Jateng Wajibkan Tiap Daerah Miliki Produk Unggulan

Jum'at, 27 Juni 2014 - 18:59 WIB
Jateng Wajibkan Tiap Daerah Miliki Produk Unggulan
Jateng Wajibkan Tiap Daerah Miliki Produk Unggulan
A A A
SEMARANG - Program one village one product (OVOP) yang dicanangkan Dinas Koperasi Provinsi Jateng diharapkan mampu melahirkan 35 produk unggulan setiap tahun yang tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik, namun juga global.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng Sudjarwanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya terus mendorong pertumbuhan OVOP agar pemberdayaan dan penguatan ekonomi masyarakat semakin baik. "Kita target paling tidak satu kabupaten/kota per tahun memiliki produk yang diunggulkan," katanya, Jumat (27/6/2014).

Atas adanya satu produk unggulan di setiap kabupaten atau kota, diharapkan mampu memberikan motivasi terhadap pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang lain. Sehingga setiap pelaku UMKM, bisa saling bersaing untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk.

"UMKM menjadi salah satu pendorong urat nadi perekonomian di Jawa Tengah, sehingga perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan," ujarnya.

Dia mengatakan, tanpa adanya persaingan pasar, pelaku UMKM akan stagnan, karena merasa tidak ada yang menyaingi produknya. "Kami terus berupaya agar jumlah produk unggulan bertambah sehingga bisa memperluas pasar pelaku usaha di Jateng," ujarnya.

Untuk meningkatkan daya saing, kata dia, Dinkop dan UMKM terus melakukan pemberdayaan terkait keberadaan produk unggulan ini. Di antaranya, memberikan pinjaman modal bagi pelaku usaha. "Kami juga membuka akses pasar ke luar daerah, memfasilitasi penjualan melalui pameran, dan memberikan pelatihan," imbuhnya.

Di sisi lain, dengan terus meningkatkan daya saing di pasar domestik diharapkan juga mampu bersaing di pasar global. Terlebih, pada 2015 dibuka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga mau tidak mau para pelaku UMKM harus mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri.

Menurutnya, saat ini Jateng sudah memiliki 72 produk unggulan yang mampu bersaing baik di lokal maupun global. Produk-produk tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota di Jateng.

"Kita sudah memiliki produk yang cukup banyak yang dihasilkan dari UMKM, seperti makanan olahan, produk pertanian, batik, tenun, lurik, dan kerajinan dari berbagai bahan baku dan masih banyak lagi," katanya.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia Kantor Wilayah V Jateng-DIY Sutikno mengatakan, UMKM harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat berkompetisi dengan UMKM dari negara lain, khususnya di ASEAN.

Hal ini menjadi penting agar UMKM di Jateng pada khususnya dapat mengoptimalkan pasar domestik yang sangat besar dan atau berekspansi ke pasar ASEAN. Dia mengaku berdasarkan hasil survei kesadaran pelaku UMKM di Jateng terhadap akan diberlakukannya MEA 2015 masih terbatas.

Masih ada sekitar 42% pelaku UMKM yang belum menyadari hal itu. Namun, pelaku UMKM menganggap bahwa MEA menjadi peluang untuk memperluas pasar produknya.

Sutikno mengatakan, secara umum hanya UMKM kelas menengah yang kondisinya lebih siap untuk menghadapi persaingan MEA. "Dilihat sektornya, UMKM di sektor industri pengolahan yang paling siap untuk menghadapi MEA, diikuti UMKM di sektor jasa dan sektor PHR," ujarnya.

Sebab itu, kesiapan UMKM masih perlu diperkuat. Aspek kelembagaan masih menjadi faktor kendala terkait masih minimnya kualitas produk yang diukur dengan masih sedikitnya UMKM yang memiliki ISO dan SNI.

"Selain itu, kemitraan dan keberpihakan pemerintah terhadap UMKM juga masih kurang," katanya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5476 seconds (0.1#10.140)