Korsel Ungkap Pemerasan Korut

Jum'at, 30 Januari 2015 - 11:07 WIB
Korsel Ungkap Pemerasan Korut
Korsel Ungkap Pemerasan Korut
A A A
SEOUL - Korea Utara (Korut) pernah memeras Korea Selatan (Korsel) menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kedua negara pada 2009 dengan meminta USD10 miliar dan ratusan ribu ton bantuan makanan.

Mantan Presiden Korsel Lee Myung-bak mengungkapkan hal itu kemarin. Sejarah hubungan bilateral Korut dan Korsel cukup panjang. Kedua negara terus berupaya memperkuat hubungan, kendati secara teknis masih berperang sejak Perang Korea pada 1950-1953.

Pada 2000 Presiden Korut Kim Jong Il dan Presiden Korsel Kim Dae-jung pernah menggelar pertemuan pertama untuk membicarakan beragam hal. Pada 2009 mantan Presiden Korsel Kim Dae-jung meninggal. Korut, yang beberapa kali disebut sering bergesekan dengan Korsel, tidak memalingkan perhatian kepada Korsel. Mereka mengirimkan delegasi elite untuk mengikuti pemakaman Dae-Jung pada Agustus.

Kebijakan itu mendorong adanya pertemuan ketiga pada abad 20. Namun, kata Myung-bak, Korut bergelagat tidak masuk akal. Sebelum kedua negara menggelar KTT, Korut menuntut USD10 miliar, 100.000 ton jagung, 400.000 ton beras, 300.000 ton pupuk, dan aspal senilai USD100 juta.

“Korut menuntut USD10 miliar untuk mendanai pendirian bank pengembangan nasional,” ujar Myung-bak, dikutip kantor berita AFP . Negosiasi seperti itu jarang dilakukan Korut. Saat itu, kata Myung Bak, Korsel tidak bisa memenuhi tuntutan Korut dan melakukan penolakan secara halus. Apalagi, ketegangan antara Korut dan Korsel meningkat menyusul adanya pengembangan program senjata nuklir oleh para ilmuwan Korut.

Korut telah melakukan beberapa uji coba nuklir pada 2009. Mereka meluncurkan misil jarak jauh pada April dan Mei. Korut membela tindakan itu dengan alasan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan hak semua orang. Sejauh ini Korut melakukan berbagai uji coba nuklir untuk menekan musuh- musuh negaranya.

Pada Maret 2010 kapal perang Korsel Cheonan karam di dekat perbatasan Korsel-Korut. Sedikitnya 46 orang meninggal dalam insiden itu. Tidak jelas penyebab tenggelamnya Cheonan, namun Korsel menuduh Korutmenembakkapaltersebut. Korsel lantas membekukan hubungan ekonomi dengan Pyongyang. Korut pun berulang kali membantah bertanggung jawab dalam insiden Cheonan.

Pejabat senior Korsel tidak terlalu terpengaruh oleh insiden itu. Mereka tetap memenuhi undangan yang dikirimkan Korut di Pyongyang untuk berbagai acara diplomasi. Pemerintah Korsel mendesak Korut meminta maaf terlebih dahulu atas insiden Cheonan sebelum kedua negara kembali membuka pintu bilateral. Korut tidak memenuhi permintaan itu untuk menunjukkan bahwa mereka tidak terlibat.

Justru, Korut hanya mengungkapkan belasungkawa terhadap masyarakat Korsel yang mengalami musibah. Selain itu, Korut meminta Korsel kembali menjaga hubungan bilateral dan saling membantu di bidang ekonomi. Myung-bak tidak membantah hubungan kedua negara tetap berlanjut dan berkembang positif. Meski terganggu tragedi Cheonan, dia mengatakan bahwa kedua negara berupaya kembali menggelar KTT.

Semua ulasan Myung-bak tersebut tertulis dalam memoar berjudul PresidentPresidents Time yang akan dipublikasikan pekan depan. Presiden Korsel Kim Daejung kala itu yang sukses merapatkan barisan dengan Korut mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan. Belakangan Daejung diketahui menunjang ekonomi Korut dengan mengirimkan bantuan setara USD 500 juta.

Hubungan kedua negara terus terjaga sampai akhirnya kembali menggelar KTT pada 2007. Dalam waktu dekat Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Park Geun-hye akan berupaya melakukan pertemuan bilateral di Pyongyang.

Geun-hye antusias menghadiri KTT itu, mengingat dia berambisi melakukan reunifikasi. Selain itu, pada akhir April nanti Jong-un akan mengikuti KTT Asia-Afrika di Indonesia.

Muh shamil
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3362 seconds (0.1#10.140)