Industri Berbasis SDA RI Berada dalam Situasi Unik

Selasa, 23 September 2014 - 19:13 WIB
Industri Berbasis SDA RI Berada dalam Situasi Unik
Industri Berbasis SDA RI Berada dalam Situasi Unik
A A A
JAKARTA - Industri berbasis sumber daya alam (SDA) di Indonesia seperti perkebunan kelapa sawit, pulp dan kertas berada dalam situasi yang unik.

Di satu sisi, komoditas minyak sawit mentah dan produk turunannya dibutuhkan industri makanan dan produk keperluan sehari-hari di Amerika dan Eropa. Begitu juga dengan pulp, kertas dan produk turunannya.

Kemajuan teknologi informatika tidak mengurangi kebutuhan dunia terhadap kertas. Hasilnya komoditas ini sejak lama menjadi penyumbang devisa andalan Indonesia.

Tantangan pertumbuhan penduduk dunia dan ancaman perubahan iklim membuat produksi pangan dunia harus ditingkatkan hingga 60% dalam 35 tahun ke depan.

Hal tersebut untuk mampu memenuhi kebutuhan sekitar sembilan milar penduduk dunia pada 2050. Kebutuhan itu mendorong lebih banyak lagi pembukaan hutan untuk areal pertanian dan perkebunan.

Di sisi lain, hutan alam harus dipertahankan dan direstorasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim, sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi serta mengurangi kemiskinan.

Minyak kelapa sawit mentah adalah minyak nabati paling efisien dan produktif, dengan kemampuan memenuhi kebutuhan bahan baku sektor pangan, produk keperluan sehari-hari, hingga energi terbarukan.

Hutan tanaman industri di Indonesia dengan rotasi pemanenan yang jauh lebih singkat dibandingkan hutan tanaman sejenis di kawasan Eropa dan Amerika.

Kondisi itu berpotensi sebagai pemasok utama kebutuhan pulp dan kertas dunia, melalui penggunaan lahan yang lebih sedikit namun efisien.

Namun, LSM lingkungan, konsumen bahkan regulator di Amerika dan Eropa masih kerap mencurigai minyak sawit mentah, pulp, kertas dan produk turunannya, berasal dari praktik yang tidak ramah lingkungan, termasuk mengabaikan hak asasi dan ulayat warga sekitar.

Karen itu, dibutuhkan penegasan bahwa seluruh pemangku kepentingan kedua industri ini di Indonesia sejak awal menerapkan praktik agribisnis terbaik dan manajemen kehutanan berkelanjutan.

Bahkan, tidak saja menjadikan perkebunan atau hutan tanaman industri yang ada semakin produktif.

Namun, secara bersamaan tetap ramah lingkungan, menghormati hak asasi dan ulayat masyarakat sekitar, sekaligus mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka.

"Aspek seperti praktik produksi, rantai pasokan hingga pengolahan berkelanjutan, peningkatan produktivitas petani swadaya melalui pendampingan serta penyediaan skema pendanaan yang inovatif," kata Chairman Golden Agri Resources Ltd Franky O Widjaja dalam rilisnya, Selasa (23/9/2014).

Termasuk, melalukannya bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait adalah aspek yang sejak awal dilakukan industri berbasis kehutanan dan perkebunan.

Franky mengataka hal itu dalam forum New York Declaration on Forests di sela UN 2014 Climate Summit yang dibuka oleh Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon, dan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Deklarasi hari ini adalah penegasan kepada publik. "Khususnya di luar negeri jika kami sejak awal, kini dan nanti memang berkomitmen terhadap aspek tersebut," ujarnya.

Dia menjelaskan, deklarasi ini komitmen lintas pemangku kepentingan, melibatkan pemerintah, perusahaan, organisasi masyarakat madani dan masyarakat adat dari berbagai negara.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8914 seconds (0.1#10.140)