PETRAL: OIL TRADER (1)

Kamis, 27 November 2014 - 10:52 WIB
PETRAL: OIL TRADER (1)
PETRAL: OIL TRADER (1)
A A A
RHENALD KASALI
Pendiri Rumah Perubahan
@Rhenald_Kasali

Belakangan isu tentang Petral kembali mencuat. Nadanya sangat minor. Saya yang kebetulan pernah banyak membaca artikel tentang Petral, juga ngobrol dengan beberapa sumber, agak tahu soal ini.

Untuk itu, saya ingin berbagi supaya Anda memahami konteksnya dan bisa menyikapi itu secara benar. Isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terkait Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) sebenarnya mencuat karena di perusahaan itu pernah ada 25% saham Tommy Soeharto dan 25% saham Bob Hasan, pemilik Grup Nusamba.

Kita tahu, Bob Hasan adalah pengusaha yang dikenal dekat dengan mendiang Soeharto. Dulu berita mengenai kepemilikan mereka sempat membuat heboh dan menggoyahkan kekuasaan Soeharto. Kini saham keduanya sudah tak ada lagi di Petral. Meski begitu, stigma KKN atau mafia migas yang ada di Petral masih sulit ditepis sampai sekarang.

Business model KKN ini bahkan harus diakui pernah diuji oleh para penguasa selanjutnya, juga melalui Petral. Wajar kalau penguasa selalu dicurigai. Maklum mafia migas selalu mencari celah lewat keluarga penguasa yang masih belum cukup bahagia.

Namun, sebelum membahas lebih jauh soal kuatnya dugaan KKN dan praktik mafia migas di Petral, saya ajak Anda untuk memahami terlebih dahulu apa itu oil trading . Bagi saya, definisinya sederhana saja, jual beli minyak baik itu minyak mentah (crude ) atau hasil olahannya. Umumnya perdagangan ini dalam satuan kargo.

Eksportir dan Importir

Kalau kita mau kelompokkan, perdagangan minyak dilakukan sesuai dengan tujuannya. Saya membagi itu dalam empat jenis perdagangan minyak.

Optimalisasi Pasokan.

Jarang sekali (mungkin juga tidak ada) suatu negara yang produksi minyaknya sesuai dengan kebutuhan dalam negerinya. Ada saja negara yang mengalami kelebihan untuk jenis produk minyak tertentu, tapi mengalami kekurangan untuk jenis produk yang lainnya.

Maka itu, tak heran jika ada suatu negara yang menjadi eksportir minyak jenis tertentu, di sisi lain juga tetap mengimpor minyak jenis yang lain. Contohnya Korea Selatan. Negara itu mengekspor minyak hasil kilang sebanyak 700.000 barel per hari (bph), namun juga mengimpor produk minyak lainnya dengan volume 600.000 bph.

Kita mengenal Iran sebagai negara eksportir utama minyak mentah dan hasil olahannya. Namun, tak banyak dari kita yang tahu bahwa Iran tetap mengimpor gasoline . Di Australia produksi minyaknya selalu melebihi permintaannya. Meski begitu, selama bertahun-tahun Negeri Kanguru itu mengekspor dan sekaligus mengimpor gasoline .

Mengapa? Sebab banyak kilang minyak Australia berada di belahan timur dan selatan dari negara itu. Maka itu, bagi mereka yang berada di kawasan utara atau barat laut Australia, lebih murah mengimpor gasoline dari Singapura ketimbang mendatangkannya dari kilang-kilang yang ada di kawasan timur dan selatan Australia.

Ketidak seimbangan pasokan dan permintaan juga bisa terjadi karena faktor musim. Permintaan bahan bakar di Kanada dan Amerika Serikat (AS) meningkat saat memasuki musim dingin dan menurun pada musim panas. Kondisi ini sudah berlangsung sejak lama.

Meski kilang-kilang di AS mencoba menyesuaikan produksinya dengan faktor musim, tetap saja pasokannya tak mampu memenuhi permintaannya. Ini karena fleksibilitas kilang sangat terbatas. Maka itu, kekurangan atau kelebihan pasokan akan tetap terjadi pada saat-saat tertentu.

