Sifat Susi Menurun dari Neneknya

Selasa, 25 November 2014 - 11:03 WIB
Sifat Susi Menurun dari Neneknya
Sifat Susi Menurun dari Neneknya
A A A
Enfant Terrible, si anak bandel, begitulah Daniel Kaiser menjuluki mantan istrinya, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti. Tidak ada takut takutnya. Tapi karena itulah, ungkap Daniel, Susi menjadi begitu istimewa baginya.

“Sejak pertama kali bertemu di Pangandaran, memang Susi begitu lain ketimbang wanita Indonesia lainnya,” ungkap Daniel. Meski mahligai rumah tangga keduanya gagal ditengah jalan, hubungan antara Susi dan Daniel tidak pernah putus. Terutama untuk kepentingan Nadine, putri satu-satunya buah cinta Susi dan Daniel.

Juga ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Susi Pudjiastuti sebagai salah satu menteri dalam kabinetnya, hubungan mereka justru makin erat. Paling tidak, begitu mendapatkan SMS (pesan singkat) dari Susi, Daniel langsung berangkat ke Jakarta. “Ya, lewat SMS, Daniel, please help me,” ungkap Daniel membacakan SMS mantan istrinya itu.

Apakah Iris, istri Daniel Kaiser yang sekarang tidak cemburu? “Tentu ada, namanya juga wanita, Iris tak begitu suka saya mengunjungi Susi di Jakarta,” katanya. Lantaran Indonesia memerlukan sosok seperti Susi, Daniel tidak segan mendukungnya. Kecintaannya terhadap bangsa, terutama rakyat kecil, ungkap Daniel, jangan diragukan lagi. “Ini modal besar untuk membawa perubahan bagi Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Daniel, sifat Susi tidak seperti kebanyakan orang Indonesia. Sifat itu justru bisa menyinggung beberapa politisi yang tidak sehaluan dengannya. “Mungkin agak sulit, tapi Susi tak akan berubah. Kalau tujuannya untuk menyejahterakan bangsanya, dia tidak akan mundur selangkah. Saya salut Jokowi berani mengangkatnya sebagai menteri,” ungkapnya.

Namun pada saatnya, kata Daniel, mereka yang sekarang ini menyepelekan Susi lambat laun akan menaruh hormat kepadanya. Penampilan Susi sebagai wanita Indonesia yang tak biasa, imbuh Daniel, lebih karena faktor keturunan. Nenek Susi adalah pedagang sapi dan kerbau di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Jadi, sapi dan kerbau di Jawa Tengah itu dibawa ke Jawa Barat untuk diperjualbelikan neneknya. Di zaman itu loh ya, peran wanita begitu besar, sungguh luar biasa,” kata Daniel. Lebih lanjut Daniel mengaku mengenal Susi di Pangandaran, Jawa Barat tahun 1991 saat sedang pelesiran. “Setelah lulus Juventus Abendtechnicherschule Hohere Fachschule Zurich (setingkat sekolah tinggi), saya melakukan perjalanan keliling dunia dengan naik sepeda,” ungkapnya.

Laki-laki yang menguasai lima bahasa ini memulai tur sepedanya dari Amerika, Tahiti, Selandia Baru, Kaledonia Baru, Australia hingga Indonesia. Dari Jakarta kemudian menuju Pangandaran, melalui Bogor, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya. Tadinya Daniel akan melanjutkan tur sepedanya hingga Malaysia, Vietnam, China, dan Rusia. Tapi setelah bertemu Susi di Pangandaran, tur sepedanya pun berakhir. Di sebuah restoran yang dikelola Susi di Pangandaran, Daniel pun berkenalan.

“Cinta pada pandangan pertama. Susi kan cantik orangnya,” ungkapnya. Hubungan mereka kemudian berlanjut di tahuntahun berikutnya, sampai kemudian menikah pada 1992. Daniel bersama Susi mengerjakan bisnis ekspor lobster ke Jepang. “Saya yang berada di pelelangan ikan, sedangkan Susi mengelolanya di pabrik untuk mengekspornya ke Jepang,” paparnya.

Dua tahun kemudian lahirlah Nadine Kaiser, yang kini sedang melanjutkan kuliah perekonomian dan hukum tata udara di Amerika. Namun sayang, pernikahan mereka retak tahun 1997. Daniel kembali ke Swiss dan Nadine tetap berada di Pangandaran. Mereka resmi bercerai tahun 1999. “Tapi hubungan saya dengan Nadine terus berlanjut, karena dalam kontrak cerai saya bisa mengunjungi Nadine setiap saat,” ungkapnya.

Laporan Kontributor KORANSINDO
KRISNA DIANTHA
SWISS
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5373 seconds (0.1#10.140)