Kisah Kiai Kholil dan Macan

Senin, 30 Juni 2014 - 09:05 WIB
Kisah Kiai Kholil dan Macan
Kisah Kiai Kholil dan Macan
A A A
BANGKALAN - Salah satu karomah Kiai Kholil, Bangkalan, terjadi pada bulan syawal. Seperti yang diceritakan Pengurus Pesarean Syaichona Kholil, Rawidi. Suatu hari, Kiai Kholil memanggil para santrinya.

"Anak-anakku sejak hari ini kalian harus memperketat penjagaan pondok. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini," kata Rawidi, bercerita kepada wartawan, Senin (30/6/2014).

Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri bergegas mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat hutan yang cukup lebat dan angker, tetapi macan yang ditunggu-tunggu belum tampak juga.

Baru setelah memasuki minggu ketiga, datanglah ke pesantren seorang pemuda kurus. Tidak seberapa tinggi, berkulit kuning langsat sambil membawa koper seng. Sesampai di depan pintu Kiai Kholil, pemuda tadi memberi salam dengan suara agak pelan dan sopan "Assalamualaikum".

Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang diterima, tetapi Kiai Kholil malah berteriak memanggil santrinya. "Hei.... Santri semua, ada macan, ayo kita kepung," seru Kiai Kholil.

Mendengar teriakan Kiai Kholil, kontan saja semua santri berhamburan. Mereka datang sambil membawa apa yang ada, seperti pedang, celurit, tongkat dan pacul.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan, pemuda yang mulai nampak pucat ini mundur perlahan. Tidak ada hanya pilihan lagi kecuali lari seribu langkah mencari keselamatan. Setelah cukup lama bersembunyi, karena tekad ingin nyantri ke Kiai Kholil begitu menggelora, maka dicoba sekali lagi.

Begitu memasuki gerbang pesantren, lagi-lagi diusir ramai-ramai. Demikian keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang menyerah ini memasuki pesantren secara diam-diam. Karena lelahnya sang pemuda, mungkin disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya dia tertidur di bawah kentongan surau.

Tengah malam, secara tidak diduga Kiai Kholil datang dan membangunkannya. Pemuda tadi dibawa ke rumah Kiai. Pemuda itu baru merasa lega setelah resmi diterima menjadi santri, meskipun lewat basa-basi dengan seribu alasan.

Kelak kemudian hari, santri yang diisyaratkan macan itu dikenal dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah. Seorang kiai yang sangat alim dan piawai dalam berdebat.

"Profilnya berwibawa dan kehadirannya selalu disegani kawan maupun lawan. Sungguh bagaikan seekor macan seperti yang diisyaratkan oleh Kiai Kholil," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2928 seconds (0.1#10.140)