Tajuk, Kritik Itu Indah

Sabtu, 25 Oktober 2014 - 20:42 WIB
Tajuk, Kritik Itu Indah
Tajuk, Kritik Itu Indah
A A A
Di tengah penantian publik tentang siapakah orang-orang yang akan masuk dalam kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), ada satu hal penting yang patut kita beri tanda merah. Tapi yang ditandamerahi ini tidak ada kaitannya dengan rekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap sejumlah nama calon menteri yang disodorkan Presiden Jokowi. Satu hal penting yang harus dipegang dan dipertimbangkan oleh pemerintahan Jokowi adalah bagaimana cara sang presiden merespons dan mengelola kritik dari berbagai pihak terhadap perilaku dan kinerjanya.

Ini tidak hanya menarik, tapi juga sangat krusial karena sangat memengaruhi perjalanan pemerintahan ke depan. Semua orang tahu, presiden ketujuh ini menggenggam popularitas dan simpati yang luar biasa dari masyarakat sehingga mampu meraih posisi puncak di republik ini. Ini berarti Jokowi memiliki modal besar sebagai seorang presiden, yakni digemari dan diidolakan masyarakat. Jadi pantaslah jika dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno ribuan massa tak henti mengelu-elukan sang idola. Pesta rakyat yang tak kalah dahsyat juga terlihat saat Jokowi resmi dilantik di MPR 20 Oktober 2014. Ratusan ribu massa arakarakan dari Jalan Sudirman-Thamrin mengawal sang presiden menuju Istana Negara.

Namun segala sesuatu yang berlebihan itu cenderung tidak baik. Publik kemudian mengingatkan agar Jokowi tidak larut dalam euforia kemenangan bersama pendukungnya. Dia harus kembali ke tugasnya seperti yang dia ucapkan sendiri saat pidato pelantikan: kerja, kerja, kerja. Apa yang diucapkan Jokowi rupanya diingat dan dicatat dengan baik oleh masyarakat kita yang katanya mudah lupa. Karena itu statemen, janji, dan kata-kata Jokowi saat kampanye lalu bisa dengan mudah diakses dan disandingkan dengan fakta yang ada sehingga sangat mudah untuk mengukur sejauh mana konsistensi Presiden Jokowi. Inilah tantangan paling sulit yang harus diantisipasi Jokowi maupun kabinetnya ke depan.

Dengan profil yang sangat terbuka, egaliter, dan merakyat, orang akan sangat mudah menilai Jokowi. Jadi dalam waktuwaktu ke depan, akan semakin banyak kritik publik yang diarahkan kepada diri dan kabinetnya. Yang namanya dikritik itu pasti tidak enak, apalagi jika kritikan itu masuk akal dan tidak mengada-ada. Pasti diperlukan argumentasi yang kuat, persuasif, sesuai dengan fakta dan didukung fakta untuk menjawabnya. Kita yakin Jokowi memiliki segudang keterampilan dan gaya komunikasi yang mampu menaklukkan para pengkritiknya. Kita juga yakin sosok seperti Jokowi bukanlah seorang yang antikritik. Baginya kritik justru menjadi energi tambahan untuk bekerja lebih keras, lebih cermat, dan lebih hati-hati.

Dalam perjalanan pemerintahan yang penuh tantangan ke depan, Jokowi mestinya tidak mengubah gaya dan kebiasaan uniknya itu. Lingkaran birokrasi, protokoler, pengamanan ketat, dan banyaknya kelompok kepentingan yang mengelilinginya boleh jadi akan memengaruhi perilaku Jokowi. Tapi orang telanjur mengidentikkan Jokowi sebagai merakyat, egaliter, tidak birokratis, dan apa adanya.

Dalam menyusun kabinet pun sejak lama Jokowi mengatakan akan sepenuhnya mempertimbangkan integritas dan kompetensi dengan slogan koalisi tanpa syarat. Janji-janji yang diucapkan Jokowi itu satu per satu akan terlihat dari perjalanan pemerintahannya. Tapi sebagai manusia tidak mungkin Jokowi bisa memuaskan semua pihak, termasuk para pendukung di sekelilingnya. Jika kabinet diumumkan, kritik pasti akan berdatangan. Media akan menampilkan rekam jejak dan kompetensi tiap anggota kabinet agar masyarakat bisa melihat sejauh mana keseriusan Jokowi memenuhi janjinya.

Tingginya harapan publik kepada Jokowi akan diikuti dengan intensitas kritikan terhadap pemerintahannya. Karena itu Jokowi harus memiliki stamina kuat dan ruang gerak yang leluasa untuk menunaikan janji-janjinya. Demikian pula anggota kabinet dan orang-orang sekelilingnya. Jangan lupa, publik kita sudah sangat cerdas. Dalam konteks ini, Jokowi justru harus senang dengan kritikan. Jangan antipati karena kritik itu indah.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8656 seconds (0.1#10.140)