Cabai Terpuruk, Petani Beralih Budidaya Udang

Rabu, 03 September 2014 - 21:11 WIB
Cabai Terpuruk, Petani Beralih Budidaya Udang
Cabai Terpuruk, Petani Beralih Budidaya Udang
A A A
KULONPROGO - Pertumbuhan tambak udang di pesisir selatan Kulonprogo kian marak. Tidak hanya di wilayah Pesisir Galur, namun juga meluas di pesisir Temon. Banyak warga mulai beralih profesi dari petani menjadi petambak, seiring dengan rendahnya harga jual cabai.

Kasi Budidaya Perikanan, Dinas Kelautan dan Peternakan Kulonprogo Eko Purwanto mengatakan, di pesisir Temon, saat ini banyak berdiri tambak udang. Setidaknya ada sekitar 80 hektar lahan yang dirubah dari lahan pertanian menjadi lahan perikanan budidaya.

Pertumbuhan tambak udang ini, tidak lepas dari pengaruh harga jual cabai di pasaran pada masa panen lalu. Harga jual cabai terpuruk jauh di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Para petanipun mencoba peruntungan dengan membuat tambak udang. Apalagi potensi pasar masih terbuka dengan margin keuntungan yang cukup tinggi.

“Banyak yang beralih ke tambak, karena pengaruh harga cabai kemarin,” jelas Eko di Kulonprogo, Rabu (3/9/2014).

Menurut Eko, budidaya udang jenis Vaname ini juga tetap memiliki risiko bisnis. Masih banyak hama penyakit yang bisa menyerang. Hanya udang jenis ini lebih tahan dengan aneka penyakit yang muncul. Apalagi jika dilakukan panen, keuntunganya cukup menggiurkan.

Untuk ukuran seribu meter, bisa dihasilkan keuntungan bersih hingga Rp35 juta. “Hanya tiga bulan, mereka bisa untung sebanyak itu,” ujarnya.

Udang Vaname produksi petambak di Kulonprogo cukup diminati pasar. Kebanyakan produk ini diambil pedagang dari Surabaya, Bandung, Jakarta dan Cirebon.

Perangkat Desa Glagah, Sal Sumarta mengatakan, dalam beberapa bulan belakangan ini memang banyak petani yang beralih profesi. Mereka memanfaatkan lahan pertanian pasir untuk disulap menjadi tambak udang.

Tambak ini sendiri cukup dilapisi terpal plastic dan diisi air dari laut yang dicampur dengan air tawar. “Sebelumnya mereka itu petani cabai, karena harga jatuh mereka mencoba membudidayakan udang,” jelasnya.

Alasan petani beralih dari pertanian cabai ke tambak kata Sumarta, cukuplah beralasan. Dalam musim kemarau panjang seperti tanaman cabai butuh air lebih banyak. Praktis biaya produksi untuk memompa air juga lebih tinggi. “Untuk di sisi barat sudah panen sekali, dan hasilnya cukup bagus,” ujarnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8284 seconds (0.1#10.140)