Jakarta Mencari Ikon

Minggu, 18 Januari 2015 - 09:51 WIB
Jakarta Mencari Ikon
Jakarta Mencari Ikon
A A A
Tidak hanya berbagai daerah yang punya festival budaya, Jakarta pun sebagai ibu kota negara tak mau ketinggalan. Berbagai festival digelar di Jakarta, selain untuk menghibur masyarakat, diharapkan juga kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) meningkat.

Sayangnya, hingga kini dari semua festival kota yang diselenggarakan belum ada yang menjadi trade mark tersendiri bagi Jakarta. Semuanya masih digarap secara parsial. Modelnya masih pemberdayaan pada komunitas kecil di Jakarta. Fakta belum adanya ikon bagi Jakarta sebagai kota festival disadari Pemprov DKI Jakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menuturkan, Jakarta menjadi kota festival menjadi misi untuk mempromosikan Ibu Kota ini agar lebih dikenal dunia. Untuk menuju tahap tersebut dibutuhkan upaya yang tidak ringan. ”Kami akan mencoba ke arah itu. Setidaknya telah diawali semasa Pak Jokowi (mantan Gubernur DKI Jakarta) yang menggelar banyak festival di Jakarta.

Hanya saja hasilnya belum maksimal,” tandasnya. Menurut Djarot, beragam festival itu akan terus dikembangkan di Jakarta dan menjadi kalender tahunan pariwisata. Pengembangannya pun harus lebih unik dan memperlihatkan sisi Jakarta. Cara itu dapat dilakukan dengan mengeksplorasi potensi yang dimiliki setiap daerah administratif.

”Kita tidak akan mencontoh Jember yangterkenaldengan fashion -nya. Tapilebih mencari ikon tersendiri yang lebih tepat. Tidak pula harus bernuansa karnaval. Sebab festival itu banyak cara penggelarannya. Karnaval adalah salah satunya,” papar mantan Wali Kota Blitar itu. Dia menyebutkan, untuk di daerah Jakarta Utara atau Kepulauan Seribu, di sana dapat dikembangkan festival yang bernuansa bahari ataupun kelautan. Cara lainnya mengedepankan festival kuliner.

Penyelenggaraan ini diangkat dari potensi sajian makanan dan minuman Nusantara. Hampir semua kuliner Nusantara ada di Jakarta sehingga tidak ada salahnya tema itu dijadikan sebagai ikon. ”Ikon itu perlu kajian lagi supaya Jakarta ini dikenal dengan kota festival yang unik dan dikunjungi wisman setiap tahunnya,” urai Djarot.

Pandangan senada dikemukakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Purba Hutapea. Menurutnya, pengembangan wisata di Jakarta ini tidak cukup dengan memperbanyak event festival. Kegiatan tersebut hanya bagian kecil dari bentuk promosi wisata di kota ini.

Pengembangan wisata Jakarta akan lebih menarik bagi dunia internasional dengan menyemarakkan beberapa destinasi wisata yang ada. Selama ini lokasilokasi tersebut telah dimiliki Pemprov DKI, tetapi pengemasannya belum sebaik yang diharapkan. Pengembangan destinasi tersebut berupa pengembangan kawasan Kota Tua-Pelabuhan Sunda Kepala dan pengembangan perkampungan Betawi di Setu Babakan Jakarta Selatan.

Hal ini diharapkan dapat menarik investor baru untuk berinvestasi membangun objek wisata lain seperti di Kepulauan Seribu dan penataan Taman Ismail Marzuki (TIM). Menurut dia, festival ataupun karnaval hanya bernuansa situasional sehingga efeknya terasa pada hari itu saja. Adapun target pengembangan wisata DKI itu lebih berkelanjutan.

Jumlah pengunjungnya pun stabil serta mampu menggerakkan perekonomian. ”Kita punya Jakarnaval. Kegiatan itu belum kita kembangkan begitu besar seperti daerah lain. Efeknya tidak terlalu besar,” tandas mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) DKI itu.

Di tempat berbeda, Kepala Bidang Pengelolaan Daya Tarik Destinasi Wisata Disparbud DKI Cucu Ahmad Kurnia mengutarakan, menentukan ikon kota festival di Jakarta masih dalam tahap kajian. Mau seperti apakah Kota Jakarta ini dibawa, sebagai kota fashion , kuliner, kreativitas, etnik atau yang lain.

Agar identitas itu tercapai, Jakarta membutuhkan waktu cukup lama, sekitar tiga hingga empat tahun. ”Selain waktu, memakan pula pemikiran kreativitas dan finansial yang tidak sedikit,” ujarnya. Cucu menyebutkan, sebetulnya dari 52 festival yang digelar di Jakarta, beberapa di antaranya telah menjadi kalender wisata bagi negara asing untuk datang ke sini. Sebutlah itu Jakarta Marathon, Java Jazz, Jakarta Great Sale dan Jakarta Fair.

Menurut dia, selama ini penyelenggaraan festival di Jakarta lebih bermuatan pemberdayaan masyarakat dan komunitas. Cucu menegaskan Jakarta tidak perlu latah dengan trade mark di kota-kota negara lain. Mereka memiliki nilai jual tersendiri yang sudah lama dibangun. Adapun negeri yang disebut Batavia di zaman Belanda ini perlu mencari ikonikon yang cocok sehingga menjadi nilai yang tidak kalah hebat.

Ilham safutra
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4437 seconds (0.1#10.140)