Pemimpin Dunia Beri Penghormatan Terakhir

Minggu, 25 Januari 2015 - 12:49 WIB
Pemimpin Dunia Beri Penghormatan Terakhir
Pemimpin Dunia Beri Penghormatan Terakhir
A A A
RIYADH - Wafatnya Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud, menyisakan duka bagi dunia. Kemarin, sehari setelah kematian, sejumlah pemimpin dan perwakilan negara berdatangan ke negeri jazirah Arab tersebut untuk menyampaikan belasungkawa kepada sang pengganti, Raja Salman.

Para pemimpin dunia yang datang antara lain Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron, Pangeran Charles, Presiden Prancis Francois Hollande, dan Putra Mahkota Jepang Naruhito. Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga dijadwalkan akan berkunjung ke Arab Saudi untuk bertemu dengan Raja Salman pada Selasa (27/1) mendatang meskipun Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga dijadwalkan terbang. Obama pun terpaksa memperpendek kunjungannya ke India.

Raja Abdullah merupakan reformis yang sangat hati-hati dan memimpin Saudi di tengah banyaknya ketegangan mulai dari Arab Spring hingga ekstremisme yang semakin meningkat. Dia meninggal dunia pada Rabu (23/1) setelah dirawat karena menderita penyakit paru-paru. Sejak dia berkuasa pada 2005, Riyadh menjadi aliansi utama Washington dan pada tahun lalu ikut dalam koalisi menumpas gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Para pemimpin dunia memuji Raja Abdullah sebagai mediator utama antara negara-negara muslim dan Barat. Memang para aktivis hak asasi manusia (HAM) memiliki catatan buruk penegakan HAM dalam masa kepemimpinannya dan menyarankan agar pemimpin baru Saudi melindungi kebebasan berekspresi dan hak-hak perempuan.

Selain negara-negara Barat, tak ketinggalan para pemimpin negara Islam juga menyampaikan belasungkawa secara langsung. Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan PM Pakistan Nawaz Sharif turut dalam proses salat jenazah di Masjid Imam Turki bin Abdullah. Presiden Palestina Mahmud Abbas, Presiden Irak Fuad Masum, dan PM Malaysia Najib Razak kemarin telah tiba di Riyadh untuk mengucapkan dukacita.

Wapres Jusuf Kalla mewakili Indonesia juga sudah terbang keArab Saudi. Musuh bebuyutan Saudi, Iran, juga mengucapkan dukacita. Teheran mengirimkan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif kemarin untuk ikut dalam memberikan ucapan belasungkawa secara formal.

Berbeda dengan negara lainnya, Presiden Adel Fattah al-Sisi mengumumkan tujuh hari berduka untuk Raja Abdullah. Sementara itu, pada Jumat malam (23/1), puluhan tokoh Saudi mengantre di Istana Kerajaan Arab Saudi di wilayah Al- Deera, Riyadh, untuk menyatakan kesetiaan kepada Raja Salman. Seluruh anggota keluarga Kerajaan Saudi juga ikut mengungkapkan kesetiaan dengan mencium tangan Raja Salman.

Termasuk Putra Mahkota Moqren bin Abdul Aziz al-Saud yang menghadiri prosesi yang menjadi upacara ritual untuk menyatakan janji kesetiaan. Setelah pemakanan Raja Abdullah, Raja Salman, 79, langsung mengungkapkan pidatonya yang ditayangkan secara langsung oleh stasiun televisi milik pemerintah, Al Arabiya, Jumat lalu.

Dia berjanji akan menjaga Saudi sebagai negara yang konservatif dengan memegang teguh nilai-nilai Islam. Dia menyerukan solidaritas dan persatuan semua muslim dan bekerja sama untuk mempertahankan Kerajaan Saudi. ”Saya memohon kepada Allah untuk menuntun saya agar dapat melayani rakyat dan mewujudkan harapan mereka serta melindungi negara ini dan bangsa ini agar tetap aman dan stabil,” tutur Raja Salman.

Untuk memastikan tidak ada spekulasi dan ketidakpastian dalam transisi kekuasaan pada generasi berikutnya, Salman menunjuk keponakannya Menteri Dalam Negeri Pangeran Mohammed bin Nayef, 55, sebagai deputi Putra Mahkota Moqren, 69. Penunjukan Mohammed bin Nayef menunjukkan soliditas dalam keluarga Kerajaan Saudi. Salman juga menunjuk salah satu putranya, Pangeran Mohammed, sebagai menteri pertahanan.

Sejak kematian pendiri Kerajaan Saudi, Raja Abdul Aziz bin Saud, pada 1953, ahli waris takhtanya adalah anak-anaknya. Abdul Aziz memiliki 45 anak. Baik Abdullah, Salman maupun Moqren merupakan anak yang lahir dari ibu yang berbeda. Raja Salman yang lahir pada 1935 di Riyahd merupakan anak ke-25 dari Raja Abdul Aziz bin Saud.

Pada usia 19 tahun, Raja Salman telah ditunjuk sebagai emir Riyadh dan memimpin provinsi itu selama lebih dari 50 tahun. Pada 2011 lalu, Raja Salman ditunjuk sebagai menteri pertahanan. Hingga pada 2012, dia menduduki posisi sebagai putra mahkota. ”Kita akan melanjutkan kebijakan yang benar yang telah dilaksanakan oleh Arab Saudi sejak berdiri,” kata Salman.

Para analis memprediksi kebijakan Raja Salman akan mengikuti pendahulunya, termasuk dalam kebijakan minyak dan luar negeri. Sebagai negara penghasil minyak, Arab Saudi mengalami kerugian dengan turunnya harga minyak dunia sejak Juni lalu. ”Saya memperkirakan dan berharap mereka akan melanjutkan stabilisasi pada pasar minyak,” kata Fatih Birol, ekonom dari Lembaga Energi Internasional, kepada AFP .

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7351 seconds (0.1#10.140)