Pengamat: Ada Manuver di Balik Rekonsiliasi Politik Prabowo

Sabtu, 25 Oktober 2014 - 07:05 WIB
Pengamat: Ada Manuver di Balik Rekonsiliasi Politik Prabowo
Pengamat: Ada Manuver di Balik Rekonsiliasi Politik Prabowo
A A A
JAKARTA - Pasca pertemuan monumental antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, situasi politik yang memanas sejak pilpres mulai mereda. Kesejukan itu sangat terasa sampai hari pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden-wapres.

Usai pelantikan tersebut, Prabowo masih melanjutkan aksi silaturahim politiknya. Dia menjumpai Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Prabowo juga melakukan pertemuan dengan Senior Advisor Jokoi-JK, Luhut Panjaitan.

Peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus mengatakan, membaca langkah Prabowo tersebut dalam konteks politik tentu tak bisa dilakukan dengan satu cara pandang saja.

"Prabowo yang merupakan 'pemilik' Gerindra mesti dibaca sebagai satu kesatuan. Saya melihat manuver Prabowo tak lepas dari posisi Partai Gerindra sekarang dan ke depan," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (25/10/2014).

Menurutnya, situasi sekarang yang dihadapi Gerindra di dalam Koalisi Merah Putih (KMP) tentu saja bukan sebagai pengendali utama. Ia menilai, Gerindra harus puas dengan kesepakatan koalisi yang memberikan jabatan wakil saja kepada Gerindra baik di DPR maupun MPR.

"Bahkan di KMP, Gerindra berada dalam kendali Partai Golkar yang menjadi pimpinan," ucapnya.

Secara realistis, Lucius melihat, Gerindra tak ubahnya partai menengah lain. Perolehan suara gemilang pada Pileg 2014 membuktikan keperkasaan Gerindra dengan melesat dari partai kecil menuju partai besar sekelas dengan Golkar dan PDIP.

"Namun kegemilangan Gerindra melalui pemilu seolah-olah tanpa bekas ketika semua posisi kunci bahkan tak berada dalam kendali Prabowo ataupun Gerindra," jelasnya.

Ia menilai, sangat mungkin situasi nyata politik sekarang mendorong manuver Prabowo untuk menunjukkan keperkasaan Gerindra. Ditambah dengan cita rasa nasionalisme tinggi Prabowo, nampaknya ada semacam misi baru untuk menunjukkan kekuatannya bersama Gerindra dalam konstelasi politik nasional.

"Bahwa setelah tidak mampu memegang kendali di parlemen, harapan bahwa Gerindra akan sangat menentukan ke depannya akan terganggu. Pengalaman partai-partai lain di koalisi dikhawatirkan akan menekan Partai Gerindra untuk menanam benih politik pro rakyat yang bisa menjadi modal segar untuk Pemilu 2019 mendatang," jelasnya.

Katanya, manuver Prabowo tak hanya menjadi bentuk rekonsiliasi politik semata antara dirinya dan Jokowi atau antara Gerindra dan KIH. Nampaknya, Prabowo berpikir untuk masa depan dirinya dan Gerindra.

"Salah mengambil posisi di periode ini akan berbahaya bagi Prabowo dan Gerindra untuk bersaing di pemilu mendatang," ucapnya.

Lucius menambahkan, memang sudah seharusnya Prabowo dan Gerindra tak perlu berendam bersama partai-partai yang justru mengancam kegemilangannya. Dengan mencoba mengambil posisi politik baru yang pro rakyat akan membuat Gerindra dan Prabowo bertambah besar.

"Jadi manuver Prabowo belakangan harus dibaca untuk misi sampai lima tahun ke depan," ujarnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6837 seconds (0.1#10.140)