Gara-gara ISIS, Obama dan Intelijen AS Bersitegang

Selasa, 30 September 2014 - 08:39 WIB
Gara-gara ISIS, Obama dan Intelijen AS Bersitegang
Gara-gara ISIS, Obama dan Intelijen AS Bersitegang
A A A
WASHINGTON - Komunitas intelijen Amerika Seriakt (AS) bersitegang dengan Presiden Barack Obama terkait kegagalan AS mengantisipasi munculnya kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Baik Obama maupun komunitas intelijen kini saling menyalahkan.

Ketegangan dipicu komentar Obama, yang mengaku bahwa AS melalui intelijennya terlalu meremehkan ISIS. AS semula memprediksi Suriah akan runtuh dalam waktu cepat, namun tanpa disangka mucul kelompok ISIS di Suriahyang mengguncang dunia. ( Baca:Obama Akui AS Terlalu Remehkan ISIS)

Komunitas intelijen tidak mau disalahkan. Mereka balik menyalahkan pemerintah Obama atas kegagalan AS mengantisipasi ISIS. ”Ini bukan kegagalan komunitas intelijen, tetapi kegagalan oleh para pembuat kebijakan untuk menghadapi ancaman itu,” kata Mike Rogers, Ketua Komite Intelijen Parlemen AS, membela komunitas intelijen termasuk di dalamnya CIA.

Beberapa pejabat CIA menolak berkomentar secara terbuka atas pernyataan presiden Obama yang menyalahkan intelijen. Tetapi secara pribadi, para pejabat CIA mengklaim sejak awal sudah memberikan banyak peringatan, termasuk informasi yang disampaikan kepada Kongres terkait ancaman ISIS.

Mantan pejabat intelijen keberatan dengan pernyataan Obama. Mereka menyarankan agar Obama tidak menjadikan intelijen sebagai kambing hitam untuk menutupi kritikan tajam atas kelamabanan Obama dalam bereaksi terhada kelompok berbahaya seperti ISIS.

"Komunitas intelijen selalu dijadikan kambing hitam atas kegagalan Gedung Putih," kata Bruce Riedel, mantan ahli senior CIA.

Remehkan ISIS

Dalam sebuah wawancara dengan CBS, Obama mengutip pernyataan Direktur CIA, James Clapper, bahwa intelijen mengakui jika mereka telalu meremehkan atas apa yang terjadi di Suriah.

Namun, Clapper juga menegaskan bahwa badan-badan intelijen AS tidak akurat dalam melaporkan kemunculan ISIS, serta kekurangan dari militer Irak.

Adam Schiff, anggota Komite Intelijen Parlemen AS dari Partai Demokrat mengatakan, ISIS adalah ancaman. "Saya tidak menyalahkan komunitas intelijen untuk ini. Ada perbedaan antara menyediakan intelijen yang berharga dan memiliki bola kristal,” sindir Schiff yang mengacu pada kebijakan Obama yang menyalahkan intelijen.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, menegaskan, bahwa Obama dalam wawancara dengan CBS, tidak bermaksud untuk melemparkan kesalahan pada komunitas intelijen AS.

Namun, Earnest mengakui bahwa Obama dan badan-badan intelijen meremehkan munculnya ISIS. ”Memprediksi adanya pasukan keamanan asing yang berjuang untuk negara (ISIS) sulit, kan?,” katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (30/9/2014).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3728 seconds (0.1#10.140)