Pembunuhan homo, jadi gay karena diimingi motor

Kamis, 16 Februari 2012 - 09:32 WIB
Pembunuhan homo, jadi gay karena diimingi motor
Pembunuhan homo, jadi gay karena diimingi motor
A A A
Sindonews.com - Nama Mujianto alias Menthok alias Genthong, memperpanjang daftar nama pelaku kriminal berkedok kelainan seksual. Mengaku sebagai gay yang sedang cemburu, dia mengaku membius 15 orang dengan racun tikus, empat di antaranya tewas.

Perjalanan hidup Mujianto dimulai dari Dusun Pule, Desa Jati, Kecamatan Tarokan. Desa Jati dikenal sebagai salah satu kantong kemiskinan di Kabupaten Kediri. Sebagian warganya hidup kekurangan, termasuk keluarga Mujianto. Dia merupakan anak angkat Parni (50), dan Pinatun (45).

Mujianto, memiliki dua kakak perempuan yaitu Erna Dia Ekawati (35), dan Warti (29). Mujito (33), Kepala Dusun Pule yang juga saudara Mujianto, bertutur, Parni hanya buruh tani serabutan. Karena tak punya biaya, semua anak Parni hanya bisa sekolah sampai SMP. "Semua anaknya hanya tamat SMP semua," ujarnya.

Mujianto yang oleh keluarganya dipanggil Genthong sebenarnya tumbuh normal, baik secara fisik atau sosial. Seperti anak lain seusianya, Mujianto mengaji, membantu bapaknya di sawah,dan bersekolah. "Hubungan dengan keluarga juga baik, dia ramah, tidak nakal saat SD dan SMP itu," papar Mujito.

Mujianto lulus SDN Jati pada 1997 dan SMP 1 Tarokan pada 2000. Suyono, guru Fisika SMP 1 Tarokan mengungkapkan, prestasi Mujianto yang menyukai sepak bola itu tergolong biasa saja.

Suyono mengingat Mujianto karena bertubuh paling kecil di kelas dan selalu gemetar saat mengikuti pelajaran Fisika. "Dia diam jika tidak bisa, dan terlihat takut. Itu yang membuat saya teringat dengan dia," papar lakilaki Suyono.

Mujianto lalu merantau ke Jakarta pada usia 19 tahun selama kurang lebih 3 tahun. Dia memilih pulang karena merasa pendapatannya kecil sehingga tak bisa membantu orang tuanya. "Ya akhirnya dia bantu saya di sawah, bersih-bersih dan sebagainya," kata Parni.

Dua tahun lalu, Mujianto mengaku mendapat tawaran dari seorang teman untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Nganjuk. Bertekad memperoleh penghidupan yang lebih baik, Mujianto menyanggupi ajakan ini. "Katanya kerja di tempatnya Pak Joko. Saya sebenarnya keberatan, tapi kalau anaknya ingin berangkat, saya ya ikut saja," ucap Parni.

Mariam (56), pemilik warung di samping rumah Joko, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, menuturkan, Mujianto telah dua tahun menjadi pembantu di rumah Joko.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) salah satu SMPN di Nganjuk ini memang sudah duda selama 5 tahun, setelah sempat menikah tiga kali. "Dia di rumah bersama keponakannya Ane. Sekarang jadi guru TK,Mujiono itu tukang bersihbersih," paparnya.

Kehidupan Mujianto di rumah Joko tidak banyak diendus para tetangga. Namun ternyata, dari rumah inilah, kehidupan Mujianto sebagai pasangan Joko dimulai.

Kendati berkeinginan datang sebagai pembantu, Mujianto mengaku statusnya akhirnya menjadi pasangan hidup Joko. Dia mau menjadi pasangan gay karena tergiur iming-iming Joko. "Gaji sebagai pembantu hanya Rp200.000 per bulan. Tapi kalau mau dijadikan kekasih, saya akan diberi sepeda motor," kata Mujianto.

Sejak itu, Mujianto mengaku mau menjadi pasangan Joko. Saat berhubungan badan, Joko sering meminta berperan sebagai perempuan. "Sejak saya di rumah itu, ya seperti kehidupan suami istri layaknya orang normal," paparnya.

Sejak saat itu, Mujianto mengaku menjadi homoseksual. Padahal sebelumnya,saat SD, Mujianto masih suka dengan perempuan asal dusun Blimbing yang masih satu desa dengannya. "Saya suka perempuan, saya gay masih dua tahun karena terbujuk rayuan Joko," ujar dia.

Dalam perjalanan waktu, Joko rupanya sudah berpaling. Dia malah merayu laki-laki lain. Mengetahui hal ini, Mujianto kalut. Dia khawatir tidak dianggap lagi sebagai kekasih Joko. Kalau sudah begitu, pupus sudah harapan memperoleh motor yang sampai sekarang juga belum pernah diterimanya.

Hingga dua tahun menjadi pasangan, Mujianto tidak kunjung memilikinya. "Dia selalu ingkar janji, ada saja alasannya saat saya tagih," katanya.

Bukannya membahagiakan Mujianto, Joko malah merayu laki-laki lain. Hal inilah yang membuat Mujianto semakin kalut dan takut jika dia tidak lagi dianggap lagi sebagai kekasih oleh Joko. "Itu membuat saya cemburu, saya kok malah disuruh menjebak laki-laki lain," terangnya.

Lantaran kecewa terhadap pasangnya inilah, Mujianto akhirnya mencoba membius 15 laki-laki yang dikenalnya melalui ponsel. Empat di antaranya akhirnya meninggal dunia.

"Tapi saya kan juga disuruh Joko untuk menjebak mereka. Dia tinggal melakukan hubungan saja dengan para korban. Saya yang memberi minum," terangnya. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6442 seconds (0.1#10.140)