Menanti Langkah SBY Atasi Kebuntuan Politik

Selasa, 22 Juli 2014 - 21:37 WIB
Menanti Langkah SBY Atasi Kebuntuan Politik
Menanti Langkah SBY Atasi Kebuntuan Politik
A A A
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus mengambil langkah politik guna mencairkan kebuntuan politik yang menghantui proses peralihan pemerintahan dan kekuasaan 2014-2019.

"Bola itu sekarang berada di tangan Presiden (SBY). Apabila SBY tidak mengambil exit strategy dalam memecahkan kebuntuan ini maka masyarakat yang kembali dibuat bingung. Harus ada keputusan politik dalam menghadapi masalah ini," kata Sekretaris Jenderal Founding Fathers House (FFH) Syahrial Nasution dalam rilisnya kepada Sindonews, Selasa (22/7/2014).

Menurut Syahrial, kisruh politik ini dilatarbelakangi ketidakmampuan dan ketidakbecusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam merespons beragam persoalan yang mengemuka selama kontestasi Pilpres 2014.

Itu dimulai tidak optimalnya pemutakhiran daftar pemilih tetap (DPT), pengiriman logistik yang terlambat, temuan kecurangan, hingga hilangnya hak politik warga negara.

Bahkan, beragam saran dan rekomendasi dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hanya menjadi angin lalu bagi KPU. Karena itu, tidak mengherankan apabila muncul pendapat bahwa kualitas demokarasi pada pilpres ini tidak lebih baik dari pilpres sebelumnya.

"Dalam sosialisasi untuk menyukseskan, isi kampanye KPU selalu mengharapkan partisipasi warga negara pada 9 Juli lalu. Tapi kenyataannya berbalik."

"Masih ada perlakuan yang berbeda terhadap warga yang kehilangan hak politiknya lantaran kesalahan KPU sendiri. Padahal esensi dari pesta demokrasi itu sendiri itu adalah partisipasi warga negara dalam menggunakan hak politik," sambungnya.

Karena itu, SBY sebagai pemegang amanat tertinggi masyarakat Indonesia, harus menyelidiki, mengaudit, dan investigasi penolakan capres-cawapres nomor urut 1 terhadap proses rekapitulasi suara nasional yang dilakukan KPU.

Jangan sampai persoalan ini mencoreng wajah pemerintahan SBY atau meninggalkan cacat di mata masyarakat serta citra Indonesia di mata dunia internasional. Apalagi, jauh-jauh hari SBY sudah memimpikan bahwa pemerintahannya akan khusnul khotimah di penghujung Oktober 2014.

Selain itu, SBY harus mengambil peran aktif untuk mendekati tokoh-tokoh yang ada di belakang kedua pasangan capres-cawapres tersebut. Dengan begitu, pemerintahan masa akan datang tidak tersandera dengan persoalan-persoalan masa lalu yang menghantuinya.

"Di sinilah kenegerawanan seseorang diuji. Apakah Mega mau ditemui SBY? Apakah Prabowo mau silaturahim dengan Mega? Jika alasan untuk Merah Putih dan NKRI, tokoh-tokoh itu harus berani. Ambil contoh pelajaran Soekarno ketika menyelesaikan masalah politik dengan Sutan Syahrir," pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1575 seconds (0.1#10.140)