Bangunan Talud Diduga Tak Sesuai Bestek

Jum'at, 30 Januari 2015 - 13:01 WIB
Bangunan Talud Diduga Tak Sesuai Bestek
Bangunan Talud Diduga Tak Sesuai Bestek
A A A
SLEMAN - Talud di Dusun Sorolaten, Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Sleman diduga tidak sesuai dengan bestek dan spesifikasi bangunan.

Indikasinya meski baru selesai dibangun dua bulan lalu beberapa struk tur bangunan sudah mulai rusak, di antaranya dinding ada yang sudah berlubang dan penguatan fondasi ambrol karena tergerus air. Termasuk beberapa titik bangunan atas talud ada yang retak.

Bukan itu saja, tidak semua dinding talud diaci atau disemen. Warga pun menduga, pemborong hanya asal bangun dan yang penting selesai tepat waktu dan sesuai dengan volume pekerjaannya. Panjang talud sendiri sekitar 600 meter. Warga sekitar Sriwal, 43, me ngatakan, sebenarnya sangat senang ada bangunan talud di daerahnya. Namun yang menjadi persoalan adalah kualitas bangunan tersebut yang rendah.

Dengan kondisi itu dikhawatirkan umur talud tidak akan lama. Terbukti saat ini beberapa titik talud sudah mulai ru sak. “Harusnya pekerjaannya tidak usah banyak. Biar sedikit yang penting sesuai bestek dan spesifikasi. Untuk apa banyak tapi cepat rusak,” ucap Sriwal, kemarin.

Sriwal menjelaskan, terjadinya penyimpangan dalam pembangunan talud ini, juga karena tidak ada pengawasan dari instansi terkait. Terutama saat proses pembangunan. Sehingga apa saja bahan yang digunakan dan apakah sesuai atau tidak ukuran material untuk mem bangun, tidak ada yang me ngontrolnya.

“Kami melihat sendiri, untuk campuran semen dan pasir tidak sesuai dengan ukuran. Yang harusnya satu semen dibanding empat karung pasir, namun kenyataannya, satu truk pasir dicampur empat sak semen. Jelas ini menyalahi aturan,” ungkapnya. Sriwal mengungkapkan, untuk masalah ini warga sudah menyampaikan kepada pemerintah desa dan mengharapkan agar instansi berwenang segera melakukan peninjauan kelapangan.

Termasuk segera melakukan tindakan atas bangunan talud itu. Bukan sebaliknya, baru bertindak setelah ada kejadian atau korban. “Kami khawatir, jika dinding talud terus digerus air, bangunan talud akan am bles. Sebab di dalamnya hanya pasir.” “Lain jika di dalamnya semen, kalau kena air justru akan semakin kuat,” katanya.

Kepala Desa (Kades) Sidokerto, Istiarto membenarkan sudah menerima laporan warga soal dugaan pembangunan talud yang tidak sesuai dengan bestek dan spesifikasi tersebut. Namun karena pihaknya tidak di libatkan dalam pembangunan, sehingga tidak mengetahui secara detail proses pembangunan, termasuk siapa pelaksana untuk proyek itu.

“Yang kami tahu, tiba-tiba sudah ada proyek pembangunan talud,” kata Istiarto di ruang kerjanya, kemarin. Selain itu, selama proses pem bangunan, pihaknya juga tidak mengetahui ada petugas dari pemkab atau dinas pekerjaan umum dan perumahan (DPUP) yang melakukan pengawasan terhadap proyek tersebut.

Mestinya, agar pembangunannya sesuai, harus ada pengawasan. Sehingga hasilnya sesuai dengan ketentuan. “Untuk masalah ini sudah kami bahas dalam musyawarah rembuk pembangunan (musrembang),” paparnya. Menurut Istiarto, persoalan lain di daerah tersebut, yakni ru saknya jalan.

Di beberapa titik terdapat lubang-lubang kecil. Sehingga pengguna jalan harus hati-hati saat melintas. Hanya saja untuk jalan yang rusak ini, sebagian sudah pihaknya perbaiki, yaitu menambal dengan semen.

Kepala DPUP Sleman Nurbandi mengatakan, belum dapat memberikan komentar soal pembangunan talud yang diduga menyalahi ketentuan tersebut. Meski begitu, bukan berarti tidak akan ada tindakan. Sebagai langkah awal segera akan melakukan pengecekan lapangan.

Sehingga dari pengecekan itu dapat diketahui kondisi yang sebenarnya. “Jika hasilnya tidak sesuai dengan bestek dan spesifikasi, maka pelaksana proyek harus memperbaiki proyek itu, sesuai dengan ketentuan,” tandasnya.

Priyo Setyawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3806 seconds (0.1#10.140)