Contoh Nabi Muhammad SAW, Sosok Pemimpin Amanah

Sabtu, 26 Juli 2014 - 07:53 WIB
Contoh Nabi Muhammad SAW, Sosok Pemimpin Amanah
Contoh Nabi Muhammad SAW, Sosok Pemimpin Amanah
A A A
INDONESIA membutuhkan pemimpin yang amanah dan adil. Sosok Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya contoh sosok pemimpin yang patut diikuti.

Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Drs H Natsir Zubaidi mengatakan, kriteria pemimpin yang dibutuhkan Indonesia saat ini ialah memiliki kriteria seperti Nabi Muhammad SAW yaitu sidik, amanah, tabligh, dan fathonah.

Dalam hal ini, pemimpin yang sidiq ialah pemimpin yang benar dan jujur. Amanah ialah pemimpin yang memiliki sifat yang dapat dipercaya. Tabligh adalah sifat pemimpin yang komunikator, menjadi mediator yang baik. Sedangkan fathonah adalah sosok pemimpin yang cerdas, piawai dan cendikiawan.

"Tentu saja dalam konteks nasional, pemimpin yang dibutuhkan ialah pemimpin yang dapat dipercaya, berwibawa dan memiliki kemampuan untuk membangun bangsa yang baik," tandasnya saat dihubungi KORAN SINDO.

Menurut dia, pemimpin Indonesia ke depan harus dapat membawa Indonesia dalam satu kesatuan. Pasca pemilu saat ini, calon pemimpin kemarin menganggap bahwa proses pemilu kemarin ada kecurangan.

Tentu saja dapat di proses ke lembaga yang berwenang sambil menunggu rekonsiliasi guna melakukan ukwah untuk kesatuan bangsa. Jika diperhatikan, peristiwa pilpers tahun ini bertempatan dengan Bulan Ramadan dan menjelang 17 Agustus yang dapat dipetik hikmah untuk diterapkan di kehidupan bermasyarakat.

"Ini adalah bulan yang penuh hikmah dan rahmat. Maka umat Islam bisa mengawal kepemimpinan dan penyelenggaraan mendatang," katanya.

Karenanya, hal ini menyangkut ukhuwah Islamiyah dalam peraturan nasional. Pemimpin memiliki fungsi membangun persatuan yang bertanggung jawab dan mengawal kemakmuran di masa depan.

Bukan hanya presiden mendatang, wakil rakyat juga harus menjadi sosok pemimpin yang amanah dan adil. Karena mereka memiliki fungsi menyampaikan aspirasi rakyat. Maka sistem kontrol dan seimbang serta partisipasi menjadi sangat penting.

"Karena Islam mengajarkan keseimbangan dalam beribadah yaitu ibadah kita ke Allah dan dan ke sesama manusia. Hal tersebut menjadi keseimbangan dalam berkehidupan," paparnya.

Pemimpin yang amanah ialah pemimpin yang menampung aspirasi rakyat dan bekerja profesional sesuai dengan parameter tertentu, dibantu dengan kecerdasan dan komunikator dengan rakyat. Untuk itu berdialog dengan rakyat sangatlah penting. Sedangkan adil adalah menempatkan pada porsi yang sebenarnya.

Dia mencontohkan, seperti pemberian fasilitas dapat disesuaikan dengan porsi. Dalam hal ini orang yang sudah mampu tidak diperlukan banyak fasilitas, sedangkan untuk orang miskin. Maka pemberian fasilitas haruslah maksimal.

Selain itu pemberian bantuan juga harus profesional dan sesuai jumlah yang membutuhkan. Maka pemberian itu harus didasari oleh parameter dan kualitasnya. Hal ini akan berjalan secara alamiah seiring kritik dna dan saran dalam perbaikan dan pengawalan.

"Maka diyakini masyarakat dan umat Islam dan komponen bangsa ukhwah Islamiyah dan mengawal pemerintahan kita. Untuk menjadi masyarakat yang adil dan makmur, maka dalam prosesnya jangan sampai ada perpecahan," tegasnya.

Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Prof Dr Maksum Mahfudz mengatakan, dalam diri pemimpin harus adanya landasan utama yang sangat esensil bagi terbentuknya umat, masyarakat dan negara yang dapat dihormati (khaira ummah).

Dalam landasan syariatnya sangatlah jelas bahwa dalam perintah Allah SWT mengatakan wahai Muhammad, bahwa Allah memerintahkan untuk senantiasa berlandaskan keadilan. Di dalam ayat lainnya diperintahkan untuk berperilaku adil, karena adil sangat dekat dengan ketaqwaan.

"Terkait amanah juga demikian, karena orang paling tidak bisa dipercaya adalah kaum munafik dan sangat dibenci Allah SWT," katanya.

Menurut dia, begitu penting pemimpin memiliki sifat yang amanah dan shidiq. Karena sifat tersebut adalah sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Maka akan rusak negara ini jika pemimpinnya tidak memiliki sifat jujur dan amanah.

Dalam membangun bangsa diperlukan sikap saling tolong menolong, kerja sama, dan pemimpin juga harus ingat akan hak rakyat miskin. Karena dalam Alquran dijelaskan tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan. Wajib berzakat, sedekah, cinta akan pada fakir miskin, dan yatim piatu.

Lanjut dia, pemimpin yang istiqomah adalah mereka yang konsisten. Indonesia sebagai negara hukum dan memiliki landasan UU, UUD, pancasila dan lainya merupakan bentuk referensi bernegara. Karenaya pemimpin kedepan harus konsisten terhadap landasan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Presiden kedepan harus dapat membuat jajaranya kepemimpinan nasional dan kabinetnya untuk khairan ummah. Karena jika diperhatikan, para menteri yang menjadi pembantu presiden banyak yang masuk ke dalam KPK. Hal tersebut tentunya tidak sangat diharapkan.

"Orientasinya harus mampu menegakkan Mabadi Khaira Ummah dalam jajaran kabinetnya, pemerintahan dan aparat hukum dan masyarakat Indonesia," ujarnya.

Maka diharapkan presiden kedepan dapat menjadi pemimpin yanh mampu menegakkan keadilan, kerakyatan, konsistensi pada jajaran pemerintahan dan masyarakat luas. Maka saat itu terjadi terbentuklah negara idaman yang disebut dalam Alquran 'baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Yang artinya negara yang sejahtera senantiasa memperoleh ampunan Allah SWT.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2572 seconds (0.1#10.140)