Jenius Hadapi MEA 2015

Sabtu, 22 November 2014 - 13:07 WIB
Jenius Hadapi MEA 2015
Jenius Hadapi MEA 2015
A A A
Jika sebelumnya banyak pihak yang sangat khawatir ketika berbicara mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/ ASEAN Economic Community (AEC) yang akan berjalan pada 2015, rupanya belakangan ini mulai muncul semangat-semangat positif untuk menghadapi itu.

Keyakinan tersebut–sekalipun sama sekali tidak menafikan berbagai tantangan berat di dalam negeri datang dari pandangan bahwa Indonesia bisa mengambil untung dari MEA 2015 ini. Segenap bangsa ini baik rakyat umum, pemerintah, maupun pengusaha melihat bahwa bangsa ini memiliki modal yang cukup baik dalam menghadapi MEA 2015.

Salah satu modal yang dimiliki adalah bangsa ini memiliki kejeniusan dalam melihat berbagai peluang pasar dan mengembangkannya. Itulah yang bisa ditangkap dalam seremoni malam penganugerahan Rekor Bisnis (ReBi) Ke-12 pada Kamis (20/11) di Hotel Mulia, Jakarta.

Dalam acara yang merupakan kerja sama KORAN SINDO dan TERA Foundation, berbagai perusahaan dengan bermacam-macam model bisnis mendapatkan penghargaan atas inovasi-inovasi bisnisnya. Kenapa inovasi menjadi perhatian besar? Karena inovasi datang dari kejeniusan individu-individu di sektor bisnis untuk melihat kesempatan dan memaksimalkan potensi yang bisa didapat dari kesempatan tersebut.

Selain itu, inovasi tersebut juga harus bisa mendatangkan hasil. Kejeniusan dalam menciptakan berbagai inovasi itu modal bangsa ini dalam menghadapi tantangan sekaligus merebut kesempatan yang hadir dengan dibuka pintu MEA 2015. Tapi, perlu diingat bahwa kejeniusan tersebut harus didorong oleh kerja keras.

Apa gunanya kejeniusan tanpa kerja keras yang tak kenal lelah. Perusahaan-perusahaan di negeri ini harus memacu diri, mengembangkan perusahaan melalui inovasi dan terobosan-terobosan baru, serta siap bersaing dalam era pasar bebas ASEAN 20015. Ada satu hal lagi yang harusnya menjadi modal besar bangsa ini dalam menghadapi MEA 2015 yaitu bonus demografi (demographic dividend ).

Konsep bonus demografi ini kondisi saat jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dari penduduk usia nonproduktif. Dengan kondisi itu, tingkat ketergantungan penduduk di negara ini sangat rendah yang membuat penduduk usia produktif bisa lebih fokus mengembangkan potensi dirinya.

Misalnya untuk Indonesia pada 2015 hingga 2030 itu tingkat ketergantungan penduduk (dependency ratio ) adadisekitarangka0,45-0,48. Kondisiinijauhberbedamisalnya dengan tahun 1960-1980 yang ada di sekitar 0,75-0,85. Namun, bagaimanapun kita juga harus tetap sadar bahwa ada beberapa masalah besar yang bisa dikatakan masalah klasik yang memperlambat langkah maju bangsa ini.

Pertama , lapangan pekerjaan yang belum berkembang cepat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) per November 2014 ada 121,87 juta angkatan kerja di Indonesia. Namun, sebesar 5,94% atau 7,24 juta di antaranya pengangguran terbuka. Pakar-pakar demografi bersepakat bahwa bonus demografi yang datang dalam kondisi minim lapangan pekerjaan adalah bencana.

Kedua , minim angka entrepreneur di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih jauh tertinggal dalam komposisi pengusaha dalam masyarakatnya. Sebagai contoh, di Amerika Serikat entrepreneur mencapai 12%, Singapura 7,2%, dan Malaysia bisa 3% dari total penduduk adalah pengusaha.

Sementara di negeri ini jumlah pengusaha masih kurang dari 2% dan bahkan datanya berbeda-beda dari masing-masing instansi terkait. Ketiga, kualitas sumber daya manusia (SDM) masih belum merata. Kualitas SDM harus ditingkatkan karena angkaHuman Development Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia Indonesia saat ini menempati urutan ke-108 dari 187 negara.

Keempat , masih buruknya kondisi infrastruktur. Masalah ini lagu lama. Lihat saja hingga detik ini tol Trans Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan lain-lain masih hanya di atas kertas saja. Padahal infrastruktur mumpuni menjadi prasyarat kemajuan ekonomi.

Kelima , keramahan terhadap pengusaha. Selama ini masih banyak masalah yang harus dihadapi para pengusaha, apalagi pengusaha baru. Syukurlah sedikit demi sedikit mulai ada perhatian untuk memperbaikinya dari para pemimpin bangsa ini. Semoga kedepan modal kejeniusan serta kerja keras bangsa ini bisa berpadu apik dengan kesempatan yang ditawarkan MEA 2015.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3211 seconds (0.1#10.140)