Kisah Cinta Soekarno dengan Fatmawati (Bagian-2 Habis)

Sabtu, 23 Agustus 2014 - 05:00 WIB
Kisah Cinta Soekarno dengan Fatmawati (Bagian-2 Habis)
Kisah Cinta Soekarno dengan Fatmawati (Bagian-2 Habis)
A A A
BENGKULU - Pada suatu hari Fatmawati mendapat kabar bahwa seorang pemuda yang dulu jatuh hati hendak segera melamarnya. Hal iti diketahui Fatmawati dari ibunya yang mendapatkan keterangan dari sang paman.

Menanggapi itu, orangtuanya Hassan Din menyarankan agar Fatmawati meminta nasihat dari Soekarno bagaimana baiknya menghadapi lamaran yang akan tiba itu. Karena Soekarno kebetulan akrab dengan orangtua pemuda tersebut yang merupakan seorang Wedana di Bengkulu.

Kini tinggal Fatma mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya kepada guru lesnya itu. Pagi hari itu pada tahun 1939 sekitar pukul 10.00 WIB, Fatma berencana datang ke rumah Soekarno untuk meminta pendapat.

Tapi sebelum keluar rumah, Soekarno ternyata sudah mendahuluinya datang dengan membawa album pernikahan bibinya dengan salah seorang keluarga Bung Karno. Setelah melihat foto dalam album itu, Fatma menemukan momentum untuk meminta pendapat Soekarno.

Namun yang sama sekali tidak Fatma kira justru bukan nasihat yang keluar dari mulut Soekarno melainkan pernyataan cinta kepada dirinya. "Begini Fat sebenarnya aku sudah jatuh cinta padamu pertama kali aku bertemu denganmu waktu kau ke rumahku dahulu pertama kali. Saat itu kau terlalu muda untuk menerima pernyataan cintaku. Nah sekarang inilah aku menyatakan cinta padamu Fat, ".

Soekarno telah mengungkapkan semua perasaan kepada Fatma, namun wanita muda ini hanya bisa diam membisu. Fatmawati tak pernah menyangka tokoh kharismatik itu akan jatuh hati padanya.

Dia butuh waktu untuk menjawabnya, karena menolak atau menerima permintaan Soekarno sangat sulit bagi Fatmawati. Dia sadar Soekarno telah beristri dan menjadi pantangan terbesar bagi Fatma jika harus menyakiti hati sesama kaumnya.

Fatmawati segera menceritakan pernyataan cinta Soekarno kepada ayah dan ibunya. Dara cantik ini bertekad jika pinangan Soekarno diterima, Fatma tidak mau jika harus berpoligami.

"Aku baru akan menyetujui apabila Bung Karno bercerai baik-baik dengan Ibu Inggit. Aku tidak dapat menerima poligami. Aku tak akan dimadu," kata Fatmawati dalam Buku Fatmawati Sukarno, The First Lady, karya Arifin Suryo Nugroho yang diterbitkan Penerbit Ombak, 2010.

Sementara tekad bulat Soekarno untuk meminang Fatmawati dan tak menceraikan Inggit Garnasih dituangkan Bung Karno dalam otobiografinya yang ditulis Cindy Adams. Di mana Suatu sore Soekarno mengajak Inggit berbicara serius.

"Enggit (Inggit Garnasih), katanya dengan suara suara rendah. Ada sesuatu yang musti aku katakan, " kata Soekarno.
"Aku sudah tahu, " kata Inggit. "Ya mengenai Fatmah bukan, ?" ujar Inggit. "Dari siapa Enggit tahu,?" timpal Soekarno. "Dari setiap bunga yang ada di sekeliling rumah ini," ungkap Inggit memberikan kiasan.
"Terangkan dari siapa Enggit tahu," imbuh Bung Karno.
"Tidak perlu Enggit jelaskan. Yang penting apakah benar orangnya itu Fatmah, ?".
"Ya benar Fatmawati, " ujar Soekarno sambil menarik nafas panjang.
.."Ya aku mau mempunyai anak. Anakku sendiri keturunanku. Apakah Enggit izinkan Kus (Bung Karno) kawin dengannya,?". Astaghfirullah, mana mungkin. Ceraikan aku dulu baru Kus bisa kawin dengannya," tegas Inggit seperti ditulis Cindy Adams.

