Demam Berdarah Mengkhawatirkan

Jum'at, 30 Januari 2015 - 11:04 WIB
Demam Berdarah Mengkhawatirkan
Demam Berdarah Mengkhawatirkan
A A A
MANADO - Penyebaran penyakit demam berdarah (DB) kian mengkhawatirkan. Setelah 20 daerah di Jatim dan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) DB, kini giliran Sulawesi Utara (Sulut) menetapkan diri sebagai daerah KLB demam berdarah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulut Grace L Punuh mengatakan, daerah itu masuk dalam penanggulangan KLB karena kasus DB di kawasan itu makin meningkat.

Saat ini penderita penyakit DB mencapai 253 kasus, tiga orang di antaranya meninggal dunia yakni dua orang di Manado dan satu orang di Kabupaten Kepulauan Sitaro. Dibandingkan tahun lalu, jumlah kasus DB di Sulut kali ini mengalami peningkatan signifikan. Pada Januari 2014 misalnya tercatat hanya 110 kasus DB, sementara pada Januari 2015 sudah mencapai 253 kasus.

Yang terbanyak terjadi di Manado mencapai 81 kasus yang dua di antaranya meninggal dunia. Adapun kabupaten/kota se- Sulut lain yang mengalami masalah serupa adalah Minahasa Utara 55 kasus, Bitung 25, Minahasa 26, dan Tomohon 15. Begitu juga di Sitaro mencapai 14 kasus, Bolaang Mongondow 12 kasus, Kotamobagu 9, Minsel 7, Boltim 6, Mitra 1, serta Bolmut 2 kasus.

Sementara di tiga kabupaten lain seperti Talaud, Sangihe, dan Bolsel masih dihitung. “Kami mengimbau warga masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem saat ini yang sering panas disertai hujan,” papar Grace. Sementara di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, wabah DB juga makin meluas. Saat ini penderita penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti itu sudah menyebar di 15 kecamatan.

Sepanjang Januari ini tercatat 119 laporan kasus yang mengarah kepada suspect demam berdarah. Sebanyak 35 kasus di antaranya bahkan terjadi secara sporadis. Kendati demikian, Pemkab Blitar belum menetapkan status daerahnya sebagai KLB kasus DB. “Belum perlu KLB. Lagipula penetapan KLB merupakan kewenangan kepala daerah,“ ujar Kasi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Eko Wahyudi kepada KORAN SINDOkemarin. Dalam rekap data Dinkes, di Kecamatan Kanigoro ditemukan empat kasus DB.

Sementara di Kecamatan Talun, Ponggok, Garum, dan Wonodadi, masing- masing tiga kasus. Di Kecamatan Kesamben dan Kademangan terjadi dua kasus DB, serta Kecamatan Panggungrejo, Binangun, Sanankulon, Udanawu, Nglegok, Selorejo, Wonotirto, dan Selopuro masing- masing satu kasus. Dibanding 2014 pada bulan sama, wabah DB di Blitar ini meningkat pesat.

Selain tiga kecamatan endemis yakni Kesamben, Sanankulon, dan Srengat, kasus DB juga muncul di wilayah yang tidak pernah terjadi kasus DB sebelumnya. Eko menyebut kasus 2015 sebagai siklus lima tahunan. Menurutnya, kewaspadaan akan terus ditingkatkan hingga Maret mendatang. Itu mengacu pengalaman musim hujan diselingi panas akan berlangsung hingga dua bulan ke depan.

Dinas Kesehatan juga akan melakukan pengasapan (fogging) dan abatisasi. Termasuk terhadap kasus chikungunya yang ditemukan di Kelurahan Sutojayan sebanyak 56 kasus. Anggaran untuk penanggulangan kasus DB dan sejenisnya (2015) mencapai Rp600 juta setahun. Nominal itu lebih besar dibanding 2014 yang hanya Rp150 juta.

Dengan langkah antisipasi bagus, diharapkan dapat menekan angka kematian masyarakat yang diakibatkan penyakit DB. Tahun lalu jumlah kematian yang disebabkan penyebaran penyakit DB mencapai 641 dari 71.668 kasus DB di 34 provinsi di Indonesia.

Jumlah itu menurun ketimbang kasus DB pada 2013 yang menelan 871 jiwa dari 112.511 kasus DB.

Solichan arif/ Sahril kadir /ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4039 seconds (0.1#10.140)