IHSG Diperkirakan pada Kisaran 4.995-5.103

Jum'at, 31 Oktober 2014 - 08:34 WIB
IHSG Diperkirakan pada Kisaran 4.995-5.103
IHSG Diperkirakan pada Kisaran 4.995-5.103
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ini diperkirakan bergerak variatif (mixed) dengan kecenderungan menguat didukung sentimen positif dari luar negeri.

Analis Teknikal Mandiri Sekuritas Ayyi Achmad Hidayah memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak pada kisaran resistance 5.103 dan support 4.995.

Dia menjelaskan, IHSG masih diperdagangkan di atas MA 200 harian. IHSG bergerak melemah dan ditutup pada level 5.058 atau turun 0,30% pada perdagangan kemarin.

"Untuk perdagangan hari ini, IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat," kata dia, Jumat (31/10/2014).

Sementara sentimen dari Amerika Serikat (AS) mendukung penguatan IHSG. Pasar saham AS kembali melanjutkan kenaikannya seiring pertumbuhan data produk domestik bruto (PDB) yang lebih baik dari prediksi. Penguatan itu diapresiasi dengan kenaikan indeks Dow Jones Industrial Avg sebesar 1,30% dan indeks S&P 500 sebesar 0,62%.

Dari pasar Asia, pergerakan pasar saham dipengaruhi oleh perekonomian Paman Sam yang membaik. Apresiasi pasar saham Asia ditunjukkan oleh indeks Nikkei 225 di Jepang sebesar 1,43%. Sedangkan indeks KOSPI Composite di Korea Selatan melemah tipis 0,23%.

Sementara harga kontrak berjangka (futures) komoditas bergerak mixed. Harga minyak mentah WTI turun 0,18% ke level USD80,97 per barel. Sedangkan harga emas Comex menguat 0,11% ke posisi
USD1.199,90 per ons troi.

Dari dalam negeri, Kami memprediksi indeks harga konsumen (CPI) naik 0,33% (MoM) pada Oktober, lebih tinggi dari rata-rata inflasi Oktober pada periode 2010-2013 sebesar 0,05% (MoM).

Seluruh komponen CPI kemungkinan sudah naik seiring dengan kenaikan harga makanan terutama cabai yang paling mendorong kenaikan. Kekeringan, ekspektasi kenaikan BBM, dan erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara adalah faktor di belakang inflasi makanan.

Sementara dualisme kepemimpinan yang terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan sentimen negatif terhadap perekonomian Indonesia. Jika dibiarkan berlarut, situasi ini akan menghambat kerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4855 seconds (0.1#10.140)