Kisah Empat Wartawan Terjebak di Mako Brimob Kepri (Bagian-2/Habis)

Jum'at, 21 November 2014 - 07:00 WIB
Kisah Empat Wartawan Terjebak di Mako Brimob Kepri (Bagian-2/Habis)
Kisah Empat Wartawan Terjebak di Mako Brimob Kepri (Bagian-2/Habis)
A A A
BATAM - Empat wartawan terjebak di Mako Brimob Polda Kepulauan Riau (Kepri) saat terjadi penyerangan Brimob Polda Kepri, Rabu (19/11/2014). Berikut kisah lanjutannya.

Di tengah gelap, keempat wartawan ini hanya diterangi oleh cahaya telepon genggam masing-masing. Di sela-sela ketegangan itu, keempat wartawan ini sempat selfie untuk menghibur diri.

Tiba-tiba datang istri Kasat Brimob ke rumahnya. Dia dikawal ketat oleh anggota Brimob. Wajah istri Kasat Brimob nampak tegang. Dia langsung menuju barracuda yang parkir di depan rumah. Saat itu juga, keempat wartawan ini langsung mengatakan ikut istri Kasat Brimob.

"Hati-hati, Mas, merunduk jalannya masuk ke dalam mobil," kata istri Kasat Brimob kepada awak media.

Empat wartawan ini langsung merunduk satu per satu menuju pintu belakang barracuda. Setelah di dalam barracuda, barulah empat wartawan ini sedikit tenang. Barracuda pun menuju ke Gedung Mako Satu Brimob lewat jalan belakang. Sesampainya, di Gedung Mako Satu, semuanya langsung bergerak menuju dalam gedung dalam suasana gelap.

Di dalam gedung ini, empat wartawan ini kembali berjumpa dengan staf humas Pemprov Kepri. Semua personel Brimob yang tidak diberikan senjata berkumpul di dalam gedung ini. Keluarga Kasat Brimob dan Wagub Kepri Soerya Respationo berada di ruangan kerja Tory.

Empat wartawan langsung disuruh berlindung dan tiarap. Namun, mereka tidak dilengkapi baju antipeluru.

Pada pukul 19.00, suara tembakan kembali menghujani Mako Brimob. Semuanya langsung tiarap untuk menghindari peluru. Pada pukul 19.20, tembakan sempat terhenti, suasana dalam kegelapan ini terasa tenang. Tapi, tembakan itu terhenti hanya sekitar 25 menit. Setelah itu, tembakan kembali terdengar.

Keempat wartawan tetap berusaha melaporkan kejadian yang dialami, dengan terus mengetik dan mengirim ke redaksi masing-masing. Seorang anggota Brimob yang memegang HT mengingatkan,"Cahaya jangan sampai ada, nanti keberadaan kita diketahui."

Sementara, tembakan tidak pernah berhenti. Jika berhenti, sebentar saja. Dalam suasana gelap-gelapan ini, semua wartawan mulai merasakan kelaparan. "Sudah lapar aku, Bang," ujar wartawan KORAN SINDO BATAM.

Dedi menimpali. Katanya, dia belum makan seharian. "Sama, aku juga sudah lapar ni," ujarnya.

Tembakan pun bertubi-tubi mengarah ke gedung Mako Satu ini. Suara tembakan semakin dekat. Kaca depan gedung satu per satu pecah. Sementara, dari radio HT anggota Brimob yang tidak jauh dari wartawan terdengar suara,"Waspada, pantauan pertajam. Musuh sudah mendekat."

Di tengah suasana yang mencekam, Kasat Brimob menginstruksikan kepada seluruh anggota agar tidak menembak. "Jangan terpancing, tahan tembakan. Anggota yang ada di gedung ini pertahanan terakhir," kata Tory di tengah kegelapan itu.

Dua anggota Brimob yang memegang senjata tak jauh dari wartawan, nampak tidak bisa menahan untuk membalas tembakan. Anggota itu sudah sempat mengokang senapannya. Tapi, tetap dilarang petinggi Brimob. "Jangan gugup, tahan diri," kata petinggi Brimob itu.

Di tengah-tengah suasana mencekam itu, Dedi semakin gelisah. Apalagi, sepeda motornya ditinggal di kantin Mapolsek Batuaji. Lagi-lagi dia panik mengingat motornya itu.

"Gimana motorku ni, Pak De pun tak mau memindahknnya ke dalam," katanya.

Di sisi lain, Zabur sibuk dengan mengetik beritanya sendiri, lalu Tizar juga sibuk dengan telepon genggamnya. Sementara, wartawan KORAN SINDO BATAM tertunduk sambil menahan lapar.

"Dua barak sudah dibakar, sepeda motor banyak yang terbakar," kembali terdengar suara dari HT itu.

Sekitar pukul 22.30, kembali terdengar suara dari HT bahwa ada anggota Yonif 134/TS yang tertembak di depan Barak Teratai. Tak lama kemudian, serangan mulai berhenti. Informasi yang diperoleh, saat itu masyarakat sudah bergerak masuk ke Mako Brimob. Namun, wartawan masih tetap belum merasa aman sebelum memastikan bahwa yang masuk adalah masyarakat.

Dedi dan Tizar saat itu ngotot ingin turun ke bawah, padahal belum ada instruksi dari Kasat Brimob. Tidak lama berselang, massa pun masuk dan Wagub Kepri turun dengan pengawalan ketat, menumpang barracuda. Kemudian wartawan ikut turun dengan mobil staf humas Pemprov Kepri.

Begitu tiba di bawah, depan gerbang Mako Brimob, keempat wartawan ini pun kembali merasakan kehidupan. Anehnya, lapar pun tidak terasa lagi.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4789 seconds (0.1#10.140)