber partikel debu antar planet itu komet saja atau juga asteroid. Hasil penelitian kami menunjukkan mereka berasal dari komet. Sumber lain tidak ada,” ungkap Schultz. Asteroid jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan komet, tapi komposisinya berbeda.

Mereka terdiri atas batuan, lebih kecil dibandingkan planet, yang mengelilingi Matahari, terutama di orbit antara Mars dan Yupiter. Mantel debu terluar komet 67P akan hilang semuanya dalam waktu dekat, jika tidak malah sudah terjadi. Akibatnya, partikel- partikel yang akan dikumpulkan untuk sisa misi Rosetta akan sangat berbeda dengan yang telah digunakan dalam studi ini. Perjalanan Rosetta menuju 67P memerlukan waktu lebih dari satu dekade dari 2004 dan menempuh 6,5 miliar kilometer.

Syarifudin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3157 seconds (0.1#10.140)