Jalan Timah Dieksekusi, Warga Histeris

Rabu, 26 November 2014 - 14:01 WIB
Jalan Timah Dieksekusi, Warga Histeris
Jalan Timah Dieksekusi, Warga Histeris
A A A
MEDAN - PT Kereta Api Indonesia (KAI) akhirnya membongkar rumah warga yang berdiri di sepanjang bantaran rel kereta api (KA) Jalan Timah, Kecamatan Medan Area, kemarin.

Penggusuran sebanyak 60 kepala keluarga itu (KK) berlangsung ricuh karena mendapat perlawanan dari warga. Kericuhan terjadi antara warga dengan petugas dan aparat kepolisian yang mengawal penggusuran itu. Warga terlihat melakukan aksi lempar batu untuk mencegah rumah mereka dieksekusi.

Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN, sebelum petugas gabungan (kepolisian, Satpol PP, dan aparat TNI AD) datang ke lokasi, warga sudah bersiap-siap menghadang di depan Yanglim Plaza. Begitu petugas tiba, adu mulut pun terjadi.

Kemarahan warga semakin memuncak ketika satu unit mobil alat berat (eskavator) milik Dinas Bina Marga Kota Medan tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, untuk merobohkan bangunan yang ada di pinggir rel. “Kami tidak terima kalau hari ini rumah kami digusur, kami akan melawan. Kami tidak mau rumah kami diganti rugi hanya Rp1,5 juta. Mau tinggal di mana kami kalau rumah kami digusur. Kami akan melawan,” teriak warga bernama Ani kepada petugas.

Warga pun mencoba menghadang eskavator tersebut dengan peralatan seadanya, seperti ada yang membawa bambu dan kayu. Ketegangan sedikit mereda ketika pengacara yang mengadvokasi warga, Panca, mencoba bernegosiasi dengan pihak PT KAI dan aparat keamanan. “Mari kita bicarakan ini dulu baik-baik, tidak bisa langsung main gusur, harus ada solusinya dulu,” kata Panca.

Akhirnya tim PT KAI yang terdiri atas Humas PT KAI Divre Sumut-Aceh, Jaka Jakarsih, dan Bagian Hukum PT KAI, Alim, bersama Kapolsek Medan Area, Yudi Frianto, aparat dari TNI-AD, dan polisi khusus KA (Polsuska), bernegosiasi di salah satu restoran di Yanglim Plaza. Dalam pertemuan itu, pihak PT KAI tetap ngotot membongkar rumah warga karena warga sudah disurati berulang kali sejak Maret 2014.

Dalam pertemuan itu, Panca sempat meminta PT KAI agar sebelum melakukan penggusuran, direlokasi terlebih dahulu. “Mereka sudah lama tinggal di sini, makanya kami minta penggusuran hari ini ditunda dulu. Masyarakat sadar kok mereka tinggal di tanah PT KAI. Tapi selama ini mereka juga mau membayar sewa kepada PT KAI, harusnya ada solusi yang diberikan,” kata Panca.

Panca juga meminta PT KAI tidak bertindak anarkis dan arogan. Apalagi permintaan warga hanya relokasi, tentunya PT KAI bisa mengoordinasikan lebih dulu kepada kementerian terkait, sehingga tidak main gusur begitu saja. “Dengan uang Rp1,5 juta yang diberikan, dengan kondisi saat ini, warga mau tinggal di mana? Seharusnya PT KAI lebih dulu membongkar bangunan lainnya, seperti bangunan Yanglim Plaza, kenapa PT KAI lebih dulu menggusur rumah warga? Ini artinya PT KAI hanya beraninya ke bawah, tak berani kepada pengusaha,” ujar Panca.

Namun, Humas PT KAI Sumut– Aceh, Jaka Jakarsih, tak memedulikan permintaan Panca tersebut. Sebab, pihaknya sudah diperintahkan PT KAI pusat segera memanfaatkan tanah yang merupakan aset PT KAI untuk pembangunan double track. Apalagi Kota Medan saat ini mau dibangun menjadi kota metropolitan, sehingga PT KAI berkewajiban menyediakan infrastruktur untuk mendukung transportasinya.

“Rencana pembangunan double track ini sudah kami umumkan sejak 2003 lalu. Pembangunannya akan dilakukan dari Kualanamu ke Medan kurang lebih sepanjang 29 km. Ada dua pembangunan double track ini, yakni dari Aras Kabu sampai ke Bandar Kalifah, itu akan dibangundouble track di bawah, dan dari Bandar Kalifah ke Medan akan dibangun double track di atas (rel di atas),” ungkap Jaka.

Untuk pembangunan dari Aras Kabu ke Bandar Kalifah, PT KAI sudah mempersiapkan lahan dan telah memberikan uang pembongkaran rumah warga sebesar Rp1,5 juta, dan warga sudah membongkar rumahnya sendiri. “Di Aras Kabu ke Bandar Kalifah itu ada 238 KK yang rumahnya sudah dibongkar, dan untuk di kawasan Jalan Timah ini ada 60 KK ,” ucap Jaka.