Sementara itu, situasi peperangan kala itu makin memanas di mana bala tentara Dai Nippon (Jepang) mulai menyerbu Asia Tenggara termasuk bakal menyerang Bengkulu yang diduduki Belanda.

Beberapa tentara Belanda yang mengawal Soekarno pun telah memberikan isyarat kepada Bung Karno dan keluarganya agar bersiap meninggalkan Bengkulu.

Namun dalam kengerian perang itu asmara Soekarno kepada Fatma tetap berkobar. Setiap hari, surat cinta ditulis Soekarno kepada gadis manis itu. Sering juga kartu pos bergambar dikirimkan dengan tulisan salam manis disertai gambar coretan berbentuk seekor kumbang dengan bunga.

Surat cinta yang datang bertubi-tubi itu jarang dibalas Fatma. Selain melalui surat, Fatma masih sering berjumpa dengan Soekarno dalam rapat-rapat atau acara di masjid ketika Bung Karno memberikan ceramah.

Bahkan sebelum meninggalkan Kota Bengkulu, Putra Sang Fajar pun menyempatkan diri mengirimkan surat bagi pujaan hatinya yang isinya agar Fatma diminta selalu untuk menunggu dirinya. Surat tersebut dikirimkan lewat utusan Soekarno.

Bung Karno beserta keluarganya pun akhirnya diungsikan ke Padang. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, setelah Kota Padang diduduki Jepang, Pemerintah Dai Nippon di Jawa meminta Soekarno datang ke Jakarta. Tentara Jepang membawa Soekarno dari Padang ke Jakarta lewat jalur darat.

Kesempatan ini dilakukan Bung Karno untuk menemui pujaan hatinya saat singgah di Bengkulu. Soekarno yang tengah dilanda rindu terpaksa harus mencuri waktu agar tidak diketahui Inggit untuk menemui Fatmawati.

Kedatangan Soekarno saat tengah malam di rumah Fatmawati diterima kedua orangtuanya. Namun Fatma tidak menemui Bung Karno, hal ini yang membuat Putra Sang Fajar kecewa. Kemudian pagi-pagi sekali Soekarno meninggalkan Bengkulu menuju Jakarta. Tapi Soekarno tetap menitipkan surat ke Fatma lewat sahabatnya Abdul Karim Oey.

Salah satu surat Soekarno seperti dikutip dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno, yang diterbitkan Yayasan Bung Karno, tahun 2008, berbunyi.
"...bersabarlah. Aku benar-benar mencintaimu. Kulihat dari pancaran sinar matamu, kau juga bersedia menjadi istriku. Bagi dua insan yang saling mencintai, kesabaran ibarat embun kerinduan sekaligus menjadi bukti kematangan iman kita, ".

Setelah tiba di Jawa kembali, Soekarno kembali dalam kegiatannya di pergerakan nasional. Namun kesibukan yang digelutinya tetap tak mampu menyenangkan kehidupan pribadinya.

Keinginannya memiliki anak dari keturunannya sendiri selalu mengingatkannya pada Fatmawati. Sementara kehidupan rumah tangganya bersama Inggit semakin tidak tentram hingga kepindahan rumah keluarga Soekarno dari Orange Boulevard 11 ke Pegangsaan Timur 56.

Keretakan rumah tangga antara Soekarno dengan Inggit seakan makin menjadi. Sehingga pada puncaknya Soekarno menceraikan dan memulangkan Inggit Garnasih ke Bandung karena tak mau dimadu.

Setelah melalui proses perjalanan cinta yang berliku selama empat tahun, akhirnya Soekarno bisa menikah dengan putri Hassan Din ini pada 1 Juni 1943, saat Fatmawati berusia 20 tahun.

Sumber
:
Buku Fatmawati Sukarno, The First Lady, karya Arifin Suryo Nugroho yang diterbitkan Penerbit Ombak, 2010.

Buku Otobiografi Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.

Buku Suka Duka Fatmawati Sukarno, yang diterbitkan Yayasan Bung Karno, tahun 2008.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5719 seconds (0.1#10.140)