Harapan Hidup Odha Sejajar Orang Normal

Rabu, 26 November 2014 - 14:11 WIB
Harapan Hidup Odha Sejajar Orang Normal
Harapan Hidup Odha Sejajar Orang Normal
A A A
BANDUNG - Sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa orang yang terjangkit human immunodeficiency virus infection dan acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) memiliki harapan hidup rendah.

Anggapan itu wajar sebab HIV/AIDS belum ditemukan obatnya. Pengobatan yang diberikan hanya untuk mem perpanjang usia penyandang. Sebagai dokter pertama di Indonesia yang mem perjuangkan obat Antiretro Viral (ARV) masuk ke Indonesia, Syamsu Rizal mengatakan, bahwa angka harapan hidup orang dengan HIV/AIDS (Odha) kini sejajar dengan orang “normal”.

Menurut Syamsu Rizal, dengan mengonsumsi ARV secara teratur para Odha akan mempu bertahan bertahun-tahun. “Odha itu seperti manusia lain. Mereka bisa bebas melakukan aktivitas biasa, seperti berolahraga, bekerja, dan berkreativitas. Tak perlu dibeda-bedakan. Hanya ada hal spe sifik yang memang harus dipisahkan untuk mengurangi penularannya,” kata Syamsu dalam seminar Hari AIDS Sedunia dengan tema No Left Behind yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Un pad) di Ruang Auditorium FK Unpad, Jalan Eijkman.

Dokter Ahli HIV/AIDS Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Rudi Wicaksana mengungkapkan, dalam 33 tahun terakhir sejak virus HIV ditemukan, sudah banyak kemajuan pengobatan bagi penyandang. Saat ini, hampir 60% penyandang HIV/AIDS bukan berasal dari golongan orang yang berisiko, melainkan dari orang yang terkena dampak.

“Misalkan, ibu rumah tangga yang berhubungan seks dengan orang yang tidak diketahui. Ternyata orang tersebut memiliki virus HIV di tubuhnya,” ungkap Rudi. Jika awal-awal ditemukannya virus ini karena penularan melalui jarum suntik narkoba, kini hampir 60% bisa di pastikan, penularan HIV/AIDS di Jabar didominasi oleh hubungan seksual.

Saat ini Indonesia berada di peringkat 16 besar dengan jumlah penyandang HIV tertinggi di dunia. Tapi meski jumlahnya masih banyak, secara umum para penyandang HIV saat ini bisa bertahan hidup. Kesadaran untuk mengonsumsi ARV secara teratur makin besar. “Tingkat kematian pun menurun drastis. Terhitung pantauan selama enam bulan, pada 2007 hanya terdapat empat kasus kematianyang disebabkan HIV/AIDS dan di 2013 satu kasus,” tutur dia.

Rudi mengemukakan, di Indonesia terutama di Jabar yang penduduknya padat, pencegahan HIV/AIDS belum mak simal. Meski sudah ada beberapa langkah antisipasi seperti vaksinasi dan lain-lain, tapi secara klinis belum menjamin seseorang tertular HIV atau tidak.

“Pencegahan dengan vaksinasi HIVmasih efektif 31% dan metode sunat 45%. Yang paling efektif memang ARV treatment for prevention itu hingga 96%. Namun itu pun memang sangat mahal harganya. Bisa mencapai puluhan juta,” ujar Rudi. Klinik Teratai di RSHS, menurut Rudi measih mengalami hambatan pelayanan seperti peralatan.

Anne Rufaidah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0113 seconds (0.1#10.140)