Menurut Jaka, PT KAI memerlukan lahan seluas 12 meter dari sisi kiri dan kanan dari rel KA di kawasan Jalan Timah untuk pembangunan double track. Mereka sudah mengusulkan uang pembongkaran kepada warga sama dengan warga dari Aras Kabu ke Bandar Kalifah, tapi warga Jalan Timah menolak. “Pembangunannya akan dimulai semester kedua tahun depan. Saat ini dana untuk pembangunan double track itu juga sudah dikucurkan dari pusat,” ujar Jaka.

Jaka beralasan, eksekusi ini juga dilakukan untuk mencegah bahaya pada warga. Sebab, kalau tidak dieksekusi, saat pembangunan double track nanti, rumah warga bisa tertimpa material dari alat berat. “Makanya kami putuskan hari ini tetap mengeksekusi karena sejak Maret lalu kami sudah mengingatkan kepada warga. Bahkan sejak 2004, izin sewa warga juga sudah habis dan tidak lagi kami perpanjang,” kata Jaka.

Disinggung soal apakah penggusuran rumah warga ini ada kaitannya dengan revitalisasi Pasar Timah, Bagian Hukum PT KAI, Alim, menegaskan bahwa penggusuran ini tidak ada kaitannya dengan revitalisasi Pasar Timah. “Kami melakukan ini karena akan membangun double track,” ucap Alim.

Jaka menambahkan, pembongkaran tidak hanya dilakukan terhadap rumah warga, tapi termasuk sebagian bangunan Yanglim Plaza. PT KAI sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan pihak Yanglim Plaza, dimana mereka yang akan membongkar sendiri bangunannya.

“Kalau Yanglim Plaza ini yang terkena kemungkinan pagarnya, kita sudah buat perjanjian dengan mereka, nanti akan kita ukur lagi sampai di mana yang terkena dampak pembangunan. Bangunannya akan kami bongkar, karena tanah PT KAI itu dari rel KA adalah 18 meter di kiri dan kanan, dan saat ini kami memerlukan sebanyak 12 meter di kiri dan kanan,” ungkap Jaka.

Mendengar penjelasan pihak PT KAI yang ngotot tetap mengeksekusi rumah warga, warga kemudian berlari keluar dari Yanglim Plaza dan menghadang eksavator. Kali ini warga menghadang dengan meletakkan pot bunga berjejer agar eksavator tersebut tidak bisa masuk ke areal rumah warga. Aksi saling tolak dan adu mulut pun terjadi di antara warga dan aparat keamanan.

Kemarahan warga yang tak terbendung pun menimbulkan aksi saling pukul dan terakhir aksi lempar batu terjadi. Sejumlah batu koral melayang ke udara membuat warga dan aparat keamanan mencari tempat perlindungan. Namun, warga tak peduli, mereka terus menghadang eksavator.

Pihak PT KAI tak kehilangan akal. Dengan peralatan seadanya, seperti palu dan martil, petugas PT KAI terlihat membobol dinding-dinding rumah warga. Melihat hal ini, warga yang awalnya berkonsentrasi dengan eksavator langsung berlari sambil berteriak ke arah rumahnya. “Rumahku, habis sudah, habis,” ujar seorang warga sambil menangis.

Selang beberapa menit kemudian, tambahan personel aparat kepolisian tiba di lokasi. Ditambah lagi dengan munculnya satu unit mobil Baracuda. Jumlah aparat keamanan yang jauh lebih banyak akhirnya membuat warga pasrah dan membiarkan eksavator merobohkan seluruh rumah di pinggiran rel tersebut.

Kapolsek Medan Area, AKP Yudi Frianto, mengatakan, ada sekitar 80 personel polisi yang ikut mengamankan penggusuran itu. “Kalau dari kami ada sekitar 80 personel, tapi tadi juga ada dari Satpol PP, TNI, dan juga Polsuska,” ucap Yudi. Untuk korban luka akibat aksi lempar batu di lokasi, Yudi mengaku belum mendapat laporan, termasuk warga yang diamankan karena bertindak anarkistis saat penggusuran itu

Pihak PD Pasar Pantau Penggusuran

Di sisi lain, meskipun pihak PT KAI mengklaim tidak ada kaitan penggusuran itu dengan revitalisasi Pasar Timah, sejumlah pejabat PD Pasar, mulai dari Direktur Operasional, Sulaiman; Kepala Pasar Timah, hingga Direktur SDM Pasar Timah, Osman Manalu, hadir di lokasi beserta puluhan karyawan PD Pasar.

Bahkan yang lebih mengherankan, pengembang Pasar Timah, Sumandi Wijaya, juga terlihat hadir dan melihat aksi kericuhan penggusuran tersebut dari dalam Yanglim Plaza. Ketika KORAN SINDO MEDAN melihatnya dan hendak mendekati, anggota Dewan Kota Medan ini langsung kabur menghindar dan terus masuk ke arah belakang Yanglim Plaza.

Direktur Operasional PD Pasar, Sulaiman, ketika ditanya alasan keberadaan mereka beramai- ramai di penggusuran rumah warga itu, mengatakan, hanya sebatas memantau situasi dan mengamankan Kantor PD Pasar di Pasar Timah.

Lia Anggia Nasution
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4618 seconds (0.1#10.140)