Jaksa Agung Prasetyo Miliki Tiga Kecacatan

Minggu, 23 November 2014 - 05:12 WIB
Jaksa Agung Prasetyo Miliki Tiga Kecacatan
Jaksa Agung Prasetyo Miliki Tiga Kecacatan
A A A
JAKARTA - Jaksa Agung M Prasetyo yang baru saja diangkat Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki kekurangan. Pasalnya, proses pemilihan dilakukan tertutup dan tidak transparan.

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, ada tiga kecacatan dalam pemilihan Prasetyo sebagai Jaksa Agung.

Pertama, proses pemilihan Jaksa Agung dilakukan dengan cara yang tertutup. Tanpa ada semacam pemberitahuan di awalnya tentang nama-nama yang dinominasikan oleh Presiden sebagai calon jaksa agung.

"Tiba-tiba masyarakat dikejutkan pada kenyataan bahwa, sore hari, 19 November Jokowi langsung melantik Prasetyo sebagai Jaksa Agung," ujar Ray kepada Sindonews, Sabtu 22 November kemarin.

Kedua, proses yang tidak transparan tersebut dengan sendirinya mengabaikan partisipasi masyarakat.

Karena sama sekali tak pernah diungkapkan siapa saja bakal calon Jaksa Agung, akibatnya masyarakat pun tidak membuat penilaian rekam jejak.

Apakah calon-calon yang dimaksud tepat, kredibel, punya keberanian, jujur dan bersih, serta punya prestasi untuk membongkar bobroknya kejaksaan agung.

"Di era Reformasi ini ada tiga lembaga yang masih jauh dari harapan pembenahan reformasi. Selain birokrasi dan kepolisian, institusi kejaksaan juga jauh dari sentuhan reformasi. Bayangan akan buramnya pembenahan kejaksaan makin kuat dengan pemilihan Prasetyo sebagai jaksa agung," jelasnya.

Terakhir adalah, pribadi Prasetyo bukanlah figur yang menonjol di lingkungan kejaksaan.

Masa baktinya sebagai JAM Pidum misalnya tak menorehkan prestasi apapun. Tak ada kasus besar diungkap. Lebih dari itu, pemikirannya tentang reformasi kejaksaan juga tak terdengar sama sekali.

Selain tak berprestasi, sambung Ray, Prasetyo juga merupakan kader partai politik.

Tentu hal ini seperti menyepelekan semangat Jokowi sendiri yang ingin menegakkan pemerintahan yang jauh dari tekanan dan kepentingan partai politik (parpol).

"Alih-alih melakukan hal itu, Jokowi terlihat, hari demi hari, makin dalam masuk ke cengkeraman parpol. Situasi ini tentu tak akan terjadi jika Jokowi sendiri mampu menahan diri, dan selalu membentengi dirinya dengan semangat awal keinginannya menjadi presiden. Sayang, Jokowi sendiri seperti membuka dirinya untuk diintervensi. Itulah yang terlihat dari pembentukan kabinet, dan sekarang pengangkatan jaksa agung," paparnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5420 seconds (0.1#10.140)