Pemuda Hasilkan Pundi-pundi Rupiah dari Wayang Cutter

Senin, 22 September 2014 - 06:17 WIB
Pemuda Hasilkan Pundi-pundi Rupiah dari Wayang Cutter
Pemuda Hasilkan Pundi-pundi Rupiah dari Wayang Cutter
A A A
HADIR sosok pemuda yang kreatif. Dia adalah Putranda Ekky Pradana. Anak muda kelahiran Semarang, 27 April 1998 ini sedikit berbeda dengan pemuda-pemuda lain.

Jika anak-anak muda sekarang enggan melihat wayang kulit karena dianggap kuno, namun pemuda yang akrab disapa Ekky ini justru mencintainya.

Di usianya yang masih muda, Ekky tidak hanya suka dengan wayang tetapi juga menjadi perajin. Bahkan, wayang yang dihasilkan dari tangan kreatifnya itu laris sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Dia berharap bisa memiliki workshop khusus wayang, di mana tempat tersebut bisa digunakan membuat wayang dan memajang semua hasil kreasinya. Selain itu, bisa menjadi tempat belajar bagi masyarakat yang ingin mempelajari wayang kulit.

Sulung dari dua bersaudara ini mengaku, pertama kali mengenal wayang saat dirinya masuk Sekolah Dasar (SD). Dia mengenal Wayang waktu itu dari sang Kakek, yang kebetulan memiliki koleksi wayang.

"Setiap kali datang ke rumah mbah, selalu diberitahu nama-nama wayang, diceritakan
kisah wayang, sampai kadang diajak nonton wayang," ujarnya, Minggu (21/9/2014).

Berawal dari itu, Ekky kecil yang mulai tumbuh remaja semakin jatuh hati dengan wayang. Kecintaan terhadap wayang, diaplikasikannya melalui guratan tanggannya yang terampil.

Dengan keahliannya menggambar sejak masih anak-anak dia kemudian mulai membuat wayang sesuai yang diinginkannya.

Awalnya memang hanya proyek coba-coba. Dia menceritakan saat pertama kali membuat wayang tidak langsung menggambar sendiri melainkan meniru wayang yang sudah ada dulu pakai kertas.

Bahan, yang digunakan pun tidak langsung kulit asli namun kertas karton duplex. Untuk memotongnya menggunakan cutter. Itulah kenapa disebut wayang cutter, karena pembuataan menggunakan cutter.

Wayang yang dibuat kemudian diberi warna sesuai warna wayang aslinya. "Awalnya, buat yang sederhana, seperti gunungan karena membuatnya lebih mudah," ujar Ekky.

Lama-lama, setelah jemarinya mulai lincah, mengiris setiap lekukan wayang yang rumit. Dia pun semakin banyak membuat wayang.

"Kalau sudah jadi kemudian saya bawa ke tempat mbah untuk dibuatkan gapitnya," kata siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 ini.

Kecintaanya terhadap wayang, kemudian membawanya untuk kenal dengan anak-anak muda lain yang juga memiliki hobi sama yakni terhadap wayang.

Dari situ, kemudian mereka membentuk komunitas bernama Koboy (Komplotan Bocah Wayang). Melalui komunitas ini, tidak hanya sebagai ajang untuk saling berkumpul dan belajar tentang wayang, namun juga untuk mengedukasi masyarkat terhadap kesenian wayang kulit.

"Dari situ saya juga belajar memasarkan wayang hasil buatan saya," ucapnya.

Sejak bisa membuat wayang, dirinya sering kali mengunggah hasil kreasinya ke jejaring sosial, dari situ, kemudian banyak orang yang mengenal dan menyukai wayang buatannya dan akhirnya meminta untuk dibuatkan.

Dia mengaku, hingga saat ini wayang hasil buatannya, sudah banyak dipesan orang-orang baik dari Semarang maupun dari luar kota seperti Surabaya dan Palembang.

"Yang pesan biasanya ada pelajar, mahasiswa maupun pegawai. Pelajar dan pegawai biasanya memesan untuk hadiah ataupun koleksi pribadi. Sedangkan mahasiswa kebanyakan dipakai untuk pagelaran acara tertentu," katanya.

Ekky saat ini tidak hanya bisa membuat wayang cutter yang terbuat dari karton duplek namun juga sudah bisa membuat wayang dari kulit asli.

Untuk membuat wayang kulit dirinya tidak lagi menggunakan cutter sebagai alat namun menggunakan tatah.

Mengingat kesibukannya sebagai pelajar, dengan berbagai kesibukan di sekolah menyebabkan Ekky tidak bisa full.

Dia hanya bisa membuat wayang hanya pada Jumat sampai Minggu. "Biasanya untuk membuat satu wayang bisa sampai dua minggu karena memang waktunya juga harus dibagi dengan belajar," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3326 seconds (0.1#10.140)