Angka Utang China Melonjak 251% dari PDB

Selasa, 22 Juli 2014 - 13:25 WIB
Angka Utang China Melonjak 251% dari PDB
Angka Utang China Melonjak 251% dari PDB
A A A
BEIJING - Standard Chartered melaporkan tingkat utang China melonjak menjadi dua setengah kali dari ekonomi, menyoroti kesulitan Beijing dalam menyeimbangkan pertumbuhan dengan risiko terbentuknya gelembung.

Mereka mencatat jumlah kredit keuangan China melonjak menjadi 251% dari produk domestik bruto (PDB), di mana pada 2008 sebesar 147%.

"Perekonomian akan terus memanfaatkan, dan pasar akan tetap prihatin," ujar Stephen Green, kepala ekonom China di Standard Chartered, seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/7/2014).

Sejak krisis keuangan pada 2008, China sangat bergantung pada kredit untuk memacu tingkat pertumbuhan yang tinggi. Namun, kecepatan pertumbuhan kredit telah memicu kekhawatiran investor, terutama karena build-up cepat dalam utang mengisyaratkan terjadinya krisis keuangan di ekonomi.

Akibatnya, para pembuat kebijakan China menghadapi tugas sulit mencoba memperlambat pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih berkelanjutan tanpa menyebabkan skenario pendaratan keras terhadap perekonomian.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah telah menerapkan sejumlah langkah-langkah pelonggaran yang dirancang untuk merangsang ekonomi. Tindakan itu termasuk memotong persyaratan rasio cadangan untuk bank-bank yang memberikan pinjaman kepada sektor pertanian.

Upaya mereka telah bekerja dengan pertumbuhan kuartal kedua 2014 datang di angka 7,5%, sesuai dengan target tahunan pemerintah dan naik dari 7,4% pada kuartal pertama.

Namun, banyak analis yang prihatin atas tingkat pertumbuhan kredit di China dan risiko yang terjadi untuk kesehatan ekonomi negara.

"Orang-orang telah mengabaikan banyak risiko dari China, melihat pasar properti, melihat seberapa cepat piutang tak tertagih muncul dalam sistem keuangan," kata David Cui, kepala ekuitas China di Bank of America Merrill Lynch.

Awal tahun ini, China mengalami credit default (gagal kredit) korporasi pertama dalam 17 tahun memicu kekhawatiran insiden bisa mendorong efek domino. "Saya pikir akan ada longsor kegagalan yang keluar dari sistem. Ini hanya awal," kata Cui.

"Masalah utama adalah kapasitas berlebihan dan overleverage ketika Anda menggabungkan kedua faktor itu membuat default hampir tidak bisa dihindari," tambahnya.

Auditor negara China mencatat pada akhir Desember pemerintah daerah memiliki utang sebesar USD3 triliun atau Rp34.548 triliun per akhir Juni 2013, naik 67% dari audit terakhir pada 2011.

Sementara itu utang perusahaan negara mencapai rekor USD12 triliun pada akhir tahun lalu. Standard & Poor memperkirakan angka itu setara dengan 120% dari PDB.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5076 seconds (0.1#10.140)