Membongkar Makam Raja Kertanegara

Jum'at, 29 Agustus 2014 - 05:05 WIB
Membongkar Makam Raja Kertanegara
Membongkar Makam Raja Kertanegara
A A A
DUA buah arca Dwarapala raksasa dengan tingginya sekira 4 meter menjadi pintu masuk Candi Singosari, di Dukuh Krajan, Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa timur.

Masyarakat sekitar menganggap, candi ini sebagai makam atau tempat pendharmaan Raja Kertanegara, raja terakhir kerajaan Singasari yang meninggal di tahun 1292 M. Namun, anggapan itu tidak didukung bukti-bukti kuat di lapangan, terkait fungsi Candi Singosari yang ditemukan tahun 1803.

Dosen Sejarah IKIP Budi Utomo, Malang, Suwardono menjelaskan, candi Singosari sebagai pusat magis kerajaan yang artinya candi itu dibangun sebagai replika pilar cosmos.

"Ibu kota kerajaan adalah gambaran cosmos, sedang candi adalah merunya sebagai gunung suci," kata Suwardono, kepada wartawan, melalui pesan singkatnya, Kamis (28/8/2014).

Candi Singosari dipuja guna kelangsungan kekuatan magis protektif bagi kekuasaan kerajaan. Struktur bangunannya juga berlainan dengan struktur arsitektur candi pendharmaan pada umumnya.

Dia menjelaskan, Pendharmaan Purwatapan yang disebutkan dalam Pararaton belum tentu Candi Singosari. "Itu kan pendapat Stutteirheim yang diamini Brandes dan Moens. Dalam kenyataan, pendapat tersebut tidak terbukti," terang Suwardono.

Bangunan candi agama Hindu cenderung diasumsikan sebagai tempat pemakaman seorang raja atau tempat pendharmaan raja. Meski keterangan Pararaton menyebut bahwa Kertanegara dimakamkan di Tumapel, tapi belum tentu itu adalah Candi Singosari.

Dalam kenyataannya, candi Singosari tidak memiliki sumuran, serta tidak ditemukannya peti batu penyimpan peripih. Dalam tulisan Suwardono yang diunggah di blog hurahura.wordpress.com, disebutkan jika kawasan candi Singosari mengarah kepada konsep candi yang berfungsi sebagai pusat magis kerajaan.

Sebuah candi yang memiliki luas halaman kurang lebih 160.000 m2, serta memiliki arca penjaga pintu yang demikian besarnya, bukanlah merupakan tipe candi biasa atau yang disebut Pararaton sebagai Purwapatapan.

"Bukti bahwa Candi Singosari bukan tempat menyimpan abu jenasah/makam raja Kertanegara, karena tidak adanya peti abu jenazah dan juga sumuran tempat meletakkan peti abu jenasah, serta tradisi masyarakat Hindu tentang perawatan jenazah yang menyatakan bahwa abu jenazah tidak pernah ditempatkan di tempat suci/candi," bebernya.

Suwardono menegaskan, fakta di lapangan menunjukkan terdapat tujuh buah bangunan (candi) di sekitar candi Singosari. Bahkan candi Singosari terletak jauh di sebelah utara dari kelompok enam, dan letaknya eksklusif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka fungsi candi Singosari lebih ditujukan sebagai magis protektif (magis perlindungan) bagi Kerajaan Singasari. Sebagai candi yang dimaksudkan sebagai pilar kosmis, maketnya dibuat megah sesuai dengan konsep Meru.
Sebagai replika dari gunung Meru, maka tempatnya sangat eksklusif dibangun di pusat kota.

Bukti lainnya di lapangan yang menguatkan bahwa candi Singosari merupakan pilar kosmis Kerajaan Singasari di antaranya adalah nama-nama tempat (toponim) seperti daerah Ardimulyo yang identik dengan gunung mulia atau kahyangan, gunung Gondomayit yang diidentikkan dengan gunung Gandamana, dan gunung Mondoroko yang diidentikkan dengan gunung Mandara.

Hal ini mendukung anggapan bahwa candi Singosari sebagai pilar alam semesta/pusat kosmis bagi kerajaan (kahyangan) Singasari. Demikian Cerita Pagi ini diakhiri, semoga menambah cakrawala pengetahuan pembaca.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6093 seconds (0.1#10.140)