Merintis Usaha Loster Ukiran Jepara di Kota Tahu

Senin, 14 Juli 2014 - 14:29 WIB
Merintis Usaha Loster Ukiran Jepara di Kota Tahu
Merintis Usaha Loster Ukiran Jepara di Kota Tahu
A A A
DI tengah gemericik hujan yang turun di Desa Sukamantri, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, seorang pria paruh baya dengan bersarung tangan sibuk bekerja memotong pola loster kayu ukiran Jepara di depan rumahnya.

Sembari tetap bekerja dengan mesin sederhananya, nampak wajah yang begitu ramah tanpa merasa terganggu bersedia diwawancarai. Pria kelahiran Kota Bandung tersebut bernama Budi. Dia merupakan ayah dari dua orang anak hasil pernikahan dengan wanita bernama Nunung.

Menurutnya, dia telah merintis usaha yang masih sangat jarang ditemui di Kota Tahu tersebut sejak lima tahun yang lalu.

“Saya merintis usaha ini lima tahun yang lalu, setelah sebelumnya membuka usaha serupa bersama rekan saya di Cianjur selama delapan tahun. Meskipun dengan tertatih-tatih, saya coba terus berupaya membangun usaha ini bersama istri saya,” ujarnya sambil tersenyum.

Budi mengenang, sebelum krisis moneter melanda Indonesia di akhir tahun 1990-an, dia pernah bekerja di tempat pembuatan kerajinan rotan di Jakarta. Di Ibu Kota, dia memasok kerajinan dan mebel untuk keperluan ekspor.

Di Sumedang sendiri masih sedikit pengrajin loster kayu dengan ukiran asli Jepara. Selain di Tanjungkerta, tercatat hanya di Kecamatan Tanjungsari terdapat usaha serupa usaha Budi. Usaha serupa itupun dijalankan rekannya..

“Kemampuan mengukir di atas kayu ini saya dapat langsung dari rekan perajin di Jepara. Bahkan, untuk alat-alat seperti mesin pelubang, gergaji, dan pisau khusus untuk membuat ornamen langsung didatangkan dari sana karena di Sumedang belum ada,” tuturnya.

Sehari-hari, Budi hanya ditemani oleh istrinya dalam memproduksi loster kayu ukiran Jepara, yang memasok ke sekitar 15 pengusaha kusen di Sumedang ini. Dengan tangan terampilnya, Nunung membantu membuat lekukan-lekukan di atas pola yang sebelumnya sudah dibuat oleh suaminya.

Terkadang, mereka berdua dibantu putrinya yang masih duduk di bangku kelas V SD untuk memproduksi rata-rata 30 buah loster ukiran tiap hari. “Kalau anak saya sedang tidak sibuk, dia sedikit-sedikit membantu kami bekerja,” katanya.

Sampai saat ini, produksi loster kayu ukiran Jepara buatan Budi masih dipasok ke daerah Sumedang. Tak bisa dipungkiri, karena keterbatasan tenaga, Budi belum bisa memproduksi lebih banyak.

Di mengaku pernah memiliki pekerja. Tapi, karena usaha ini dinilai tak cukup menjanjikan, ditinggal pergi. menurut dia, hanya orang-orang tertentu yang cukup terampil dan memiliki cita rasa seni yang konsisten mengeluti usaha ini.

Budi membuka diri bagi siapapun yang hendak belajar darinya. Bahkan, dia berharap suatu saat nanti bisa mengadakan pelatihan bagi para pemuda atau siapapun agar ilmu yang dimilikinya tidak berhanti hanya di dirinya.

“Harapannya siapapun yang mau belajar, datang ke sini atau dengan difasilitasi dinas terkait, saya memberikan pelatihan bagi para pemuda atau siapapun yang berminat,” harap Budi.

Produk loster kayu Budi sebenarnya tidak hanya digunakan oleh warga Sumedang. Saat ini, dia tengah mengerjakan loster pesanan konsumennya untuk digunakan di Medan. Pernah juga ada yang memesan untuk menghiasi rumah di Jakarta.

Budi menyebutkan, loster buatannya dengan ukuran sekitar 10x20 sentimenter (cm) dijual dengan harga Rp10.000-Rp15.000 per buah. “Tergantung jenis kayunya. Biasanya bahan kayu jati lebih mahal dari bahan kayu lainnya,” sebutnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6322 seconds (0.1#10.140)