Pilih Sekolah Jangan asal Gengsi

Sabtu, 29 November 2014 - 14:58 WIB
Pilih Sekolah Jangan asal Gengsi
Pilih Sekolah Jangan asal Gengsi
A A A
Pada dasarnya orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sang anak. Apalagi mengenai pendidikan. Dewasa ini, bocah-bocah lucu berusia di bawah lima tahun pun sudah “disekolahkan”. Pendidikan prasekolah makin sering terdengar dan dibicarakan.

Tak jarang, saat arisan ibu-ibu saling sharing mengenai pilihan tepat sekolah bagi si buah hati. Biasanya, kelas pendidikan prasekolah ini diisi oleh anak-anak berusia satu hingga enam tahun. Terdapat tingkatan kelas berdasarkan usia. Mulai toddler (usia 18-30 bulan), nursery (usia 2-3 tahun), kindergarten 1 (usia 4-5 tahun), dan kindergarten 2 (5-6 tahun).

Menjamurnya sekolah internasional makin meramaikan pilihan orang tua dalam menyekolahkan anak mereka. Mulai pre-school , SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi bertaraf internasional tersedia. Ingin menyekolahkan ke sekolah bertaraf internasional atau bukan, kembali lagi kepada orang tua.

Setiap orang tua pasti memiliki pertimbangan tersendiri saat memilihkan sekolah bagi si anak. Menurut pengamat pendidikan Arief Rachman, sebaiknya pilihan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan atau target yang ingin dicapai. Misalnya, jika orang tua adalah diplomat atau si anak ditargetkan ikut orang tua ke luar negeri. Sekolah atau kelas internasional bisa dijadikan pilihan bijak.

Arief menyayangkan orang tua yang menyekolahkan sang anak ke kelas internasional lantaran gengsi. “Sekolah harus ada gunanya. Jangan memasukkan anak ke sekolah internasional hanya untuk gengsi,” ujar Arief Rachman saat dihubungi KORAN SINDO. Khusus untuk TK internasional, menurut Arief, itu bukan sekolah, melainkan hanya fasilitas untuk memperkenalkan bahasa dan budaya asing.

Terlebih, metode pengajaran untuk tiap TK sama. Di TK internasional ataupun lokal, metode pengajaran TK yang baik, yaitu bersifat menyenangkan dan menarik bagi anak. Kelebihannya, si anak mampu berbicara dan berinteraksi dengan orang asing. “Perbedaannya, di kelas internasional menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, serta pengenalan terhadap kultur budaya negara bersangkutan,” tutur Arief.

Hal senada diutarakan pemerhati anak Seto Mulyadi. Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, jadikan anak sebagai tolok ukur tepat atau tidaknya sekolah yang telah dipilihkan orang tua. Kunci terpenting untuk pendidikan prasekolah adalah si anak merasa ceria, gembira, dan terangsang kreativitasnya.

“Pola pengajaran TK sesuai standardisasi PAUD yaitu bermain. Jangan dalam bentuk formal,” kata Kak Seto saat dihubungi KORAN SINDO. Kak Seto menyebutkan, setiap sekolah berstandar internasional perlu memasukkan nilai-nilai nasionalisme. Misalnya, ada materi pelajaran dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia.

“Pengayaan dari unsur internasional, tapi jangan lupa bahwa mereka adalah anak Indonesia. Jangan sampai anak-anak ini tercabut dari akarnya (Indonesia),” ucap Kak Seto. Kak Seto menyebutkan, menyekolahkan anak di sekolah internasional akan berakibat baik jika sesuai dengan tujuan. Misalnya, si anak diproyeksikan melanjutkan sekolah ke luar negeri.

Dengan begitu, si anak memiliki fondasi dasar seperti bahasa, budaya, dan materi pembelajaran terkait negara tersebut. “Jeleknya jika anak bersekolah internasional hanya karena ambisi orang tua. Dan ternyata si anak tidak siap dengan sistem pendidikan yang diterapkan sehingga bisa menyebabkan anak trauma atau tertekan,” kata Kak Seto.

Ema malini
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9089 seconds (0.1#10.140)