Para Militan ISIS Bulan Madu di Irak dan Suriah

Kamis, 24 Juli 2014 - 12:57 WIB
Para Militan ISIS Bulan Madu di Irak dan Suriah
Para Militan ISIS Bulan Madu di Irak dan Suriah
A A A
RAQA - Para militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melangsungkan bulan madu dengan para pasangannya di wilayah Suriah dan Irak. Bulan madu kelompok yang kini berganti nama menjadi Negara Islam (IS) tersebut,dilangsungkan sambil melakukan ekspansi kekuasaan.

Layaknya berwisata, para militan ISIS yang melangsungkan bulan madu menggunakan beberapa bus. Selama dalam perjalanan bus yang mereka tumpangi dipasang bendera khas ISIS warna hitam. Mereka juga melantunkan lagu-lagu khas militan.

Salah satu militan ISIS yang diketahui ikut bulan madu adalah militan asal Chechnya, Abu Abdel Rahman al-Shishani, 26. Dia membawa istri asal Suriah yang baru dinikahi.

Kegiatan para militan itu disampaikan aktivis Suriah, Hadi Salameh. ”Setelah mereka menikah, ia (Abdel Rahman) membawanya ke Anbar, Irak. Militan ini sangat romantis,” canda Salameh.

“Tapi keduanya tidak bisa duduk bersama-sama, karena perempuan duduk di belakang, dan laki-laki di depan. Sopir bus memainkan lagu militan sepanjang perjalanan, dan bendera hitam ISIS berkibar di atas bus,” lanjut dia, seperti dikutip Al Arabiya, semalam (23/7/2014).

Salameh mengatakan bus rombongan militan yang berbulan madu itu, memulai perjalanan mereka dari Tal Abyad (perbatasan Turki- Suriah) dan berakhir di Anbar, Irak. Anda bisa turun di mana pun Anda inginkan, dan Anda tidak perlu paspor untuk menyeberang perbatasan,” ujar Salameh.

Salameh adalah nama samara aktivis Suriah. Dia memilih menggunakan nama samara, karena nyawanya setiap saat bisa terancam oleh kelompok Negara Islam. ”Tentu saja itu tidak gratis. Harganya bervariasi, tergantung pada seberapa jauh Anda pergi dengan bus,” lanjut Salameh.

Seorang pemberontak Suriah, Abu Quteiba al-Okaidi, yang berasal dari Provinsi Deir Ezzor, mengatakan sebagian besar mereka yang menggunakan bus itu adalah militan asing.

”Kebanyakan dari mereka adalah orang asing. Mereka berkomunikasi dalam bahasa Inggris, dan mengenakan pakaian ala Afghanistan yang digemari para militan,” katanya.

”Ada penerjemah di bus, yang menjelaskan kepada mereka di mana mereka akan pergi. Orang-orang di bus tidak bersenjata, tetapi kendaraan itu membawa pengawal bersenjata,” imbuh dia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4650 seconds (0.1#10.140)