Perdagangan minyak juga terjadi karena perbedaan kualitas. Misalnya, Indonesia dan Malaysia mengekspor minyak mentah yang berkualitas baik dan sebagai gantinya mengimpor minyak mentah yang kualitasnya kurang baik.

Ini dilakukan selain untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga ekspor-impor, juga karena desain kilangnya tak mampu mengolah minyak mentah berkualitas baik. Misalnya, kilang Pertamina di Cilacap dari awal didesain untuk mengolah minyak mentah jenis sour (masam) yang diimpor khusus dari Arab Saudi.

Terlalu Curiga

Jenis-jenis trading seperti ini baik untuk mengamankan pasokan, meminimalkan biaya transportasi, atau faktor musim kita sebut dengan istilah optimalisasi pasokan.

Agregasi Permintaan

Sebagian Anda mungkin pernah mendengar istilah trading house, khususnya dari Jepang, yang berperan penting di belahan timur Terusan Suez. Fungsi utama trading house ini sebagai agregator permintaan (demand aggregators). Banyak perusahaan membutuhkan minyak, tapi volumenya terlalu sedikit.

Itu menyebabkan posisi perusahaan itu lemah saat bernegosiasi. Selain itu, biaya transportasi dan overhead per transaksi pun menjadi lebih mahal. Peran trading house adalah mengumpulkan pembelian yang kecil-kecil tadi. Setelah terkumpul baru trading house membeli ke pasar. Dari situ pembelian tadi dikemas ulang sesuai dengan pesanan.

Atas jasanya, trading house memperoleh komisi. Umumnya perusahaan minyak seperti Pertamina tidak melakukan praktik ini meski beberapa di antaranya memiliki saham di perusahaan trading house. Banyak perusahaan minyak membeli dari para agregator permintaan, terutama karena harga yang mereka tawarkan seringkali lebih baik.

Lindung Nilai

Nah, usaha perdagangan minyak belakangan erat kaitannya dengan hedging yang terjadi karena perdagangan kontrak, baik kontrak over the counter (OTC) atau di bursa berjangka. Jadi yang ditransaksikan adalah dokumen kontrak perdagangan minyak, bukan minyaknya.

Contoh, harga minyak saat iniUSD80perbarel. Namun, para produsen dan pembeli khawatir dalam dua bulan ke depan harga minyak akan turun atau naik. Maka itu, mereka pun mencari pembeli yang mau menandatangani kontrak pembelian minyak mentah dalam dua bulan ke depan pada harga USD80 per barel.

Pembelian dan penjualan kontrak untuk pengiriman beberapa bulan ke depan terjadi di pasar berjangka. Namun, volume perdagangan model ini sangat kecil dibanding perdagangan minyak yang sebenarnya. Perdagangan seperti ini hanya menjadi semacam ”asuransi” terhadap fluktuasi harga yang bisa menyebabkan kerugian besar.

Bagi para produsen minyak, hedging memang tidak dirancang untuk menghasilkan keuntungan meski kadang bisa menguntungkan. Hedging lebih untuk melindungi terhadap risiko. Ini kontrak untuk memastikan harga minyak pada masa mendatang. Jika pembeli dokumen tidak memiliki transaksi minyak yang riil sebagai jaminan, itu bukan melakukan lindung nilai, melainkan berjudi.

Spekulasi

Banyak ahli berdebattentangmanfaatspekulan. Dalam hal tertentu, para spekulan ini berperan meningkatkan likuiditas pasar, tapi seiring dengan itu juga meningkatkan volatilitas dan ketidakstabilan. Dalam kasus apa pun, menurut saya, spekulasi tidak tepat dilakukan oleh perusahaan minyak. Baik itu International Oil Company (IOC), seperti Exxon Mobil atau Shell, atau National Oil Company (NOC) seperti Pertamina atau Petronas.

Begitulah jenis-jenis perdagangan minyak dunia, termasuk yang harusnya dilakukan Petral. Ini aktivitas perdagangan yang biasa saja, bukan kegiatan yang harus selalu dicurigai. Bagi saya, beberapa jenis perdagangan bahkan sangat bermanfaat, namun beberapa lainnya memang harus terus kita kaji secara kritis. Hanya, kita juga jangan bersikap terlalu skeptis. Membaca Petral membutuhkan ilmu dan tak sesederhana omongan di depan kamera televise.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4449 seconds (0.1#10.140)