Aquino Janjikan Keadilan bagi Korban

Sabtu, 31 Januari 2015 - 12:55 WIB
Aquino Janjikan Keadilan bagi Korban
Aquino Janjikan Keadilan bagi Korban
A A A
MANILA - Presiden Filipina Benigno Aquino menjanjikan keadilan pada keluarga 44 komando polisi yang tewas oleh pemberontak saat operasi antiteror.

Pernyataan itu diungkapkan saat dia memimpin upacara untuk mengenang para korban yang tewas dalam baku tembak melawan dua kelompok pemberontak di Filipina selatan pada Minggu (25/1) lalu. Saat itu aparat keamanan hendak menangkap pembuat bom asal Malaysia, Zulkifli bin Hir alias Marwan, yang juga dituduh terlibat dalam tragedi Bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang.

“Saya merasakan rasa sakit anda. Saya berjanji memberikan keadilan pada semua orang yang telah meninggal,” ungkap Aquino pada para janda, orang tua, dan anak-anak komando polisi, dalam acara di kamp polisi di pinggiran Manila. Acara mengheningkan cipta terganggu oleh tangisan, kemudian Aquino secara pribadi menyatakan rasa dukacita kepada para korban untuk pertama kali sejak tragedi terjadi. Aquino juga turut mendoakan para korban.

Kepala Inspektur Noli Talino mengulangi klaim pemerintah bahwa Zulkifli tewas dalam serangan kelompok kecil yang menyerbunya sebelum fajar. “Apakah ini senilai? Satu teroris internasional sama dengan 44 Pasukan Aksi Khusus. Jika anda akan bertanya pada mereka, ya ini senilai,” tutur Talino.

Aquino dikritik banyak pihak karena tidak bisa hadir dalam upacara parade pada Kamis (29/1) saat para komando membawa peti mati rekan- rekannya saat mereka tiba di Manila. Presiden memilih menghadiri pembukaan pabrik perakitan mobil Jepang saat itu. Aquino kemarin berjanji salah satu prioritas pemerintahannya ialah memburu gerilyawan asal Filipina Abdul Basit Usman yang dituduh dalam sedikitnya sembilan pengeboman di wilayah selatan.

Polisi menyatakan Usman berhasil melarikan diri. Sebanyak 44 orang tewas dalam baku tembak dengan para gerilyawan, termasuk Front Pembebasan Islam Moro (MILF) yang menandatangani kesepakatan dengan Manila tahun lalu. MILF membela tindakannya sebagai bela diri dan berjanji menginginkan proses damai.

Mereka menyangkal klaim militer bahwa pihaknya melindungi Zulkifli dan pejuang asing lain, serta mengizinkan mereka melatih para anggota MILF dalam pembuatan bom. Sejumlah pejabat menyatakan, penyerang polisi adalah grup pecahan MILF yang disebut Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF) yang tahun lalu berjanji beraliansi dengan pejuang Negara Islam di Irak dan Suriah.

Para saksi mata menyatakan, sedikitnya satu polisi yang selamat menyatakan beberapa polisi yang tewas itu telah menyerah kemudian dieksekusi oleh gerilyawan. Presiden menekankan saat upacara bahwa kejadian kali ini tidak akan mengganggu kesepakatan damai yang dicanangkan pemerintah dengan para gerilyawan.

Meski demikian, para analis menyatakan, tragedi ini membuat banyak pihak mempertanyakan kesepakatan damai yang bertujuan mengakhiri konflik bersenjata di wilayah selatan.

Syarifudin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4582 seconds (0.1#10.140)