Usaha Kusen Bekas Rambah Seberang Ulu

Senin, 24 November 2014 - 16:22 WIB
Usaha Kusen Bekas Rambah Seberang Ulu
Usaha Kusen Bekas Rambah Seberang Ulu
A A A
PALEMBANG - Tingginya harga material perumahan, memberi peluang usaha untuk masyarakat. Salah satunya usaha jual-beli kusen bekas, yang kini merambah hingga kekawasan seberang ulu Palembang.

Dengan harga yang lebih murah, para pembeli terkadang mendapatkan kusen berkualitas baik dan layak pakai dengan harga miring. Kawasan jalan KH Azhari Kelurahan 4 Ulu Kecamatan SU I Palembang kini menjadi kawasan bisnis kusen bekas. Sedikitnya terdapat empat pedagang yang membuka usaha tersebut.

Kondisinya pun tampak cukup ramai didatangi masyarakat yang ingin membeli kusen, jendela, dan daun pintu. Jika jeli dalam memilih, para pembeli bisa saja mendapatkan kusen yang masih sangat bagus, dengan kualitas kayu sejenis unglen atau tembesu. Yati, 40, pengelola usaha jual beli kusen bekas mengatakan, dia sudah menggeluti usaha tersebut sejak empat tahun lebih.

Dan omzet yang didapatkan dari usahanya itu bisa mencapai ratusan juta lebih perbulan. ”Alhamdulillah, bisa mendapatkan keuntungan bersih satu juta sehari kalau sedang sepi. Kalau ramai, ya mencapai puluhan juta lebih,” kata Yati. Dia menjelaskan, para pembeli rata-rata berasal dari kawasan seberang ulu dan sekitarnya.

Sebelum membuka usaha tersebut, dia dan suaminya membuka usaha panglong kayu, namun karena keberadaan kayu semakin sulit akhirnya sejak tahun 2010 mereka beralih kebisnis kusen bekas. “Masih banyak yang membutuhkan kayu, tapi sekarang susah men dapatkan persediaannya pak. Jadi, sekarang bisnis kusen bekas saja sudah menjanjikan,” jelasnya.

Harga kusen bekas tersebut, jelas Yati, rata-rata satu kusen di hargai Rp500.000 hingga Rp750.000. Penetapan harga didasarkan pada jenis kayu, dan kondisi dari kusen tersebut. “Banyak yang sengaja membeli, karena tertarik dengan kayunya. Sebab, kalau buat kusen dengan kayu baru sering kali kualitasnya kurang bagus dan terkadang merenggang,” kata dia.

Senada dikatakan Siran, pemilik usaha kusen bekas lainnya di kawasan itu. Menurutnya, selain menjual kusen bekas dia juga menyediakan jasa bongkaran rumah atau borongan pembongkaran rumah. Dia memiliki sebanyak empat orang tenaga kerja yang dibayar per hari dan per bulan. “Lumayan hasilnya pak, kalau ada yang mau memborong bongkaran rumahnya, kami ambil. Dan saya membayar empat orang tukang untuk membongkar rumah tersebut,” kata dia.

Kusen pintu, jendela, dan kayu hasil dari borongan bongkaran rumah tersebut, dia jual lagi di depot miliknya. Terkadang, kata Siran, dia cukup banyak mendapatkan kayu-kayu mahal bekas bongkaran rumah. “Kalau membongkar rumah tua, terkadang dapat kayu jenis unglen, meranti, dan tembesu,” jelas dia.

Selain membuka usaha kusen bekas, dia juga menerima pesanan kusen baru. Yang pasti harganya lebih mahal dari kusen bekas. “Pasti lebih mahal, tapi tergantung kayunya. Kebanyakan sekarang ya campuran antara kayu meranti dan kayu racuk. Hingga hasilnya terkadang kurang bagus,” terangnya.

Karena itu, jelas dia, banyak masyarakat yang membeli kusen bekas yang kondisi kayunya lebih bagus, meski terlihat kurang menarik. “Tapi kalau dicat ulang, ya tidak jauh berbeda dengan kusen baru,” pungkasnya.

Muhammad Uzair
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6996 seconds (0.1#10.140)