Poliklinik, Balai Desa, Sekolah Tertimbun Longsor

Jum'at, 28 November 2014 - 13:46 WIB
Poliklinik, Balai Desa, Sekolah Tertimbun Longsor
Poliklinik, Balai Desa, Sekolah Tertimbun Longsor
A A A
TAPANULI TENGAH - Cuaca ekstrem yang melanda hampir semua wilayah Sumatera Utara (Sumut) belakangan ini, mengakibatkan tanah longsor di Tapanuli Tengah (Tapteng) serta banjir di Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Labuhanbatu.

Longsor di Desa Pagaran Honas, Kecamatan Badiri, Tapteng, kemarin sekitar pukul 07.00 WIB, menimbun 10 bangunan. Beruntung, warga sudah siap siaga sebelumnya sehingga tidak ada jatuh korban jiwa. Meski demikian, kerugian warga diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Tapteng, Bonaparte Manurung mengatakan, tujuh unit bangunan yang tertimbun longsor itu merupakan rumah warga dan tiga lagi, yakni poliklinik desa (polindes), balai desa, dan madrasah ibtidaiyah (MI).

“Dengan ada peristiwa ini, total rumah warga ditambah bangunan pemerintah yang rusak karena bencana alam sebanyak 15 unit, yaitu 10 unit di Pagaran Honas dan lima unit di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun. Adapun korban jiwa sebanyak lima orang, warga Sibiobio,” katanya kepada wartawan, kemarin.

Kepala Desa (Kades) Pagaran Honas, Budi Sokhi Zebua menyebutkan, rumah warga yang tertimpa longsor milik Tulus Sinaga, 34; Tulus Sihombing, 20; Bajisoki Halawa, 40; Harianto Harefa, 28; Dea Silitonga, 30; dan Pasa Aeo Laoly, 32.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tapteng-Sibolga, Marolop Rumahorbo, sebelumnya mengimbau masyarakat agar mewaspadai bencana longsor dan banjir bandang yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Hal tersebut disampaikan karena hujan dengan intensitas tinggi akan terus melanda kedua daerah itu hingga awal Februari 2015. “Potensi banjir bandang dan longsor sangat tinggi karena pada musim kemarau sebulan lalu, terlihat banyak tanah perbukitan yang retak-retak akibat kekeringan,” ujarnya.

Sementara terkait peristiwa banjir bandang dan tanah longsordiDesaSibio- bioyangmenelan lima warga, Sabtu (22/11) lalu, BPBD Tapteng, TNI/Polri, Basarnas, dan warga terus berupaya membuka keterisolasian desa tersebut.

Pasalnya, hingga kemarin, akses jalan yang menghubungkan Desa Sibio-bio dengan Muara Sibuntuon terputus akibat tertimbun longsoran tanah perbukitan. “Untuk sementara baru bisa dilalui sepeda motor, tapi perlintasannya belum sepenuhnya normal. Sebab longsoran tanah di beberapa titik belum berhasil dibersihkan,” kata Bonaparte Manurung.

Menurut dia, lambatnya pembukaan akses jalan disebabkan hujan deras yang terus mengguyur sehingga tim kewalahan dan terpaksa menunggu cuaca baik. Bila cuaca baik, tidak sampai sepekan jalur tersebut sudah bisa mereka normalkan.

Sungai Batangtoru Meluap

Banjir juga merendam ratusan rumah di Kelurahan Raniate, Kecamatan Angkola Sangkunur, Tapsel, sejak Rabu (26/11) lalu. Banjir disebabkan naiknya permukaan debit air Danau Siais yang mengakibatkan Sungai Batangtoru meluap.

Menurut pantauan KORAN SINDO MEDAN , hingga kemarin, banjir dan lumpur masih menggenangipermukimanwarga di daerah itu setinggi 10-15 sentimeter. Puluhan warga pun mengungsi ke tempat aman mengantisipasi manakala terjadi banjir susulan. “Sepekan terakhir hujan tidak kunjung berhenti, maka Sungai Batangtoru langsung meluap,” ungkap Abdul Khoir, 37, warga setempat.

Warga lainnya, Jalaluddin Nasution, 54, menilai banjir kali ini terbesar dibandingkan sebelumnya yang tidak sampai merendam rumah warga. Dia khawatir akan ada banjir susulan karenacuacamasihtidakmenentu. Camat Angkola Sangkunur, M Zain H Ritonga mengatakan, musibah ini merupakan banjir langganan yang biasa terjadi apabila aliran Sungai Batangtoru meluap. “Otomatis rumah warga terendam,” katanya.

Banjir kiriman dari daerah pegunungan di Sungai Bilah mulai menggenangi puluhan rumah warga setinggi 30 sentimeter di kawasan Kota Negeri Lama dan Desa Negeri Seberang, Kecamatan Bilah Hilir, Labuhanbatu. Warga merasa waswas karena khawatir akan terjadi banjir kiriman yang lebih besar.

Thamrin Nasution, 65, warga setempat mengatakan, banjir di kawasan itu kerap terjadi apabila hujan turun lebih dari tiga hari. “Ini (banjir) dianggap biasa oleh masyarakat, tetapi tetap meresahkan, terutama bagi anakanak,” kata Ketua Forum Masyarakat Desa Pantai (Pormadep) ini.

Dia berharap pemerintah memberi perhatian kepada daerah ini yang menjadi langganan banjir hampir setiap musim hujan. Penyebabnya karena sungai dangkal yang diperparah jika air laut pasang. “Sungai tidak mampu lagi menampung air sehingga meluap ke permukiman penduduk,” tuturnya.

Jonny simatupang/ Zia ul haq nasution/ Sartana nasution
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3530 seconds (0.1#10.140)